Segala puji hanya bagi Allah, shalawat dan salam semoga tetap tercurahkan kepada baginda Rasulullah, dan aku bersaksi bahwa tiada tuhan yang berhak disembah dengan sebenarnya selain Allah yang Maha Esa dan tiada sekutu bagiNya dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan utusanNya.. Amma Ba’du.
Dari Abdullah bin Mas’ud ra berkata, Rasulullah saw memberitahukan kepada kita dan beliau adalah orang yang jujur lagi terpercaya: Sesungguhnya salah seorang di antara kalian dikumpulkan penciptaannya di dalam perut ibunya selama empat puluh hari, kemudian berubah menjadi segumpal darah seperti itu, kemudian menjadi segumpal daging dalam masa seperti itu kemudian diutus kepadanya malaikat lalu dia meniupkan ruh padanya dan diperintahkan baginya untuk menulis empat perkara: Diperintahkan baginya untuk menulis rizkinya, ajal dan amalnya serta apakah dia bahagia atau sengsara.
Di dalam hadits ini disebutkan empat perkara gaib yang wajib diimani, diyakini dengan keyakinan yang kuat dan dibenarkan, dan penjelasanku pada tulisan ini terbatas pada dua bagian saja, yaitu: masalah ajal dan rizki.
Nash-nash di dalam Al-Qur’an dan Sunnah menjelaskan bahwa Allah telah menetapkan masalah ajal dan rizki, dia tidak akan bertambah disebabkan oleh perhatian orang yang bersungguh-sungguh padanya dan tidak pula akan terhalang oleh orang yang benci.
Dari Abdullah bin Amru Bin Ash abhwa Nabi saw bersabda: Allah telah menetapkan takdir setiap makhluk pada masa lima puluh ribu tahun sebelum Dia menciptakan seluruh langit dan bumi, dan ArsyNya di atas air”.
Dan swt telah menegaskan tentang hakekat ini pada beberapa ayat di dalam Al-Qur’an. Allah swt berfirman:
وَمَا كَانَ لِنَفْسٍ أَنْ تَمُوتَ إِلاَّ بِإِذْنِ الله كِتَابًا مُّؤَجَّلاً وَمَن يُرِدْ ثَوَابَ الدُّنْيَا نُؤْتِهِ مِنْهَا وَمَن يُرِدْ ثَوَابَ الآخِرَةِ نُؤْتِهِ مِنْهَا وَسَنَجْزِي الشَّاكِرِينَ
Sesuatu yang bernyawa tidak akan mati melainkan dengan izin Allah, sebagai ketetapan yang telah ditentukan waktunya. Barang siapa menghendaki pahala dunia, niscaya Kami berikan kepadanya pahala dunia itu, dan barang siapa menghendaki pahala akhirat, Kami berikan (pula) kepadanya pahala akhirat. Dan Kami akan memberi balasan kepada orang-orang yang bersyukur. QS. Ali Imron: 145
وَلِكُلِّ أُمَّةٍ أَجَلٌ فَإِذَا جَاء أَجَلُهُمْ لاَ يَسْتَأْخِرُونَ سَاعَةً وَلاَ يَسْتَقْدِمُونَ
Tiap-tiap umat mempunyai batas waktu; maka apabila telah datang waktunya mereka tidak dapat mengundurkannya barang sesaat pun dan tidak dapat (pula) memajukannya. Maksudnya: tiap-tiap bangsa mempunyai batas waktu kejayaan atau keruntuhan. QS. Al-A’raf: 34
Sebagian orang-orang munafiq menyangka bahwa jika mereka tidak ikut serta berjihad di jalan Allah dan pengecut dalam menghadapi musuh akan menjadi penghalang antara dirinya dengan kematian, maka Allah membantah prasangka tersebut dengan firmanNya:
ثُمَّ يَقُولُونَ هَل لَّنَا مِنَ الأَمْرِ مِن شَيْءٍ قُلْ إِنَّ الأَمْرَ كُلَّهُ لِلَّهِ يُخْفُونَ فِي أَنفُسِهِم مَّا لاَ يُبْدُونَ لَكَ يَقُولُونَ لَوْ كَانَ لَنَا مِنَ الأَمْرِ شَيْءٌ مَّا قُتِلْنَا هَاهُنَا قُل لَّوْ كُنتُمْ فِي بُيُوتِكُمْ لَبَرَزَ الَّذِينَ كُتِبَ عَلَيْهِمُ الْقَتْلُ إِلَى مَضَاجِعِهِمْ وَلِيَبْتَلِيَ اللّهُ مَا فِي صُدُورِكُمْ وَلِيُمَحَّصَ مَا فِي قُلُوبِكُمْ وَاللّهُ عَلِيمٌ بِذَاتِ الصُّدُورِ
Mereka berkata: "Apakah ada bagi kita barang sesuatu (hak campur tangan) dalam urusan ini?" Katakanlah: "Sesungguhnya urusan itu seluruhnya di tanganAllah". Mereka menyembunyikan dalam hati mereka apa yang tidak mereka terangkan kepadamu; mereka berkata: "Sekiranya ada bagi kita barang sesuatu (hak campur tangan) dalam urusan ini, niscaya kita tidak akan dibunuh (dikalahkan) di sini". Katakanlah: "Sekiranya kamu berada di rumahmu, niscaya orang-orang yang telah ditakdirkan akan mati terbunuh itu ke luar (juga) ke tempat mereka terbunuh". Dan Allah (berbuat demikian) untuk menguji apa yang ada dalam dadamu dan untuk membersihkan apa yang ada dalam hatimu. Allah Maha Mengetahui isi hati. QS. Ali Imron: 154
Oleh karena itulah, pada realitanya membuktikan bahwa orang-orang yang terbunuh karena lari dari peperangan lebih banyak daripada orang-orang yang terbunuh karena berani menghadapi peperangan. Seorang penyair berkata:
Aku mundur guna berlomba mencari hidup namun tidak ku dapatkan
Bagi diriku kehidupan seperti kehidupan maju menghadapi tantangan
Perkara rizki sama seperti perkara ajal, rizki apa yang dituliskan bagi seseorang akan pasti didiapatkannya. Allah swt berfirman:
وَمَا مِن دَآبَّةٍ فِي الأَرْضِ إِلاَّ عَلَى اللّهِ رِزْقُهَا وَيَعْلَمُ مُسْتَقَرَّهَا وَمُسْتَوْدَعَهَا كُلٌّ فِي كِتَابٍ مُّبِينٍ
Dan tidak ada suatu binatang melata pun di bumi melainkan Allah-lah yang memberi rezekinya, dan Dia mengetahui tempat berdiam binatang itu dan tempat penyimpanannya. Semuanya tertulis dalam kitab yang nyata (Lohmahfuz). QS. Hud: 6
Allah swt berfirman:
وَفِي السَّمَاء رِزْقُكُمْ وَمَا تُوعَدُونَ فَوَرَبِّ السَّمَاء وَالْأَرْضِ إِنَّهُ لَحَقٌّ مِّثْلَ مَا أَنَّكُمْ تَنطِقُونَ
Dan di langit terdapat (sebab-sebab) rezekimu dan terdapat (pula) apa yang dijanjikan kepadamu. Maka demi Tuhan langit dan bumi, sesungguhnya yang dijanjikanitu adalah benar-benar (akan terjadi) seperti perkataan yang kamu ucapkan. QS. Al-Dzaryat: 22-23
Dari Abi Umamah ra bahwa Nabi saw bersabda: Sesungguhnya ruh kudus telah meniupkan di dalam jiwaku bahwa satu jiwa tidak akan mati sehingga dia mengambil rizkinya secara sempurna dan menyempurnakan ajal yang telah ditentukan baginya, takulah kepada Allah, bertindak baiklah dalam meminta, dan janganlah keterlambatan datangnya rizki mendorong sesorang untuk menuntutnya dengan cara bermaksiat, sesungguhnya apa yang ada di sisi Allah tidak akan didapatkan kecuali dengan ketaatan kepada Allah”.
Maka rizki apa yang telah ditetapkan bagi seorang hamba pasti didapatkannya sebelum kematianya. Dari Jabir ra bahwa Nabi saw bersabda: Seandainya manusia berlari menjauh dari rizkinya sama seperti dirinya menjauhi berlari menjauhi keamtian maka dia pasti medapatkan rizkinya sebgaimana ajal menjemputnya”.
Renungkannah hadits ini, menjelaskan tentang adab erbdo’a di mana dia menegaskan tentang hakekat ini.
Dari Ummu Habibah ra berkata: Ya Allah berikanlah kenikmatan bagi dengan suamiku Rasulullah saw, dan dengan bapakku Abi Supyan, dan dengan saudaraku Mu’awiyah. Maka Rasulullah saw bersabda kepadanya: Sungguh dirimu telah meminta kepada Allah suatu ajal yang telah ditetapkan, jejak-jejak yang telah ditapaki dan rizki yang telah dibagi-bagi, janganlah salah seorang di antara kalian tergesa-gesa denganya sebelum waktunya tiba, dan jangan pulah berharap mengundurkannya setelah datang, dan seandainya engkau meminta kepada Allah agar terjaga dari api neraka dan azab kubur maka hal itu lebih baik”.
Dari penjelasan di atas mengetengahkan dua hal:
Pertama: Mngimani bahwa ajal dan rizki telah terbagi dan diketahui, tidak akan didapatkan karena usaha orang yang bersungguh-sungguh dan tidak menahannya kebencian orang yang benci.
Kedua: Hal ini bukan berarati meniggalkan segala sebab-sebab yang telah disyari’atkan oleh Allah. Allah swt berfirman:
وَأَنفِقُواْ فِي سَبِيلِ اللّهِ وَلاَ تُلْقُواْ بِأَيْدِيكُمْ إِلَى التَّهْلُكَةِ وَأَحْسِنُوَاْ إِنَّ اللّهَ يُحِبُّ الْمُحْسِنِينَ
Dan belanjakanlah (harta bendamu) di jalan Allah, dan janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri ke dalam kebinasaan, dan berbuat baiklah, karena sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik. QS. Al-baqarah: 195
Ketiga: Hadits Umamah di atas mengisyaratkan dua perkara:
a-Seorang hamba harus berusaha mencari rizki yang halal, dan menjauhi hal yang haram dan usaha-usaha yang mengarah kepadanya.
b-Tidak menuntut rizikinya dengan motifasi tamak dan rakus, hendaklah dia menyadarai hadits Rasulullah saw: Barangsiapa yang menjadikan akherat sebagai tujuannnya maka Allah akan memberikan kekayaan di dalam hatinya, dan Allah akan memberikan kekuatan untuknya dan dunia akan mendatanginya sekalipun dengan terpaksa, dan barangsiapa yang menjadikan dunia sebagai cita-citanya, maka Allah akan menjadikan kemiskinannya di antara kedua matanya dan akan mencerai-beraikan kekuatannya, serta dunia tidak datang kepadanya kecuali apa yang telah ditetapkan baginya”.
Keempat: Sebab-sebab yang bisa mendatangkan rizki dan menolak hal-hal yang dibenci sangat banyak, dan sebagaiannya dijelaskan di dalam pembahasan ini.
A-Bertawakkal kepada Allah. Dari Umar Ibnul khattab ra bahwa Nabi saw bersabda: Seandinya kalian bertawakal kepada Allah dengan sebenar-benar tawakal maka dia pasti memberikan rizki kepada kalian sama Dia telah memberi rizki kepada seekor burung yang pergi pada waktu pagi dengan perut yang kosong dan pulang waktu sorenya dengan perut yang kenyang”.
B-Istiqomah di dalam sayri’at Allah Azza Wa Jalla. Allah swt berfirman:
وَأَلَّوِ اسْتَقَامُوا عَلَى الطَّرِيقَةِ لَأَسْقَيْنَاهُم مَّاء غَدَقًا
“Dan bahwasanya: jika mereka tetap berjalan lurus di atas jalan itu (agama Islam), benar-benar Kami akan memberi minum kepada mereka air yang segar (rezeki yang banyak”. QS. Al-Jin: 16
Allh swt berfirman:
وَمَن يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَل لَّهُ مَخْرَجًا وَيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُ
Barang siapa yang bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar. (3) Dan memberinya rezeki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. QS. Al-Thalaq: 2-3.
Allah swt berfirman:
وَلَوْ أَنَّ أَهْلَ الْقُرَى آمَنُواْ وَاتَّقَواْ لَفَتَحْنَا عَلَيْهِم بَرَكَاتٍ مِّنَ السَّمَاء وَالأَرْضِ
Jika sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, QS. Al-A’raf: 96
C-Selalu beristigfar dan bertaubat. Allah swt berfirman:
فَقُلْتُ اسْتَغْفِرُوا رَبَّكُمْ إِنَّهُ كَانَ غَفَّارًا يُرْسِلِ السَّمَاء عَلَيْكُم مِّدْرَارًا وَيُمْدِدْكُمْ بِأَمْوَالٍ وَبَنِينَ وَيَجْعَل لَّكُمْ جَنَّاتٍ وَيَجْعَل لَّكُمْ أَنْهَارًا
maka aku katakan kepada mereka: "Mohonlah ampun kepada Tuhanmu, sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun, (11) niscaya Dia akan mengirimkan hujan kepadamu dengan lebat, (12)dan membanyakkan harta dan anak-anakmu, dan mengadakan untukmu kebun-kebun dan mengadakan (pula di dalamnya) untukmu sungai-sungai. QS. Nuh: 10-11
D- Bersilaturrahmi. Dari Anas bin Malik ra bahwa Nabi saw bersabda: Barangsiapa yang suka untuk diluaskan dalam rizkinya dan dipanjangkan umurnya maka hendaklah dia menyambung silaturrahmi”.
Segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam, semoga shalawat dan salam tetap tercurahkan kepada Nabi kita Muhammad dan kepada keluarga, shahabat serta seluruh pengikut beliau.
Minggu, 11 April 2010
TANYA JAWAB SEPUTAR KEWANITAAN
Segala puji bagi Allah, kami memujinya, memohon pertolongan dan ampunan-Nya, kami memohon perlindungan kepada-Nya dari kejelekan jiwa dan perbuatan kami. Barang siapa yang Allah beri petunjuk, maka tidak ada seorangpun yang mampu menyesatkannya, dan barang siapa yang Allah sesatkan, maka tidak ada seorangpun yang mampu memberinya petunjuk. Aku bersaksi bahwa tiada Illah yang berhak disembah selain Allah saja, tiada sekutu bagi-Nya dalam rububiyyah, uluhiyyah, hukum, dan perbuatan-Nya. Allah telah mensyari’atkan agama yang haq ini kepada seluruh uamt manusia, menunjukkan kepada nya, memberi mereka kabar gembira dengan syari’at-Nya, dan tidak membebani mereka dengan sesuatu yang diluar kemampuannya.
Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. (Al-Baqarah: 286)
Dan aku bersaksi bahwa Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam adalah hamba dan utusan-Nya, hamba pilihan-Nya, yang Allah utus kepada seluruh umat manusia. Melalui Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, Allah menyelamatkan manusia dari kesesatan, menjadikan orang yang buta (dari kebenaran) mampu melihat (kebenaran), memberikan petunjuk kepada segala yang menghantarkan kepada kebaikan dan kebahagiaan dunia dan akhirat, serta memperingatkan manusia dari segala kejelekan dan keburukan dunia dan akhirat. Sehingga Nabi Muhammad meninggalkan umat ini diatas cahaya yang terang benderang, malamnya seperti siangnya, tidak ada seorangpun yang berpaling darinya melainkan akan hancur. Semoga shalaway tercurahkan kepada Beliau shallallahu ‘alaihi wasallam, keluarganya, para shahabatnya, serta orang- orang yang berjalan diatas manhaj (metode hidupnya) hingga hari kiamat. Amma ba’du:
Pertanyaan: apa yang dimaksud dengan hijab syar’i?
Jawaban: Hijab syar’i adalah hijab bagi wanita yang menutupi apa-apa yang tidak boleh ditampakkan. Maksudnya, menutupi apa yang wajib untuk ditutupi. Yang paling utama dan pertama untuk ditutupi adalah wajah, karena wajah adalah sumber fitnah dan tempat munculnya rasa suka. Maka wajib bagi wanita untuk menutupi wajahnya dari siapa saja yang bukan mahramnya.
Adapun orang yang menyangka bahwa hijab syar’i adalah menutupi kepala, leher, telapak kaki, betis, lengan dan membolehkan wanita untuk menampakkan wajah dan kedua telapak tangannya, maka ini adalah perkataan yang sungguh mengherankan. Karena telah diketahui bahwa sumber timbulnya rasa suka dan fitnah adalah wajah, maka bagaimana mungkin bisa dikatakan bahwa syari’at melarang wanita menampakkan telapak kaki dan membolehkan menampakkan wajah? Tidak mungkin terjadi pertentangan di dalam syari’at yang agung, penuh hikmah lagi suci ini.
Setiap orang tahu, bahwa fitnah menampakkan wajah jauh lebih besar daripada menampakkan telapak kaki. Dan setiap orang juga tahu bahwa asal munculnya perasaan suka seorang laki-laki pada wanita adalah dari menatap wajah.
Jika dikatakan kepada seorang laki-laki yang hendak meminang wanita, “Sesungguhnya wanita yang akan engkau pinang ini buruk rupa, akan tetapi telapak kakinya indah”, niscaya laki-laki tersebut tidak jadi meminang wanita tersebut.
Sebaliknya jika dikatakan,”wanita yang akan engkau pinang ini cantik rupa akan tetapi di lengan, telapak tangan, telapak kaki atau betisnya ada sedikit cacat (tidak indah)”, niscaya laki-laki tersebut akan tetap meminang wanita tersebut.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa wajah lebih utama dan wajib untuk ditutupi. Hal ini berdasarkan dalil-dalil dari Al Qur’an, hadits Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, perkataan para shahabat, para imam islam, para ulama’ yang menjelaskan wajibnya seorang wanita untuk menutupi seluruh tubuh dan wajahnya dari laki-laki yang bukan mahramnya. Namun dalil-dalil tersebut tidak dapat kami sebutkan dalam pembahasan kali ini. Wallahu A’lam.
Pertanyaan: Apa hukum seorang wanita yang sudah menikah ataupun belum, memotong rambutnya hingga pundak dengan tujuan berhias? Dan apa hukumnya menggunakan sendal dengan hak tinggi baik hak tersebut rata ataupun tidak? Dan apa hukum menggunakan kosmetik untuk berhias di depan suami?
Jawaban: Wanita yang memotong rambut (hingga pundak) jika menyerupai rambut laki-laki maka hukumnya haram dan termasuk dosa besar. Karena nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam melaknat wanita yang menyerupai laki-laki. Jika wanita memotong rambutnya (hingga pundak) tidak menyerupai laki-laki, maka dalam hal ini para ulama’ berselisih pendapat menjadi tiga pandapat; diantara ulama’ ada yang berpendapat boleh, ada yang berpendapat haram, dan ada yang berpendapat makruh.
Yang masyhur dari pendapat-pendapat ini adalah dari madzhab imam Ahmad, yaitu hukumnya makruh. Tidak selayaknya kita mengambil kebiasaan yang bukan merupakan kebiasaan kita. Kami memperhatikan beberapa masa yang lalu, bahwa para wanita bangga dengan lebat dan panjangnya rambut mereka. Lalu apa yang membuat wanita-wanita masa kini senang untuk melakukan apa yang tidak berasal dari negeri kita (arab)? Saya tidak mengingkari segala hal yang baru, tapi saya mengingkari segala sesuatu yang menghantarkan masyarakat ini berpindah kepada kebiasaan yang bukan berasal dari orang muslim.
Adapun hukum mengenakan sendal ber-hak tinggi, tidak boleh jika keluar dari adat (kebiasaan), dan menyebabkan tabarruj (berhias), menjadi pusat perhatian, karena Allah berfirman:
•
Dan hendaklah kamu tetap di rumahmu dan janganlah kamu berhias dan bertingkah laku seperti orang-orang Jahiliyah yang dahulu. (QS. Al-Ahzab: 33)
Segala sesuatu yang menjadikan wanita tabarruj (berhias), menampakkan keindahannya, menjadikan ia paling istimewa diantara kaum wanita, maka hukumnya haram, tidak boleh ia lakukan.
Menggunakan kosmetik seperti lipstik, perona pipi maka hukumnya boleh, walaupun untuk tujuan berhias. Adapun berhias dengan cara yang dilakukan sebagian wanita seperti Namsh, yaitu mencabut alis mata, maka hukumnya haram, karena Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam telah melaknat wanita yang mencabut alisnya dan yang meminta dicabutkan alisnya. Demikian juga mengkikir gigi untuk mempercantik diri, hukumnya haram dan dilaknat pelakunya.
Pertanyaan: Terdapat sebuah kebiasaan yang sudah tersebar, seorang gadis atau ayahnya menolak pinangan seorang lelaki dengan alasan ingin menyelesaikan studi di sekolah menengah atau universitas terlebih dahulu, atau bahkan untuk belajar selama beberapa tahun. Apa hukum perkara tersebut? Dan apa nasehat anda untuk orang yang melakukan perkara tersebut, mengingat sebagian wanita telah mencapai usia tiga puluh tahun atau bahkan lebih yang belum menikah?
Jawaban: Hukum perkara tersebut adalah menyelisihi perintah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
“Jika telah datang kepada kalian orang yang kalian ridhai agamanya, akhlaqnya, maka nikahkanlah” (Hadits ini diriwayatkan oleh At Tirmidzi, dan dia berkata hadits ini hasan shahih).
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam juga bersabda,
“Wahai para pemuda, barang siapa diantara kalian yang telah siap menikah, maka menikahlah, karena sesungguhnya hal tersebut lebih menundukkan pandangan dan menjaga kemaluan” (HR. Bukhari dan Muslim)
Mencegah pernikahan berarti mencegah datangnya kebaikan yang muncul dari pernikahan tersebut. Maka aku nasehatkan kepada saudara-saudaraku semuslim, para wali kaum wanita, dan kepada saudari-saudariku muslimah, janganlah menghalangi diri untuk menikah dengan alasan menyelesaikan studi. Diperboleh-kan seorang wanita memberi syarat kepada suaminya agar diizinkan untuk menyelesaikan pendidikannya, demikian juga agar ia tetap melanjutkan pendidikan hingga satu atau dua tahun dengan catatan, ia mampu menunaikan tanggung jawabnya terhadap anak-anaknya. Tidak mengapa pula bagi seorang wanita melanjutkan pendidikannya di jenjang perguruan tinggi selama tidak terdapat hal-hal yang dipermasalahkan secara syar’i.
Menurut saya, jika seorang wanita telah menyelesaikan pendidikan dasarnya, dan ia telah mampu membaca dan menulis serta menggunakan kemampuannya tersebut untuk membaca kitabullah dan tafsirnya, membaca hadits-hadits Rasulullah berserta syarahnya, maka hal itu telah cukup. Kecuali jika ia ingin melanjutkan pendidikan untuk mempelajari ilmu yang dibutuhkan oleh banyak orang seperti ilmu kedokteran dan yang sejenisnya. Dengan catatan, tidak terjadi ikhtilath atau larangan-larangan syar’i lainnya.
Pertanyaan: Apakah boleh bagi seorang wanita pergi ke pasar tanpa disertai mahram?
Jawaban: Hukum asal seorang wanita pergi ke pasar adalah boleh, tidak disyaratkan harus disertai mahram. Kecuali jika dikhawatirkan terjadi fitnah, maka hukumnya menjadi tidak boleh pergi kecuali jika disertai mahram yang menjaganya. Dan bolehnya seorang wanita pergi ke pasar dengan syarat ia tidak tabarruj, atau menggunakan parfum. Sebagaimana sabda Rasulullah:
لا تمنعوا إماء الله مساجد الله وليخرجن تفلات
Jangan kalian larang kaum wanita dari masjid-masjid Allah. Dan hendaknya mereka keluar dalam keadaan tidak memakai wewangian dan bertabarruj. (HR. Ahmad dan Abu Daud).
Karena keluarnya wanita dengan menggunakan wewangian dapat menimbulkan fitnah baik bagi orang lain maupun bagi dirinya sendiri. Jika seorang wanita dapat menjaga dirinya dari fitnah yang dimungkinkan akan timbul, dan memenuhi syarat ketika keluar dari rumahnya, yaitu tidak berhias dan memekai wewangian, maka hal itu tidak mengapa.
Dahulu pun, para wanita pada zaman Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam keluar ke pasar tanpa disertai mahram.
Pertanyaan: Bagaimana hukum mendengarkan musik dan nyanyian? Dan bagaimana hukum menonton sinetron yang didalamnya terdapat wanita-wanita yang berhias?
Jawaban: Hukum mendengarkan musik dan nyanyian adalah haram, tidak diragukan lagi keharamannya. Para sahabat dan tabi’in telah menjelaskan bahwa nyanyian dapat menumbuhkan kemunafikan dalam hati, mendengarkan nyanyian merupakan perbuatan yang melalaikan, Allah telah berfirman:
•• • •
Dan di antara manusia (ada) orang yang mempergunakan perkataan yang tidak berguna untuk menyesatkan (manusia) dari jalan Allah tanpa pengetahuan dan menjadikan jalan Allah itu olok-olokan. mereka itu akan memperoleh azab yang menghinakan. (QS. Luqman: 6)
Ibnu Mas’ud, ketika menafsirkan ayat tersebut berkata, “Demi Dzat yang tiada Ilah yang berhak disembah selain Dia, yang dimaksud dalam ayat tersebut adalah nyanyian”. Penafsiran seorang shahabat dapat dijadikan sebagai hujjah dan menduduki posisi ketiga dalam tingkatan penafsiran. Karena tafsir memiliki tiga tingkatan, yaitu: menafsirkan Al Qur’an dengan Al Qur’an, menafsirkan Al Qur’an dengan sunnah dan menafsirkan Al Qur’an dengan perkataan para shahabat. Sebagian ulama berpendapat bahwa penafsiran para shahabat dihukumi marfu’. Pendapat yang paling kuat adalah bahwa penafsiran shahabat tidak dihukumi marfu’ tapi penafsiran mereka merupakan perkataan yang paling mendekati kebenaran.
Mendengarkan lagu dan musik ini suatu fenomena nyata yang telah diperingatkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, sebagaimana sabda beliau,
ليكونن أقوام من أمتي يستحلون الحر، والحرير، والخمر والمعازف
Sungguh akan ada hari bagi kalangan umat ini, kaum yang menghalalkan perzinaan, sutera (bagi laki-laki), minuman keras, dan alat-alat musik (HR. Bukhari dan selainnya),
maksudnya adalah menghalalkan zina, khamer dan sutera -laki-laki tidak boleh mengenakan sutera- dan alat musik yang merupan sarana yang melalaikan.
Imam Bukhari telah meriwayatkan hadits ini dari haditsnya Abu Malik Al Asy’ary atau Abu ‘Amir Al Asy’ary. Oleh karena itu, aku nasehatkan kepada saudara-saudaraku semuslim agar menjauhkan diri dari mendengarkan nyanyian dan alat musik, dan janganlah terpedaya oleh perkataan orang yang menyatakan dirinya sebagai seorang ahlul ilmi bahwa alat musik itu hukumnya boleh, karena dalil-dalil tentang keharamannya sangat jelas dan gamblang.
Adapun hukum menonton sinetron yang didalamnya terdapat wanita adalah haram jika hal tersebut dapat menimbulkan fitnah dan ketertarikan pada wanita. Sinetron secara umum dapat menimbulkan kerusakan sekalipun laki-laki tidak menonton sinetron yang terdapat wanitanya, atau sebaliknya, wanita menonton sinetron yang tidak ada laki-lakinya. Karena sasaran dari sinetron tersebut adalah menimbulkan kerusakan pada adab dan akhlak masyarakat. Aku memohon kepada Allah agar kaum muslimin terjaga dari kejelekannya, dan memperbaiki para pemimpin kaum muslimin agar mereka juga mampu memperbaiki kaum muslimin secara keseluruhan. Wallahu a’lam.
Pertanyaan: Bagaimana hukumnya membeli majalah mode dengan tujuan agar kaum wanita memperoleh manfaat seputar aneka mode pakaian wanita yang sedang trend? Bagaimana pula hukum mengoleksi majalah-majalah tersebut setelah mengambil manfaatnya, sedangkan majalah tersebut penuh gambar wanita?
Jawaban: Tidak diragukan lagi, membeli majalah yang penuh dengan gambar wanita hukumnya haram, karena mengoleksi gambar adalah haram, sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam,
لا تَدْخُلُ الْملائكةُ بَيْتاً فِيهِ صُورَةٌ
Malaikat tidak memasuki rumah yang didalamnya terdapat gambar (makhluk bernyawa). (HR. Bukhari dan Muslim).
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam tatkala melihat gambar makhluk bernyawa pada bantal dirumah Aisyah, beliau berhenti dan tidak mau masuk. Tampak rasa tidak suka pada wajah beliau. Sementara majalah-majalah tersebut menuntut kita untuk melihat gambar-gambarnya.
Tidak semua mode pakaian itu halal hukumnya, terkadang ada model yang menampakkan aurat, atau sempit dan membentuk tubuh. Dan kadang-kadang model seperti ini ada yang merupakan pakaian orang kafir, sementara menyerupai orang kafir hukumnya adalah haram sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam,
مَن تَشبَّه بِقومٍ فهو مِنهُم
Barang siapa yang menyerupai suatu kaum maka ia termasuk kaum tersebut. (HR. Ahmad dan Abu Daud, sanad hadits ini hasan).
Yang ingin saya nasehatkan pada kaum muslimin secara umum dan kaum wanita secara khusus, jauhilah model-model ini, karena adakalanya model-model tersebut merupakan model yang menyerupai non muslim, atau menampakkan aurat, kemudian jika kaum wanita mengikuti segala sesuatu yang baru, niscaya ia akan meninggalkan kebiasaan yang telah dikuatkan oleh agama ini menuju kebiasaan para non muslim.
Pertanyaan: Bagaimana hukumnya mencela orang-orang yang iltizam (menjalankan dan taat) perintah Allah dan Rasul-Nya?
Jawaban: Mencela orang-orang yang iltizam terhadap perintah Allah dan Rasul-nya dikarenakan ke-iltizam-an mereka, hukumnya adalah haram dan sangat berbahaya bagi si pelaku. Karena dikhawatirkan kebenciannya terhadap mereka (orang yang iltizam) adalah karena mereka istiqomah diatas agama Allah, sehingga ketika itu celaan yang dilontarkan kepada mereka sebenarnya adalah celaan terhadap agama. Sehingga Allah serupakan orang yang mencela dengan orang yang disebutkan Allah dalam firman-Nya pada surat At Taubah:
“Dan jika kamu tanyakan kepada mereka (tentang apa yang mereka lakukan itu), tentulah mereka akan manjawab, "Sesungguhnya Kami hanyalah bersenda gurau dan bermain-main saja." Katakanlah: "Apakah dengan Allah, ayat-ayat-Nya dan Rasul-Nya kamu selalu berolok-olok? Tidak usah kamu minta maaf, karena kamu kafir sesudah beriman.” (QS. At Taubah: 65-66)
Surat ini diturunkan menceritakan tentang orang-orang munafik yang mereka berkata, “Kami belum pernah melihat para pembaca (Al-Qur’an) kami yang lebih buncit perutnya, lebih berdusta lisannya dan pengecut saat berhadapan dengan musuhnya”. Maksudnya adalah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dan para sahabatnya.
Maka jauhkan diri dari mencela para ahlul haq karena keadaan mereka yang menjalankan perintah agama, Allah berfirman dalam QS. Al Muthoffifin: 29-36:
Sesungguhnya orang-orang yang berdosa, adalah mereka yang menertawakan orang-orang yang beriman. Dan apabila orang-orang yang beriman lalu di hadapan mereka, mereka saling mengedip-ngedipkan matanya. Dan apabila orang-orang yang berdosa itu kembali kepada kaumnya, mereka kembali dengan gembira. Dan apabila mereka melihat orang-orang mukmin, mereka mengatakan: "Sesungguhnya mereka itu benar-benar orang-orang yang sesat", Padahal orang-orang yang berdosa itu tidak dikirim untuk penjaga bagi orang-orang mukmin. Maka pada hari ini, orang-orang yang beriman menertawakan orang-orang kafir, mereka (duduk) di atas dipan-dipan sambil memandang. Sesungguhnya orang-orang kafir telah diberi ganjaran terhadap apa yang dahulu mereka kerjakan.
Semoga shalawat dan salam tercurah pada nabi kita Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, keluarganya dan para shahabatnya.
***
Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. (Al-Baqarah: 286)
Dan aku bersaksi bahwa Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam adalah hamba dan utusan-Nya, hamba pilihan-Nya, yang Allah utus kepada seluruh umat manusia. Melalui Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, Allah menyelamatkan manusia dari kesesatan, menjadikan orang yang buta (dari kebenaran) mampu melihat (kebenaran), memberikan petunjuk kepada segala yang menghantarkan kepada kebaikan dan kebahagiaan dunia dan akhirat, serta memperingatkan manusia dari segala kejelekan dan keburukan dunia dan akhirat. Sehingga Nabi Muhammad meninggalkan umat ini diatas cahaya yang terang benderang, malamnya seperti siangnya, tidak ada seorangpun yang berpaling darinya melainkan akan hancur. Semoga shalaway tercurahkan kepada Beliau shallallahu ‘alaihi wasallam, keluarganya, para shahabatnya, serta orang- orang yang berjalan diatas manhaj (metode hidupnya) hingga hari kiamat. Amma ba’du:
Pertanyaan: apa yang dimaksud dengan hijab syar’i?
Jawaban: Hijab syar’i adalah hijab bagi wanita yang menutupi apa-apa yang tidak boleh ditampakkan. Maksudnya, menutupi apa yang wajib untuk ditutupi. Yang paling utama dan pertama untuk ditutupi adalah wajah, karena wajah adalah sumber fitnah dan tempat munculnya rasa suka. Maka wajib bagi wanita untuk menutupi wajahnya dari siapa saja yang bukan mahramnya.
Adapun orang yang menyangka bahwa hijab syar’i adalah menutupi kepala, leher, telapak kaki, betis, lengan dan membolehkan wanita untuk menampakkan wajah dan kedua telapak tangannya, maka ini adalah perkataan yang sungguh mengherankan. Karena telah diketahui bahwa sumber timbulnya rasa suka dan fitnah adalah wajah, maka bagaimana mungkin bisa dikatakan bahwa syari’at melarang wanita menampakkan telapak kaki dan membolehkan menampakkan wajah? Tidak mungkin terjadi pertentangan di dalam syari’at yang agung, penuh hikmah lagi suci ini.
Setiap orang tahu, bahwa fitnah menampakkan wajah jauh lebih besar daripada menampakkan telapak kaki. Dan setiap orang juga tahu bahwa asal munculnya perasaan suka seorang laki-laki pada wanita adalah dari menatap wajah.
Jika dikatakan kepada seorang laki-laki yang hendak meminang wanita, “Sesungguhnya wanita yang akan engkau pinang ini buruk rupa, akan tetapi telapak kakinya indah”, niscaya laki-laki tersebut tidak jadi meminang wanita tersebut.
Sebaliknya jika dikatakan,”wanita yang akan engkau pinang ini cantik rupa akan tetapi di lengan, telapak tangan, telapak kaki atau betisnya ada sedikit cacat (tidak indah)”, niscaya laki-laki tersebut akan tetap meminang wanita tersebut.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa wajah lebih utama dan wajib untuk ditutupi. Hal ini berdasarkan dalil-dalil dari Al Qur’an, hadits Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, perkataan para shahabat, para imam islam, para ulama’ yang menjelaskan wajibnya seorang wanita untuk menutupi seluruh tubuh dan wajahnya dari laki-laki yang bukan mahramnya. Namun dalil-dalil tersebut tidak dapat kami sebutkan dalam pembahasan kali ini. Wallahu A’lam.
Pertanyaan: Apa hukum seorang wanita yang sudah menikah ataupun belum, memotong rambutnya hingga pundak dengan tujuan berhias? Dan apa hukumnya menggunakan sendal dengan hak tinggi baik hak tersebut rata ataupun tidak? Dan apa hukum menggunakan kosmetik untuk berhias di depan suami?
Jawaban: Wanita yang memotong rambut (hingga pundak) jika menyerupai rambut laki-laki maka hukumnya haram dan termasuk dosa besar. Karena nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam melaknat wanita yang menyerupai laki-laki. Jika wanita memotong rambutnya (hingga pundak) tidak menyerupai laki-laki, maka dalam hal ini para ulama’ berselisih pendapat menjadi tiga pandapat; diantara ulama’ ada yang berpendapat boleh, ada yang berpendapat haram, dan ada yang berpendapat makruh.
Yang masyhur dari pendapat-pendapat ini adalah dari madzhab imam Ahmad, yaitu hukumnya makruh. Tidak selayaknya kita mengambil kebiasaan yang bukan merupakan kebiasaan kita. Kami memperhatikan beberapa masa yang lalu, bahwa para wanita bangga dengan lebat dan panjangnya rambut mereka. Lalu apa yang membuat wanita-wanita masa kini senang untuk melakukan apa yang tidak berasal dari negeri kita (arab)? Saya tidak mengingkari segala hal yang baru, tapi saya mengingkari segala sesuatu yang menghantarkan masyarakat ini berpindah kepada kebiasaan yang bukan berasal dari orang muslim.
Adapun hukum mengenakan sendal ber-hak tinggi, tidak boleh jika keluar dari adat (kebiasaan), dan menyebabkan tabarruj (berhias), menjadi pusat perhatian, karena Allah berfirman:
•
Dan hendaklah kamu tetap di rumahmu dan janganlah kamu berhias dan bertingkah laku seperti orang-orang Jahiliyah yang dahulu. (QS. Al-Ahzab: 33)
Segala sesuatu yang menjadikan wanita tabarruj (berhias), menampakkan keindahannya, menjadikan ia paling istimewa diantara kaum wanita, maka hukumnya haram, tidak boleh ia lakukan.
Menggunakan kosmetik seperti lipstik, perona pipi maka hukumnya boleh, walaupun untuk tujuan berhias. Adapun berhias dengan cara yang dilakukan sebagian wanita seperti Namsh, yaitu mencabut alis mata, maka hukumnya haram, karena Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam telah melaknat wanita yang mencabut alisnya dan yang meminta dicabutkan alisnya. Demikian juga mengkikir gigi untuk mempercantik diri, hukumnya haram dan dilaknat pelakunya.
Pertanyaan: Terdapat sebuah kebiasaan yang sudah tersebar, seorang gadis atau ayahnya menolak pinangan seorang lelaki dengan alasan ingin menyelesaikan studi di sekolah menengah atau universitas terlebih dahulu, atau bahkan untuk belajar selama beberapa tahun. Apa hukum perkara tersebut? Dan apa nasehat anda untuk orang yang melakukan perkara tersebut, mengingat sebagian wanita telah mencapai usia tiga puluh tahun atau bahkan lebih yang belum menikah?
Jawaban: Hukum perkara tersebut adalah menyelisihi perintah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
“Jika telah datang kepada kalian orang yang kalian ridhai agamanya, akhlaqnya, maka nikahkanlah” (Hadits ini diriwayatkan oleh At Tirmidzi, dan dia berkata hadits ini hasan shahih).
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam juga bersabda,
“Wahai para pemuda, barang siapa diantara kalian yang telah siap menikah, maka menikahlah, karena sesungguhnya hal tersebut lebih menundukkan pandangan dan menjaga kemaluan” (HR. Bukhari dan Muslim)
Mencegah pernikahan berarti mencegah datangnya kebaikan yang muncul dari pernikahan tersebut. Maka aku nasehatkan kepada saudara-saudaraku semuslim, para wali kaum wanita, dan kepada saudari-saudariku muslimah, janganlah menghalangi diri untuk menikah dengan alasan menyelesaikan studi. Diperboleh-kan seorang wanita memberi syarat kepada suaminya agar diizinkan untuk menyelesaikan pendidikannya, demikian juga agar ia tetap melanjutkan pendidikan hingga satu atau dua tahun dengan catatan, ia mampu menunaikan tanggung jawabnya terhadap anak-anaknya. Tidak mengapa pula bagi seorang wanita melanjutkan pendidikannya di jenjang perguruan tinggi selama tidak terdapat hal-hal yang dipermasalahkan secara syar’i.
Menurut saya, jika seorang wanita telah menyelesaikan pendidikan dasarnya, dan ia telah mampu membaca dan menulis serta menggunakan kemampuannya tersebut untuk membaca kitabullah dan tafsirnya, membaca hadits-hadits Rasulullah berserta syarahnya, maka hal itu telah cukup. Kecuali jika ia ingin melanjutkan pendidikan untuk mempelajari ilmu yang dibutuhkan oleh banyak orang seperti ilmu kedokteran dan yang sejenisnya. Dengan catatan, tidak terjadi ikhtilath atau larangan-larangan syar’i lainnya.
Pertanyaan: Apakah boleh bagi seorang wanita pergi ke pasar tanpa disertai mahram?
Jawaban: Hukum asal seorang wanita pergi ke pasar adalah boleh, tidak disyaratkan harus disertai mahram. Kecuali jika dikhawatirkan terjadi fitnah, maka hukumnya menjadi tidak boleh pergi kecuali jika disertai mahram yang menjaganya. Dan bolehnya seorang wanita pergi ke pasar dengan syarat ia tidak tabarruj, atau menggunakan parfum. Sebagaimana sabda Rasulullah:
لا تمنعوا إماء الله مساجد الله وليخرجن تفلات
Jangan kalian larang kaum wanita dari masjid-masjid Allah. Dan hendaknya mereka keluar dalam keadaan tidak memakai wewangian dan bertabarruj. (HR. Ahmad dan Abu Daud).
Karena keluarnya wanita dengan menggunakan wewangian dapat menimbulkan fitnah baik bagi orang lain maupun bagi dirinya sendiri. Jika seorang wanita dapat menjaga dirinya dari fitnah yang dimungkinkan akan timbul, dan memenuhi syarat ketika keluar dari rumahnya, yaitu tidak berhias dan memekai wewangian, maka hal itu tidak mengapa.
Dahulu pun, para wanita pada zaman Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam keluar ke pasar tanpa disertai mahram.
Pertanyaan: Bagaimana hukum mendengarkan musik dan nyanyian? Dan bagaimana hukum menonton sinetron yang didalamnya terdapat wanita-wanita yang berhias?
Jawaban: Hukum mendengarkan musik dan nyanyian adalah haram, tidak diragukan lagi keharamannya. Para sahabat dan tabi’in telah menjelaskan bahwa nyanyian dapat menumbuhkan kemunafikan dalam hati, mendengarkan nyanyian merupakan perbuatan yang melalaikan, Allah telah berfirman:
•• • •
Dan di antara manusia (ada) orang yang mempergunakan perkataan yang tidak berguna untuk menyesatkan (manusia) dari jalan Allah tanpa pengetahuan dan menjadikan jalan Allah itu olok-olokan. mereka itu akan memperoleh azab yang menghinakan. (QS. Luqman: 6)
Ibnu Mas’ud, ketika menafsirkan ayat tersebut berkata, “Demi Dzat yang tiada Ilah yang berhak disembah selain Dia, yang dimaksud dalam ayat tersebut adalah nyanyian”. Penafsiran seorang shahabat dapat dijadikan sebagai hujjah dan menduduki posisi ketiga dalam tingkatan penafsiran. Karena tafsir memiliki tiga tingkatan, yaitu: menafsirkan Al Qur’an dengan Al Qur’an, menafsirkan Al Qur’an dengan sunnah dan menafsirkan Al Qur’an dengan perkataan para shahabat. Sebagian ulama berpendapat bahwa penafsiran para shahabat dihukumi marfu’. Pendapat yang paling kuat adalah bahwa penafsiran shahabat tidak dihukumi marfu’ tapi penafsiran mereka merupakan perkataan yang paling mendekati kebenaran.
Mendengarkan lagu dan musik ini suatu fenomena nyata yang telah diperingatkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, sebagaimana sabda beliau,
ليكونن أقوام من أمتي يستحلون الحر، والحرير، والخمر والمعازف
Sungguh akan ada hari bagi kalangan umat ini, kaum yang menghalalkan perzinaan, sutera (bagi laki-laki), minuman keras, dan alat-alat musik (HR. Bukhari dan selainnya),
maksudnya adalah menghalalkan zina, khamer dan sutera -laki-laki tidak boleh mengenakan sutera- dan alat musik yang merupan sarana yang melalaikan.
Imam Bukhari telah meriwayatkan hadits ini dari haditsnya Abu Malik Al Asy’ary atau Abu ‘Amir Al Asy’ary. Oleh karena itu, aku nasehatkan kepada saudara-saudaraku semuslim agar menjauhkan diri dari mendengarkan nyanyian dan alat musik, dan janganlah terpedaya oleh perkataan orang yang menyatakan dirinya sebagai seorang ahlul ilmi bahwa alat musik itu hukumnya boleh, karena dalil-dalil tentang keharamannya sangat jelas dan gamblang.
Adapun hukum menonton sinetron yang didalamnya terdapat wanita adalah haram jika hal tersebut dapat menimbulkan fitnah dan ketertarikan pada wanita. Sinetron secara umum dapat menimbulkan kerusakan sekalipun laki-laki tidak menonton sinetron yang terdapat wanitanya, atau sebaliknya, wanita menonton sinetron yang tidak ada laki-lakinya. Karena sasaran dari sinetron tersebut adalah menimbulkan kerusakan pada adab dan akhlak masyarakat. Aku memohon kepada Allah agar kaum muslimin terjaga dari kejelekannya, dan memperbaiki para pemimpin kaum muslimin agar mereka juga mampu memperbaiki kaum muslimin secara keseluruhan. Wallahu a’lam.
Pertanyaan: Bagaimana hukumnya membeli majalah mode dengan tujuan agar kaum wanita memperoleh manfaat seputar aneka mode pakaian wanita yang sedang trend? Bagaimana pula hukum mengoleksi majalah-majalah tersebut setelah mengambil manfaatnya, sedangkan majalah tersebut penuh gambar wanita?
Jawaban: Tidak diragukan lagi, membeli majalah yang penuh dengan gambar wanita hukumnya haram, karena mengoleksi gambar adalah haram, sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam,
لا تَدْخُلُ الْملائكةُ بَيْتاً فِيهِ صُورَةٌ
Malaikat tidak memasuki rumah yang didalamnya terdapat gambar (makhluk bernyawa). (HR. Bukhari dan Muslim).
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam tatkala melihat gambar makhluk bernyawa pada bantal dirumah Aisyah, beliau berhenti dan tidak mau masuk. Tampak rasa tidak suka pada wajah beliau. Sementara majalah-majalah tersebut menuntut kita untuk melihat gambar-gambarnya.
Tidak semua mode pakaian itu halal hukumnya, terkadang ada model yang menampakkan aurat, atau sempit dan membentuk tubuh. Dan kadang-kadang model seperti ini ada yang merupakan pakaian orang kafir, sementara menyerupai orang kafir hukumnya adalah haram sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam,
مَن تَشبَّه بِقومٍ فهو مِنهُم
Barang siapa yang menyerupai suatu kaum maka ia termasuk kaum tersebut. (HR. Ahmad dan Abu Daud, sanad hadits ini hasan).
Yang ingin saya nasehatkan pada kaum muslimin secara umum dan kaum wanita secara khusus, jauhilah model-model ini, karena adakalanya model-model tersebut merupakan model yang menyerupai non muslim, atau menampakkan aurat, kemudian jika kaum wanita mengikuti segala sesuatu yang baru, niscaya ia akan meninggalkan kebiasaan yang telah dikuatkan oleh agama ini menuju kebiasaan para non muslim.
Pertanyaan: Bagaimana hukumnya mencela orang-orang yang iltizam (menjalankan dan taat) perintah Allah dan Rasul-Nya?
Jawaban: Mencela orang-orang yang iltizam terhadap perintah Allah dan Rasul-nya dikarenakan ke-iltizam-an mereka, hukumnya adalah haram dan sangat berbahaya bagi si pelaku. Karena dikhawatirkan kebenciannya terhadap mereka (orang yang iltizam) adalah karena mereka istiqomah diatas agama Allah, sehingga ketika itu celaan yang dilontarkan kepada mereka sebenarnya adalah celaan terhadap agama. Sehingga Allah serupakan orang yang mencela dengan orang yang disebutkan Allah dalam firman-Nya pada surat At Taubah:
“Dan jika kamu tanyakan kepada mereka (tentang apa yang mereka lakukan itu), tentulah mereka akan manjawab, "Sesungguhnya Kami hanyalah bersenda gurau dan bermain-main saja." Katakanlah: "Apakah dengan Allah, ayat-ayat-Nya dan Rasul-Nya kamu selalu berolok-olok? Tidak usah kamu minta maaf, karena kamu kafir sesudah beriman.” (QS. At Taubah: 65-66)
Surat ini diturunkan menceritakan tentang orang-orang munafik yang mereka berkata, “Kami belum pernah melihat para pembaca (Al-Qur’an) kami yang lebih buncit perutnya, lebih berdusta lisannya dan pengecut saat berhadapan dengan musuhnya”. Maksudnya adalah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dan para sahabatnya.
Maka jauhkan diri dari mencela para ahlul haq karena keadaan mereka yang menjalankan perintah agama, Allah berfirman dalam QS. Al Muthoffifin: 29-36:
Sesungguhnya orang-orang yang berdosa, adalah mereka yang menertawakan orang-orang yang beriman. Dan apabila orang-orang yang beriman lalu di hadapan mereka, mereka saling mengedip-ngedipkan matanya. Dan apabila orang-orang yang berdosa itu kembali kepada kaumnya, mereka kembali dengan gembira. Dan apabila mereka melihat orang-orang mukmin, mereka mengatakan: "Sesungguhnya mereka itu benar-benar orang-orang yang sesat", Padahal orang-orang yang berdosa itu tidak dikirim untuk penjaga bagi orang-orang mukmin. Maka pada hari ini, orang-orang yang beriman menertawakan orang-orang kafir, mereka (duduk) di atas dipan-dipan sambil memandang. Sesungguhnya orang-orang kafir telah diberi ganjaran terhadap apa yang dahulu mereka kerjakan.
Semoga shalawat dan salam tercurah pada nabi kita Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, keluarganya dan para shahabatnya.
***
BIOGRAFI SAYIIDUNA ALI BIN ABI THOLIB
Ini adalah cuplikan dari kehidupan seorang tokoh terkemuka umat ini, dan seorang pahalwan. Dia adalah seorang shahabat Rasulullah saw yang mulia. Kita akan berusaha memetik beberapa pelajaran penting dan ibroh dari perjalanan hidupnya. Shahabat yang satu ini lahir pada tahun kedua puluh sebelum kenabian, tumbuh berkembang dalam didikan rumah tangga kenabian, dialah orang pertama yang masuk Islam dari golongan anak kecil. Nabi saw bersabda kepadanya, “Tidakkah engkau rela jika kedudukan dirimu terhadapa diriku sama seperti kedudukan Harun terhadap Musa as, hanya sanya tidak ada nabi setelahku”.
Dan beliau juga bersabda, “Tidaklah orang yang mencintaimu kecuali dia sebagai orang yang beriman dan tidaklah membencimu kecuali orang yang munafiq”.
Ali telah mengikuti semua peperangan bersama Rasulullah saw kecuali perng Tabuk, dia terkenal akan ketangguhannya dalam menunggang kuda dan keberanian, ia juga salah seorang yang diberi kabar gembira untuk memasuki surga, pada saat dirinya masih hidup, dialah kesatria umat Islam ini, amirul Mu’minin, pemimpin yang diberi petunjuk Ali bin Abi Thalib bin Abdul Muththalib Al-Qurasy Al-Hasyimy, dia memiliki hubungan kekerabatan dengan Nabi saw, sebagai anak dari paman beliau saw dan suami dari putri Rasulullah saw, Fathimah ra.
Para sejarawan berpendapat bahwa kulit beliau berwarna hitam manis, berjenggot tebal, lelaki kekar, perut lebar, berwajah tampan, berperawakan sedang dan kuniahnya adalah Abu Al-Hasan atau Abu Turob.
Shahabat yang satu ini memiliki memiliki citra kepahlawanan yang sangat cemerlang sebagai bukti atas keberaniannya dalam membela agama ini. Di antaranya, dia menginap di ranjang Rasulullah saw pada saat peristiwa hijrah, dia mempersembahkan dirinya untuk sebuah kematian demi membela Rasulullah saw, dialah orang pertama bersama Hamzah dan Ubaidah bin Al-Harits ra yang memenuhi panggilan perang tanding. Dan dia juga termasuk kelompok kecil yang tetap tegar bersama Rasulullah saw pada perang Uhud.
Di antara bukti kepahlawanannya adalah apa yang tanpak jelas pada perang Khandak, pada saat Amru bin Wud menyerang dengan kudanya, orang ini adalah salah seorang penunggang kuda tangguh terkenal di suku Quraisy, dia dengan topeng besi berseloroh meminta kepada kaum muslimin untuk perang tanding (duel). Dia berkata, “Di manakah surga yang kalian katakan bahwa jika mati kalian pasti memasukinya? Apakah kalian tidak memberikan aku seorang lelaki untuk berduel melawanku?. Maka Ali bin Abi Thalib keluar menghadapinya. Orang tersebut berkata: Kembalilah wahai anak saudaraku, dan dimanakah paman-pamanmu yang lebih tua darimu, sesungguhnya aku tidak suka menumpahkan darahmu. Maka Ali bin Abi Thalib berkata: Namun demi Allah, aku tidak sedikitpun merasa enggan untuk menumpahkan darahmu. Maka musuhnyapun marah dan turun lalu menghunus pedangnya yang seakan kilatan api, lalu bergegas menghadapi Ali dengan emosi yang meluap. Maka Alipun menghadapinya dengan pedang berkepala dua yang dimilikinya namun Amru memukul pedang tersebut sehingga terpental namun peadangnya masih tetap dipegangnya sehingga melukai kepalanya, kemudian Ali menebas urat pundak musuhnya sehingga jatuh tersungkur dan mengucurkan darah, kemudian Rasulullah saw mendengar suara takbir maka Rasulullah mengetahui bahwa Ali telah menewaskan musuhnya dan dia berkata:
Dia membela batu-batuan (berhala) karena kebodohan akalnya
Dan aku membela Tuhan Muhammad dengan akal yang benar
Jangan kau menyangka bahwa Allah mengecewakan agamanya
Begitu juga NabiNya, hai pasukan tentara yang akan berperang
Dan di antara torehan sejarah hidupnya yang baik adalah pada saat benteng Khaibar sangat sulit ditaklukkan oleh pasukan kaum muslimin, maka Nabi saw bersabda, “Aku pasti akan memberikan pedang ini kepada seorang lelaki di mana Allah akan memenangkan agama ini di tangannya, dia mencintai Allah dan RasulNya”. Maka para shahabatpun melalui malam mereka dengan penuh tanda tanya kepada siapakah panji Islam itu akan diberikan?. Pada saat pagi tiba para shahabat mendatangi Nabi saw dan setiap mereka ingin jika bendera tersebut diberikan kepada dirinya sendiri. Maka Rasulullah saw bertanya: Di manakah Ali bin Abi Thalib, mereka menjawab: Wahai Rasulullah dia sedang sakit mata. Rasulullah bertanya kembali: Hendaklah ada orang yang pergi memberitahukan agar dia datang‘. Maka diapun datang menghadap, lalu Rasulullah saw meludahi kedua matanya dan akhirnya sembuh sehingga sekan tidak pernah terkena penyakit apapun, barulah beliau saw memberikan bendera peperangan kepadanya, dan Ali bertanya kepada Rasulullah saw: Wahai Rasulullah apakah aku akan memerangi mereka sehingga mereka masuk Islam seperti kita ini?. Maka Rasulullah saw bersabda, “Berjalanlah dengan pelan sehingga engkau mendatangi mereka pada halaman rumah mereka, kemudian serulah mereka memeluk Islam, dan beritahukanlah kepada mereka apa-apa yang wajib atas mereka dari hak-hak Allah, demi Allah seandainya salah seseorang mendapat hidayah disebabkan karena usahamu maka hal itu lebih baik dari onta merah”.
Pada saat Ali sampai di wilayah musuh, maka Raja mereka bernama Murhib keluar sambil menghunus pedangnya sambil melantunkan sebuah sya’ir :
Khaibar telah mengetahui diriku bahwa aku adalah Murhib
Penyandang senjata dan pahlawan yang berpengalaman
Pada saat peperangan telah api perang telah berkobar
Lalu Ali berkata menjwabnya:
Akulah orang yang diberi nama oleh ibuku “Haidarah“ (singa)
Seperti singa hutan yang berperawakan menyeramkan
Yang akan mengejar kalian dengan sambaran pedang yang sangat cepat
Keduanya saling serang dengan kedua pedang mereka dua kali tebasan dan tebasan Ali adalah serangan yang mematikan sehingga Allah memberikan kemenangan atas kaum muslimin.
Selain sebagai seorang pemberani beliau juga seorang ulama bagi para shahabat, seorang dari suku Arab yang cerdas, dan telah didatangkan kepada Umar seorang wanita kepada Umar dan telah melahirkan seorang anak yang telah berumur enam bulan lalu Umar memerintahkan agar wanita tersebut dirajam.
Maka Ali ra berkata kepada Umar: Wahai Amirul Mu’minin tidakkah engakau mendengar firman Allah Ta’ala:
Ali berkata: Masa kehamilan adalah enam bulan dan menyapihnya dalam masa dua tahun.
Maka Umarpun menggagalkan eksekusi rajam dan dia berkomentar: Sebuah perkara yang seandainya Abu Hasan tidak memberikan pendapat padanya maka niscaya aku binasa.
Di antara ungkapannya yang agung adalah (Kebaikan itu bukanlah jika harta dan anak-anakmu banyak, namun kebaikan yang sebenarnya adalah ilmumu bertambah banyak, sikap santunmu agung, engkau berlomba-lomba dengan orang lain dalam beribadah kepada Tuhanmu, jika kamu berlaku baik engkau memuji Allah dan jika berlaku buruk engkau meminta ampun kepada Allah).
Di antara perkataannya adalah ambillah lima perkara dariku janganlah seorang hamba mengharap kecuali kepada Tuhannya, tidak khawatir kecuali terhadap dosa-dosanya, janganlah orang yang tidak mengetahui merasa malu bertanya tentang apa yang tidak diketahuinya, dan janganlah orang yang alim merasa malu mengatakan: “Allah yang lebih mengetahui” jika dia ditanya tentang perkara yang tidak diketahuinya, kedudukan sabar terhadap keimanan sama seperti kedudukan kepala dalam jasad dan tidak ada keimanan tanpa kesabaran”.
Dikatakan kepadanya: Wahai amirul Mu’minin beritahukanlah kami tentang dunia, dia menjawab: “ Ia adalah tempat tinggal yang barangsiapa butuh(rakus) kepadanya maka dia akan bersedih, barangsiapa yang mencari kekayaan dengannya maka dia akan terfitnah, orang yang berprilaku baik padanya maka dia akan merasa aman, yang halal darinya akan dihisab dan yang haram akan diazab”.
Dia juga berkata: Balasan kemaksiatan adalah lemah dalam beribadah, sempit dalam kehidupan, sedikit kenikmatan. Ditanyakan kepadanya apakah yang dimaksud dengan kenikmatan yang sedikit?. “ Tidak akan terpenuhi baginya keinginan yang halal kecuali akan datang kepadanya perkara yang akan mengeruhkan kelezatannya”.
Ibnu Katsir berkata: Nabi saw telah memberitahukan kepada Ali bahwa dia akan mati terbunuh, maka kewafatannya sama seperti apa yang diberitahukan oleh Nabi saw.
Dari Ammar bin Yasar ra bahwa Nabi saw bersabda, “Tidakkah aku memberitahukan kepada kalian tentang dua orang yang paling buruk?. Kami menjawab: Kami mau wahai Rasulullah. Beliau menjawab: “Uhaimir Tsamud yang telah menyembelih onta dan orang yang membunuhmu wahai Ali pada bagian ini, (maksudnya adalah bahwa Nabi saw menyamakannya), sehingga bagian ini menjadi berdarah, yaitu bagian jenggotnya.
Dan Ali terbunuh oleh seorang yang buruk dari golongan khawaraij, Abdurrohman bin Muljim pada tahun keempat puluh hijriyah tanggal dua puluh tujuh bulan Ramadhan. Allah SWT berfirman:
وَمَن يَقْتُلْ مُؤْمِنًا مُّتَعَمِّدًا فَجَزَآؤُهُ جَهَنَّمُ خَالِدًا فِيهَا وَغَضِبَ اللّهُ عَلَيْهِ وَلَعَنَهُ وَأَعَدَّ لَهُ عَذَابًا عَظِيمًا
Dan barang siapa yang membunuh seorang mukmin dengan sengaja, maka balasannya ialah Jahanam, kekal ia di dalamnya dan Allah murka kepadanya, dan mengutukinya serta menyediakan azab yang besar baginya. QS. Al-NIsa’: 93
Imam Al-Dzahabi rahimahullah berkata: Menurut orang-orang rawafidh Ibnu Muljim di akherat kelak adalah orang yang paling sengsara, dan menurut pendapat ahlis sunnah dia termasuk salah seorang yang kita harapkan masuk neraka dan bisa jadi Allah mengampuninya, tidak seperti apa yang dikatakan oleh Khawarij dan Rawafidh, dia sama seperti pembunuh Utsman, Zubair, Thalhah, Sai’id bin Jubair, Ammar, Kharijah dan Al-Husain. Kita berlepas diri dari semua orang ini dan kita membencinya karena Allah, namun perkaranya tetap kita serahkan kepada Allah Azza Wa Jalla.
Semoga Allah memberikan keridhaan kepada Ali, dan semoga Allah memberikan balasan yang baik kepadanya, semoga Allah mengumpulkan kita dengannya di surganya yang mulia, dan segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam, semoga shalawat dan salam tetap tercurahkan kepada Nabi kita Muhammad dan kepada keluarga, shahabat serta seluruh pengikut beliau.
Dan beliau juga bersabda, “Tidaklah orang yang mencintaimu kecuali dia sebagai orang yang beriman dan tidaklah membencimu kecuali orang yang munafiq”.
Ali telah mengikuti semua peperangan bersama Rasulullah saw kecuali perng Tabuk, dia terkenal akan ketangguhannya dalam menunggang kuda dan keberanian, ia juga salah seorang yang diberi kabar gembira untuk memasuki surga, pada saat dirinya masih hidup, dialah kesatria umat Islam ini, amirul Mu’minin, pemimpin yang diberi petunjuk Ali bin Abi Thalib bin Abdul Muththalib Al-Qurasy Al-Hasyimy, dia memiliki hubungan kekerabatan dengan Nabi saw, sebagai anak dari paman beliau saw dan suami dari putri Rasulullah saw, Fathimah ra.
Para sejarawan berpendapat bahwa kulit beliau berwarna hitam manis, berjenggot tebal, lelaki kekar, perut lebar, berwajah tampan, berperawakan sedang dan kuniahnya adalah Abu Al-Hasan atau Abu Turob.
Shahabat yang satu ini memiliki memiliki citra kepahlawanan yang sangat cemerlang sebagai bukti atas keberaniannya dalam membela agama ini. Di antaranya, dia menginap di ranjang Rasulullah saw pada saat peristiwa hijrah, dia mempersembahkan dirinya untuk sebuah kematian demi membela Rasulullah saw, dialah orang pertama bersama Hamzah dan Ubaidah bin Al-Harits ra yang memenuhi panggilan perang tanding. Dan dia juga termasuk kelompok kecil yang tetap tegar bersama Rasulullah saw pada perang Uhud.
Di antara bukti kepahlawanannya adalah apa yang tanpak jelas pada perang Khandak, pada saat Amru bin Wud menyerang dengan kudanya, orang ini adalah salah seorang penunggang kuda tangguh terkenal di suku Quraisy, dia dengan topeng besi berseloroh meminta kepada kaum muslimin untuk perang tanding (duel). Dia berkata, “Di manakah surga yang kalian katakan bahwa jika mati kalian pasti memasukinya? Apakah kalian tidak memberikan aku seorang lelaki untuk berduel melawanku?. Maka Ali bin Abi Thalib keluar menghadapinya. Orang tersebut berkata: Kembalilah wahai anak saudaraku, dan dimanakah paman-pamanmu yang lebih tua darimu, sesungguhnya aku tidak suka menumpahkan darahmu. Maka Ali bin Abi Thalib berkata: Namun demi Allah, aku tidak sedikitpun merasa enggan untuk menumpahkan darahmu. Maka musuhnyapun marah dan turun lalu menghunus pedangnya yang seakan kilatan api, lalu bergegas menghadapi Ali dengan emosi yang meluap. Maka Alipun menghadapinya dengan pedang berkepala dua yang dimilikinya namun Amru memukul pedang tersebut sehingga terpental namun peadangnya masih tetap dipegangnya sehingga melukai kepalanya, kemudian Ali menebas urat pundak musuhnya sehingga jatuh tersungkur dan mengucurkan darah, kemudian Rasulullah saw mendengar suara takbir maka Rasulullah mengetahui bahwa Ali telah menewaskan musuhnya dan dia berkata:
Dia membela batu-batuan (berhala) karena kebodohan akalnya
Dan aku membela Tuhan Muhammad dengan akal yang benar
Jangan kau menyangka bahwa Allah mengecewakan agamanya
Begitu juga NabiNya, hai pasukan tentara yang akan berperang
Dan di antara torehan sejarah hidupnya yang baik adalah pada saat benteng Khaibar sangat sulit ditaklukkan oleh pasukan kaum muslimin, maka Nabi saw bersabda, “Aku pasti akan memberikan pedang ini kepada seorang lelaki di mana Allah akan memenangkan agama ini di tangannya, dia mencintai Allah dan RasulNya”. Maka para shahabatpun melalui malam mereka dengan penuh tanda tanya kepada siapakah panji Islam itu akan diberikan?. Pada saat pagi tiba para shahabat mendatangi Nabi saw dan setiap mereka ingin jika bendera tersebut diberikan kepada dirinya sendiri. Maka Rasulullah saw bertanya: Di manakah Ali bin Abi Thalib, mereka menjawab: Wahai Rasulullah dia sedang sakit mata. Rasulullah bertanya kembali: Hendaklah ada orang yang pergi memberitahukan agar dia datang‘. Maka diapun datang menghadap, lalu Rasulullah saw meludahi kedua matanya dan akhirnya sembuh sehingga sekan tidak pernah terkena penyakit apapun, barulah beliau saw memberikan bendera peperangan kepadanya, dan Ali bertanya kepada Rasulullah saw: Wahai Rasulullah apakah aku akan memerangi mereka sehingga mereka masuk Islam seperti kita ini?. Maka Rasulullah saw bersabda, “Berjalanlah dengan pelan sehingga engkau mendatangi mereka pada halaman rumah mereka, kemudian serulah mereka memeluk Islam, dan beritahukanlah kepada mereka apa-apa yang wajib atas mereka dari hak-hak Allah, demi Allah seandainya salah seseorang mendapat hidayah disebabkan karena usahamu maka hal itu lebih baik dari onta merah”.
Pada saat Ali sampai di wilayah musuh, maka Raja mereka bernama Murhib keluar sambil menghunus pedangnya sambil melantunkan sebuah sya’ir :
Khaibar telah mengetahui diriku bahwa aku adalah Murhib
Penyandang senjata dan pahlawan yang berpengalaman
Pada saat peperangan telah api perang telah berkobar
Lalu Ali berkata menjwabnya:
Akulah orang yang diberi nama oleh ibuku “Haidarah“ (singa)
Seperti singa hutan yang berperawakan menyeramkan
Yang akan mengejar kalian dengan sambaran pedang yang sangat cepat
Keduanya saling serang dengan kedua pedang mereka dua kali tebasan dan tebasan Ali adalah serangan yang mematikan sehingga Allah memberikan kemenangan atas kaum muslimin.
Selain sebagai seorang pemberani beliau juga seorang ulama bagi para shahabat, seorang dari suku Arab yang cerdas, dan telah didatangkan kepada Umar seorang wanita kepada Umar dan telah melahirkan seorang anak yang telah berumur enam bulan lalu Umar memerintahkan agar wanita tersebut dirajam.
Maka Ali ra berkata kepada Umar: Wahai Amirul Mu’minin tidakkah engakau mendengar firman Allah Ta’ala:
Ali berkata: Masa kehamilan adalah enam bulan dan menyapihnya dalam masa dua tahun.
Maka Umarpun menggagalkan eksekusi rajam dan dia berkomentar: Sebuah perkara yang seandainya Abu Hasan tidak memberikan pendapat padanya maka niscaya aku binasa.
Di antara ungkapannya yang agung adalah (Kebaikan itu bukanlah jika harta dan anak-anakmu banyak, namun kebaikan yang sebenarnya adalah ilmumu bertambah banyak, sikap santunmu agung, engkau berlomba-lomba dengan orang lain dalam beribadah kepada Tuhanmu, jika kamu berlaku baik engkau memuji Allah dan jika berlaku buruk engkau meminta ampun kepada Allah).
Di antara perkataannya adalah ambillah lima perkara dariku janganlah seorang hamba mengharap kecuali kepada Tuhannya, tidak khawatir kecuali terhadap dosa-dosanya, janganlah orang yang tidak mengetahui merasa malu bertanya tentang apa yang tidak diketahuinya, dan janganlah orang yang alim merasa malu mengatakan: “Allah yang lebih mengetahui” jika dia ditanya tentang perkara yang tidak diketahuinya, kedudukan sabar terhadap keimanan sama seperti kedudukan kepala dalam jasad dan tidak ada keimanan tanpa kesabaran”.
Dikatakan kepadanya: Wahai amirul Mu’minin beritahukanlah kami tentang dunia, dia menjawab: “ Ia adalah tempat tinggal yang barangsiapa butuh(rakus) kepadanya maka dia akan bersedih, barangsiapa yang mencari kekayaan dengannya maka dia akan terfitnah, orang yang berprilaku baik padanya maka dia akan merasa aman, yang halal darinya akan dihisab dan yang haram akan diazab”.
Dia juga berkata: Balasan kemaksiatan adalah lemah dalam beribadah, sempit dalam kehidupan, sedikit kenikmatan. Ditanyakan kepadanya apakah yang dimaksud dengan kenikmatan yang sedikit?. “ Tidak akan terpenuhi baginya keinginan yang halal kecuali akan datang kepadanya perkara yang akan mengeruhkan kelezatannya”.
Ibnu Katsir berkata: Nabi saw telah memberitahukan kepada Ali bahwa dia akan mati terbunuh, maka kewafatannya sama seperti apa yang diberitahukan oleh Nabi saw.
Dari Ammar bin Yasar ra bahwa Nabi saw bersabda, “Tidakkah aku memberitahukan kepada kalian tentang dua orang yang paling buruk?. Kami menjawab: Kami mau wahai Rasulullah. Beliau menjawab: “Uhaimir Tsamud yang telah menyembelih onta dan orang yang membunuhmu wahai Ali pada bagian ini, (maksudnya adalah bahwa Nabi saw menyamakannya), sehingga bagian ini menjadi berdarah, yaitu bagian jenggotnya.
Dan Ali terbunuh oleh seorang yang buruk dari golongan khawaraij, Abdurrohman bin Muljim pada tahun keempat puluh hijriyah tanggal dua puluh tujuh bulan Ramadhan. Allah SWT berfirman:
وَمَن يَقْتُلْ مُؤْمِنًا مُّتَعَمِّدًا فَجَزَآؤُهُ جَهَنَّمُ خَالِدًا فِيهَا وَغَضِبَ اللّهُ عَلَيْهِ وَلَعَنَهُ وَأَعَدَّ لَهُ عَذَابًا عَظِيمًا
Dan barang siapa yang membunuh seorang mukmin dengan sengaja, maka balasannya ialah Jahanam, kekal ia di dalamnya dan Allah murka kepadanya, dan mengutukinya serta menyediakan azab yang besar baginya. QS. Al-NIsa’: 93
Imam Al-Dzahabi rahimahullah berkata: Menurut orang-orang rawafidh Ibnu Muljim di akherat kelak adalah orang yang paling sengsara, dan menurut pendapat ahlis sunnah dia termasuk salah seorang yang kita harapkan masuk neraka dan bisa jadi Allah mengampuninya, tidak seperti apa yang dikatakan oleh Khawarij dan Rawafidh, dia sama seperti pembunuh Utsman, Zubair, Thalhah, Sai’id bin Jubair, Ammar, Kharijah dan Al-Husain. Kita berlepas diri dari semua orang ini dan kita membencinya karena Allah, namun perkaranya tetap kita serahkan kepada Allah Azza Wa Jalla.
Semoga Allah memberikan keridhaan kepada Ali, dan semoga Allah memberikan balasan yang baik kepadanya, semoga Allah mengumpulkan kita dengannya di surganya yang mulia, dan segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam, semoga shalawat dan salam tetap tercurahkan kepada Nabi kita Muhammad dan kepada keluarga, shahabat serta seluruh pengikut beliau.
WAHYU TERAKHIR KEPADA ROSULULLOH
Diriwayatkan bahwa surah Al-Maaidah ayat 3 diturunkan pada sesudah waktu asar yaitu pada hari Jumaat di padang Arafah pada musim haji penghabisan [Wada']. Pada masa itu Rasulullah s.a.w. berada di Arafah di atas unta. Ketika ayat ini turun Rasulullah s.a.w. tidak begitu jelas penerimaannya untuk mengingati isi dan makna yang terkandung dalam ayat tersebut. Kemudian Rasulullah s.a.w. bersandar pada unta beliau, dan unta beliau pun duduk perlahan-lahan. Setelah itu turun malaikat Jibril a.s. dan berkata:
"Wahai Muhammad, sesungguhnya pada hari ini telah disempurnakan urusan agamamu, maka terputuslah apa yang diperintahkan oleh Allah s.w.t. dan demikian juga apa yang terlarang olehnya. Oleh itu kamu kumpulkan para sahabatmu dan beritahu kepada mereka bahwa hari ini adalah hari terakhir aku bertemu dengan kamu."
Setelah Malaikat Jibril a.s. pergi maka Rasulullah s.a.w. pun berangkat ke Mekah dan terus pergi ke Madinah. Setelah Rasulullah s.a.w. mengumpulkan para sahabat beliau, maka Rasulullah s.a.w. pun menceritakan apa yang telah diberitahu oleh malaikat Jibril a.s.. Apabila para sahabat mendengar hal yang demikian maka mereka pun gembira sambil berkata: "Agama kita telah sempurna. Agama kila telah sempurna."
Apabila Abu Bakar ra. mendengar keterangan Rasulullah s.a.w. itu, maka ia tidak dapat menahan kesedihannya maka ia pun kembali ke rumah lalu mengunci pintu dan menangis sekuat-kuatnya. Abu Bakar ra. menangis dari pagi hingga ke malam. Kisah tentang Abu Bakar ra. menangis telah sampai kepada para sahabat yang lain, maka berkumpullah para sahabat di depan rumah Abu Bakar ra. dan mereka berkata: "Wahai Abu Bakar, apakah yang telah membuat kamu menangis sehingga begini sekali keadaanmu? Seharusnya kamu merasa gembira sebab agama kita telah sempuma." Mendengarkan pertanyaan dari para sahabat maka Abu Bakar ra. pun berkata, "Wahai para sahabatku, kamu semua tidak tahu tentang musibah yang menimpa kamu, tidakkah kamu tahu bahwa apabila sesualu perkara itu telah sempuma maka akan kelihatanlah akan kekurangannya. Dengan turunnya ayat tersebut bahwa ia menunjukkan perpisahan kita dengan Rasulullah s.a.w.. Hasan dan Husin menjadi yatim dan para isteri nabi menjadi janda."
Selelah mereka mendengar penjelasan dari Abu Bakar ra. maka sadarlah mereka akan kebenaran kata-kata Abu Bakar ra., lalu mereka menangis dengan sekuat-kuatnya. Tangisan mereka telah didengar oleh para sahabat yang lain, maka mereka pun terus memberitahu Rasulullah s.a.w. tentang apa yang mereka lihat itu. Berkata salah seorang dari para sahabat, "Ya Rasulullah s.a.w., kami baru kembali dari rumah Abu Bakar ra. dan kami dapati banyak orang menangis dengan suara yang kuat di depan rumah beliau." Apabila Rasulullah s.a.w. mendengar keterangan dari para sahabat, maka berubahlah muka Rasulullah s.a.w. dan dengan bergegas beliau menuju ke rumah Abu Bakar ra.. Setelah Rasulullah s.a.w. sampai di rumah Abu Bakar ra. maka Rasulullah s.a.w. melihat kesemua mereka yang menangis dan bertanya, "Wahai para sahabatku, kenapakah kamu semua menangis?." Kemudian Ali ra. berkata, "YaRasulullah s.a.w., Abu Bakar ra. mengatakan dengan turunnya ayat ini membawa tanda bahwa waktu wafatmu telah dekat. Adakah ini benar ya Rasulullah?." Lalu Rasulullah s.a.w. berkata: "Semua yang dikatakan oleh Abu Bakar ra. adalah benar, dan sesungguhnya waktu untuk aku meninggalkan kamu semua telah dekat".
Setelah Abu Bakar ra. mendengar pengakuan Rasulullah s.a.w., maka ia pun menangis sekuat tenaganya sehingga ia jatuh pingsan. Sementara 'Ukasyah ra. berkata kepada Rasulullah s.a.w., 'Ya Rasulullah, waktu itu saya anda pukul pada tulang rusuk saya. Oleh itu saya hendak tahu apakah anda sengaja memukul saya atau hendak memukul unta baginda." Rasulullah s.a.w. berkata: "Wahai 'Ukasyah, Rasulullah s.a.w. sengaja memukul kamu." Kemudian Rasulullah s.a.w. berkata kepada Bilal ra., "Wahai Bilal, kamu pergi ke rumah Fathimah dan ambilkan tongkatku ke mari." Bilal keluar dari masjid menuju ke rumah Fathimah sambil meletakkan tangannya di atas kepala dengan berkata, "Rasulullah telah menyediakan dirinya untuk dibalas [diqishash]."
Setelah Bilal sampai di rumah Fathimah maka Bilal pun memberi salam dan mengetuk pintu. Kemudian Fathimah ra. menyahut dengan berkata: "Siapakah di pintu?." Lalu Bilal ra. berkata: "Saya Bilal, saya telah diperintahkan oleh Rasulullah s.a.w. untuk mengambil tongkat beliau. "Kemudian Fathimah ra. berkata: "Wahai Bilal, untuk apa ayahku minta tongkatnya." Berkata Bilal ra.: "Wahai Fathimah, Rasulullah s.a.w.telah menyediakan dirinya untuk diqishash." Bertanya Fathimah ra. lagi: "Wahai Bilal, siapakah manusia yang sampai hatinya untuk menqishash Rasulullah s.a.w.?" Bilal ra. tidak menjawab pertanyaan Fathimah ra., Setelah Fathimah ra. memberikan tongkat tersebut, maka Bilal pun membawa tongkat itu kepada Rasulullah s.a.w. Setelah Rasulullah s.a.w. menerima tongkat tersebut dari Bilal ra. maka beliau pun menyerahkan kepada 'Ukasyah.
Melihatkan hal yang demikian maka Abu Bakar ra. dan Umar ra. tampil ke depan sambil berkata: "Wahai 'Ukasyah, janganlah kamu qishash Rasulullah s.a.w. tetapi kamu qishashlah kami berdua." Apabila Rasulullah s.a.w. mendengar kata-kata Abu Bakar ra. dan Umar ra. maka dengan segera beliau berkata: "Wahai Abu Bakar, Umar duduklah kamu berdua, sesungguhnya Allah s.w.t.telah menetapkan tempatnya untuk kamu berdua." Kemudian Ali ra. bangun, lalu berkata, "Wahai 'Ukasyah! Aku adalah orang yang senantiasa berada di samping Rasulullah s.a.w. oleh itu kamu pukullah aku dan janganlah kamu menqishash Rasulullah s.a.w." Lalu Rasulullah s.a.w. berkata, "Wahai Ali duduklah kamu, sesungguhnya Allah s.w.t. telah menetapkan tempatmu dan mengetahui isi hatimu." Setelah itu Hasan dan Husin bangun dengan berkata: "Wahai 'Ukasyah, bukankah kamu tidak tahu bahwa kami ini adalah cucu Rasulullah s.a.w., kalau kamu menqishash kami sama dengan kamu menqishash Rasulullah s.a.w." Mendengar kata-kata cucunya Rasulullah s.a.w. pun berkata, "Wahai buah hatiku duduklah kamu berdua." Berkata Rasulullah s.a.w. "Wahai 'Ukasyah pukullah saya kalau kamu hendak memukul."
Kemudian 'Ukasyah berkata: "Ya Rasulullah s.a.w., anda telah memukul saya sewaktu saya tidak memakai baju." Maka Rasulullah s.a.w. pun membuka baju. Setelah Rasulullah s.a.w. membuka baju maka menangislah semua yang hadir. Setelah 'Ukasyah melihat tubuh Rasulullah s.a.w. maka ia pun mencium beliau dan berkata, "Saya tebus anda dengan jiwa saya ya Rasulullah s.a.w., siapakah yang sanggup memukul anda. Saya melakukan begini adalah sebab saya ingin menyentuh badan anda yang dimuliakan oleh Allah s.w.t. dengan badan saya. Dan Allah s.w.t. menjaga saya dari neraka dengan kehormatanmu" Kemudian Rasulullah s.a.w. berkata, "Dengarlah kamu sekalian, sekiranya kamu hendak melihat ahli syurga, inilah orangnya." Kemudian semua para jemaah bersalam-salaman atas kegembiraan mereka terhadap peristiwa yang sangat genting itu. Setelah itu para jemaah pun berkata, "Wahai 'Ukasyah, inilah keuntungan yang paling besar bagimu, engkau telah memperolehi darjat yang tinggi dan bertemankan Rasulullah s.a.w. di dalam syurga."
Apabila ajal Rasulullah s.a.w. makin dekat maka beliau pun memanggil para sahabat ke rumah Aisyah ra. dan beliau berkata: "Selamat datang kamu semua semoga Allah s.w.t. mengasihi kamu semua, saya berwasiat kepada kamu semua agar kamu semua bertaqwa kepada Allah s.w.t. dan mentaati segala perintahnya. Sesungguhnya hari perpisahan antara saya dengan kamu semua hampir dekat, dan dekat pula saat kembalinya seorang hamba kepada Allah s.w.t. dan menempatkannya di syurga. Kalau telah sampai ajalku maka hendaklah Ali yang memandikanku, Fadhl bin Abbas hendaklah menuangkan air dan Usamah bin Zaid hendaklah menolong keduanya. Setelah itu kamu kafanilah aku dengan pakaianku sendiri apabila kamu semua menghendaki, atau kafanilah aku dengan kain Yaman yang putih. Apabila kamu memandikan aku, maka hendaklah kamu letakkan aku di atas balai tempat tidurku dalam rumahku ini. Setelah itu kamu semua keluarlah sebentar meninggalkan aku. Pertama yang akan mensolatkan aku ialah Allah s.w.t., kemudian yang akan mensolat aku ialah Jibril a.s., kemudian diikuti oleh malaikat Israfil, malaikat Mikail, dan yang akhir sekali malaikat lzrail berserta dengan semua para pembantunya. Setelah itu baru kamu semua masuk bergantian secara berkelompok bersolat ke atasku."
Setelah para sahabat mendengar ucapan yang sungguh menyayat hati itu maka mereka pun menangis dengan nada yang keras dan berkata, "Ya Rasulullah s.a.w. anda adalah seorang Rasul yang diutus kepada kami dan untuk semua, yang mana selama ini anda memberi kekuatan dalam penemuan kami dan sebagai penguasa yang menguruskan perkara kami. Apabila anda sudah tiada nanti kepada siapakah akan kami tanya setiap persoalan yang timbul nanti?." Kemudian Rasulullah s.a.w. berkata, "Dengarlah para sahabatku, aku tinggalkan kepada kamu semua jalan yang benar dan jalan yang terang, dan telah aku tinggalkan kepada kamu semua dua penasihat yang satu daripadanya pandai bicara dan yang satu lagi diam sahaja. Yang pandai bicara itu ialah Al-Quran dan yang diam itu ialah maut. Apabila ada sesuatu persoalan yang rumit di antara kamu, maka hendaklah kamu semua kembali kepada Al-Quran dan Hadis-ku dan sekiranya hati kamu itu berkeras maka lembutkan dia dengan mengambil pelajaran dari mati."
Setelah Rasulullah s.a.w. berkata demikian, maka sakit Rasulullah s.a.w. bermula. Dalam bulan safar Rasulullah s.a.w. sakit selama 18 hari dan sering diziarahi oleh para sahabat. Dalam sebuah kitab diterangkan bahwa Rasulullah s.a.w. diutus pada hari Isnin dan wafat pada hari Isnin. Pada hari Isnin penyakit Rasulullah s.a.w. bertambah berat, setelah Bilal ra. menyelesaikan azan subuh, maka Bilal ra. pun pergi ke rumah Rasulullah s.a.w.. Sesampainya Bilal ra. di rumah Rasulullah s.a.w. maka Bilal ra. pun memberi salam, "Assalamualaika ya Rasulullah." Lalu dijawab oleh Fathimah ra., "Rasulullah s.a.w. masih sibuk dengan urusan beliau." Setelah Bilal ra. mendengar penjelasan dari Fathimah ra. maka Bilal ra. pun kembali ke masjid tanpa memahami kata-kata Fathimah ra. itu. Apabila waktu subuh hampir hendak lupus, lalu Bilal pergi sekali lagi ke rumah Rasulullah s.a.w. dan memberi salam seperti permulaan tadi, kali ini salam Bilal ra. telah di dengar oleh Rasulullah s.a.w. dan Rasulullah s.a.w. berkata, "Masuklah wahai Bilal, sesungguhnya penyakitku ini semakin berat, oleh itu kamu suruhlah Abu Bakar mengimamkan solat subuh berjemaah dengan mereka yang hadir." Setelah mendengar kata-kata Rasulullah s.a.w. maka Bilal ra. pun berjalan menuju ke masjid sambil meletakkan tangan di atas kepala dengan berkata: "Aduh musibah."
Setelah Bilal ra. sampai di masjid maka Bilal ra. pun memberitahu Abu Bakar tentang apa yang telah Rasulullah s.a.w. katakan kepadanya. Abu Bakar ra. tidak dapat menahan dirinya apabila ia melihat mimbar kosong maka dengan suara yang keras Abu Bakar ra. menangis sehingga ia jatuh pingsan. Melihatkan peristiwa ini maka riuh rendah tangisan sahabat dalam masjid, sehingga Rasulullah s.a.w. bertanya kepada Fathimah ra.; "Wahai Fathimah apakah yang telah berlaku?." Maka Fathimah ra. pun berkata: "Kekecohan kaum muslimin, sebab anda tidak pergi ke masjid." Kemudian Rasulullah s.a.w. memanggil Ali ra. dan Fadhl bin Abas ra., lalu Rasulullah s.a.w. bersandar kepada kedua mereka dan terus pergi ke masjid. Setelah Rasulullah s.a.w. sampai di masjid maka Rasulullah s.a.w. pun bersolat subuh bersama dengan para jemaah.
Setelah selesai solat subuh maka Rasulullah s.a.w. pun berkata, "Wahai kaum muslimin, kamu semua senantiasa dalam pertolongan dan pemeliharaan Allah s.w.t., oleh itu hendaklah kamu semua bertaqwa kepada Allah s.w.t. dan mengerjakan segala perintahnya. Sesungguhnya aku akan meninggalkan dunia ini dan kamu semua, dan hari ini adalah hari pertama aku di akhirat dan hari terakhir aku di dunia." Setelah berkata demikian maka Rasulullah s.a.w. pun pulang ke rumah beliau. Kemudian Allah s.w.t. mewahyukan kepada malaikat lzrail a.s., "Wahai lzrail, pergilah kamu kepada kekasihku dengan sebaik-baik rupa, dan apabila kamu hendak mencabut ruhnya maka hendaklah kamu melakukan dengan cara yang paling lembut sekali. Apabila kamu pergi ke rumahnya maka minta izinlah terlebih dahulu, kalau ia izinkan kamu masuk, maka masuklah kamu ke rumahnya dan kalau ia tidak mengizinkan kamu masuk maka hendaklah kamu kembali padaku."
Setelah malaikat lzrail mendapat perintah dari Allah s.w.t. maka malaikal lzrail pun turun dengan menyerupai orang Arab Badwi. Setelah malaikat lzrail sampai di depan rumah Rasulullah s.a.w. maka ia pun memberi salam, "Assalaamu alaikum yaa ahla baitin nubuwwati wa ma danir risaalati a adkhulu?" (Mudah-mudahan keselamatan tetap untuk kamu semua sekalian, wahai penghuni rumah nabi dan sumber risaalah, bolehkan saya masuk?) Apabila Fathimah mendengar orang memberi salam maka ia-pun berkata; "Wahai hamba Allah, Rasulullah s.a.w. sedang sibuk sebab sakitnya yang semakin berat." Kemudian malaikat lzrail berkata lagi seperti dipermulaannya, dan kali ini seruan malaikat itu telah didengar oleh Rasulullah s.a.w. dan Rasulullah s.a.w. bertanya kepada Fathimah ra., "Wahai Fathimah, siapakah di depan pintu itu." Maka Fathimah ra. pun berkata, "Ya Rasulullah, ada seorang Arab badwi memanggil mu, dan aku telah katakan kepadanya bahwa anda sedang sibuk sebab sakit, sebaliknya dia memandang saya dengan tajam sehingga terasa menggigil badan saya." Kemudian Rasulullah s.a.w. berkata; "Wahai Fathimah, tahukah kamu siapakah orang itu?." Jawab Fathimah, "Tidak ayah." "Dia adalah malaikat lzrail, malaikat yang akan memutuskan segala macam nafsu syahwat yang memisahkan perkumpulan-perkumpulan dan yang memusnahkan semua rumah serta meramaikan kubur." Fathimah ra. tidak dapat menahan air matanya lagi setelah mengetahui bahwa saat perpisahan dengan ayahandanya akan berakhir, dia menangis sepuas-puasnya. Apabila Rasulullah s.a.w. mendengar tangisan Fathimah ra. maka beliau pun berkata: "Janganlah kamu menangis wahai Fathimah, engkaulah orang yang pertama dalam keluargaku akan bertemu dengan aku." Kemudian Rasulullah s.a.w. pun mengizinkan malaikat lzrail masuk. Maka malaikat lzrail pun masuk dengan mengucap, "Assalamuaalaikum ya Rasulullah." Lalu Rasulullah s.a.w. menjawab: "Wa alaikas saalamu, wahai lzrail engkau datang menziarahi aku atau untuk mencabut ruhku?" Maka berkata malaikat lzrail: "Kedatangan saya adalah untuk menziarahimu dan untuk mencabut ruhmu, itupun kalau engkau izinkan, kalau engkau tidak izinkan maka aku akan kembali." Berkata Rasulullah s.a.w., "Wahai lzrail, di manakah kamu tinggalkan Jibril?" Berkata lzrail: "Saya tinggalkan Jibril di langit dunia, para malaikat sedang memuliakan dia." Tidak beberapa lama kemudian Jibril a.s. pun turun dan duduk di dekat kepala Rasulullah s.a.w..
Apabila Rasulullah s.a.w. melihat kedatangan Jibril a.s. maka Rasulullah s.a.w. pun berkata: "Wahai Jibril, tahukah kamu bahwa ajalku sudah dekat" Berkata Jibril a.s., "Ya aku tahu" Rasulullah s.a.w. bertanya lagi, "Wahai Jibril, beritahu kepadaku kemuliaan yang menggembirakan aku disisi Allah s.w.t" Berkata Jibril a.s., "Sesungguhnya semua pintu langit telah dibuka, para malaikat bersusun rapi menanti ruhmu dilangit. Kesemua pintu-pintu syurga telah dibuka, dan kesemua bidadari sudah berhias menanti kehadiran ruhmu." Berkata Rasulullah s.a.w.: "Alhamdulillah, sekarang kamu katakan pula tentang umatku di hari kiamat nanti." Berkata Jibril a.s., "Allah s.w.t. telah berfirman yang bermaksud,"Sesungguhnya aku telah melarang semua para nabi masuk ke dalam syurga sebelum engkau masuk terlebih dahulu, dan aku juga melarang semua umat memasuki syurga sebelum umatmu memasuki syurga."
Berkata Rasulullah s.a.w.: "Sekarang aku telah puas hati dan telah hilang rasa susahku." Kemudian Rasulullah s.a.w. berkata: "Wahai lzrail, mendekatlah kamu kepadaku." Setelah itu Malaikat lzrail pun memulai tugasnya, apabila ruh beliau sampai pada pusat, maka Rasulullah s.a.w. pun berkata: "Wahai Jibril, alangkah dahsyatnya rasa mati." Jibrila.s. mengalihkan pandangan dari Rasulullah s.a.w. apabila mendengar kata-kata beliau itu. Melihatkan telatah Jibril a.s. itu maka Rasulullah s.a.w. pun berkata: "Wahai Jibril, apakah kamu tidak suka melihat wajahku?" Jibril a.s. berkata: "Wahai kekasih Allah, siapakah orang yang sanggup melihat wajahmu dikala kamu dalam sakaratul maut?" Anas bin Malik ra. berkata: "Apabila ruh Rasulullah s.a.w. telah sampai di dada beliau telah bersabda,"Aku wasiatkan kepada kamu agar kamu semua menjaga solat dan apa-apa yang telah diperintahkan ke atasmu."
Ali ra. berkata: "Sesungguhnya Rasulullah s.a.w. ketika menjelang saat-saat terakhir, telah mengerakkan kedua bibir beliau sebanyak dua kali, dan saya meletakkan telinga, saya dengan Rasulullah s.a.w. berkata: "Umatku, umatku." Telah bersabda Rasulullah s.a.w. bahwa: "Malaikat Jibril a.s. telah berkata kepadaku; "Wahai Muhammad, sesungguhnya Allah s.w.t. telah menciptakan sebuah laut di belakang gunung Qaf, dan di laut itu terdapat ikan yang selalu membaca selawat untukmu, kalau sesiapa yang mengambil seekor ikan dari laut tersebut maka akan lumpuhlah kedua belah tangannya dan ikan tersebut akan menjadi batu."
"Wahai Muhammad, sesungguhnya pada hari ini telah disempurnakan urusan agamamu, maka terputuslah apa yang diperintahkan oleh Allah s.w.t. dan demikian juga apa yang terlarang olehnya. Oleh itu kamu kumpulkan para sahabatmu dan beritahu kepada mereka bahwa hari ini adalah hari terakhir aku bertemu dengan kamu."
Setelah Malaikat Jibril a.s. pergi maka Rasulullah s.a.w. pun berangkat ke Mekah dan terus pergi ke Madinah. Setelah Rasulullah s.a.w. mengumpulkan para sahabat beliau, maka Rasulullah s.a.w. pun menceritakan apa yang telah diberitahu oleh malaikat Jibril a.s.. Apabila para sahabat mendengar hal yang demikian maka mereka pun gembira sambil berkata: "Agama kita telah sempurna. Agama kila telah sempurna."
Apabila Abu Bakar ra. mendengar keterangan Rasulullah s.a.w. itu, maka ia tidak dapat menahan kesedihannya maka ia pun kembali ke rumah lalu mengunci pintu dan menangis sekuat-kuatnya. Abu Bakar ra. menangis dari pagi hingga ke malam. Kisah tentang Abu Bakar ra. menangis telah sampai kepada para sahabat yang lain, maka berkumpullah para sahabat di depan rumah Abu Bakar ra. dan mereka berkata: "Wahai Abu Bakar, apakah yang telah membuat kamu menangis sehingga begini sekali keadaanmu? Seharusnya kamu merasa gembira sebab agama kita telah sempuma." Mendengarkan pertanyaan dari para sahabat maka Abu Bakar ra. pun berkata, "Wahai para sahabatku, kamu semua tidak tahu tentang musibah yang menimpa kamu, tidakkah kamu tahu bahwa apabila sesualu perkara itu telah sempuma maka akan kelihatanlah akan kekurangannya. Dengan turunnya ayat tersebut bahwa ia menunjukkan perpisahan kita dengan Rasulullah s.a.w.. Hasan dan Husin menjadi yatim dan para isteri nabi menjadi janda."
Selelah mereka mendengar penjelasan dari Abu Bakar ra. maka sadarlah mereka akan kebenaran kata-kata Abu Bakar ra., lalu mereka menangis dengan sekuat-kuatnya. Tangisan mereka telah didengar oleh para sahabat yang lain, maka mereka pun terus memberitahu Rasulullah s.a.w. tentang apa yang mereka lihat itu. Berkata salah seorang dari para sahabat, "Ya Rasulullah s.a.w., kami baru kembali dari rumah Abu Bakar ra. dan kami dapati banyak orang menangis dengan suara yang kuat di depan rumah beliau." Apabila Rasulullah s.a.w. mendengar keterangan dari para sahabat, maka berubahlah muka Rasulullah s.a.w. dan dengan bergegas beliau menuju ke rumah Abu Bakar ra.. Setelah Rasulullah s.a.w. sampai di rumah Abu Bakar ra. maka Rasulullah s.a.w. melihat kesemua mereka yang menangis dan bertanya, "Wahai para sahabatku, kenapakah kamu semua menangis?." Kemudian Ali ra. berkata, "YaRasulullah s.a.w., Abu Bakar ra. mengatakan dengan turunnya ayat ini membawa tanda bahwa waktu wafatmu telah dekat. Adakah ini benar ya Rasulullah?." Lalu Rasulullah s.a.w. berkata: "Semua yang dikatakan oleh Abu Bakar ra. adalah benar, dan sesungguhnya waktu untuk aku meninggalkan kamu semua telah dekat".
Setelah Abu Bakar ra. mendengar pengakuan Rasulullah s.a.w., maka ia pun menangis sekuat tenaganya sehingga ia jatuh pingsan. Sementara 'Ukasyah ra. berkata kepada Rasulullah s.a.w., 'Ya Rasulullah, waktu itu saya anda pukul pada tulang rusuk saya. Oleh itu saya hendak tahu apakah anda sengaja memukul saya atau hendak memukul unta baginda." Rasulullah s.a.w. berkata: "Wahai 'Ukasyah, Rasulullah s.a.w. sengaja memukul kamu." Kemudian Rasulullah s.a.w. berkata kepada Bilal ra., "Wahai Bilal, kamu pergi ke rumah Fathimah dan ambilkan tongkatku ke mari." Bilal keluar dari masjid menuju ke rumah Fathimah sambil meletakkan tangannya di atas kepala dengan berkata, "Rasulullah telah menyediakan dirinya untuk dibalas [diqishash]."
Setelah Bilal sampai di rumah Fathimah maka Bilal pun memberi salam dan mengetuk pintu. Kemudian Fathimah ra. menyahut dengan berkata: "Siapakah di pintu?." Lalu Bilal ra. berkata: "Saya Bilal, saya telah diperintahkan oleh Rasulullah s.a.w. untuk mengambil tongkat beliau. "Kemudian Fathimah ra. berkata: "Wahai Bilal, untuk apa ayahku minta tongkatnya." Berkata Bilal ra.: "Wahai Fathimah, Rasulullah s.a.w.telah menyediakan dirinya untuk diqishash." Bertanya Fathimah ra. lagi: "Wahai Bilal, siapakah manusia yang sampai hatinya untuk menqishash Rasulullah s.a.w.?" Bilal ra. tidak menjawab pertanyaan Fathimah ra., Setelah Fathimah ra. memberikan tongkat tersebut, maka Bilal pun membawa tongkat itu kepada Rasulullah s.a.w. Setelah Rasulullah s.a.w. menerima tongkat tersebut dari Bilal ra. maka beliau pun menyerahkan kepada 'Ukasyah.
Melihatkan hal yang demikian maka Abu Bakar ra. dan Umar ra. tampil ke depan sambil berkata: "Wahai 'Ukasyah, janganlah kamu qishash Rasulullah s.a.w. tetapi kamu qishashlah kami berdua." Apabila Rasulullah s.a.w. mendengar kata-kata Abu Bakar ra. dan Umar ra. maka dengan segera beliau berkata: "Wahai Abu Bakar, Umar duduklah kamu berdua, sesungguhnya Allah s.w.t.telah menetapkan tempatnya untuk kamu berdua." Kemudian Ali ra. bangun, lalu berkata, "Wahai 'Ukasyah! Aku adalah orang yang senantiasa berada di samping Rasulullah s.a.w. oleh itu kamu pukullah aku dan janganlah kamu menqishash Rasulullah s.a.w." Lalu Rasulullah s.a.w. berkata, "Wahai Ali duduklah kamu, sesungguhnya Allah s.w.t. telah menetapkan tempatmu dan mengetahui isi hatimu." Setelah itu Hasan dan Husin bangun dengan berkata: "Wahai 'Ukasyah, bukankah kamu tidak tahu bahwa kami ini adalah cucu Rasulullah s.a.w., kalau kamu menqishash kami sama dengan kamu menqishash Rasulullah s.a.w." Mendengar kata-kata cucunya Rasulullah s.a.w. pun berkata, "Wahai buah hatiku duduklah kamu berdua." Berkata Rasulullah s.a.w. "Wahai 'Ukasyah pukullah saya kalau kamu hendak memukul."
Kemudian 'Ukasyah berkata: "Ya Rasulullah s.a.w., anda telah memukul saya sewaktu saya tidak memakai baju." Maka Rasulullah s.a.w. pun membuka baju. Setelah Rasulullah s.a.w. membuka baju maka menangislah semua yang hadir. Setelah 'Ukasyah melihat tubuh Rasulullah s.a.w. maka ia pun mencium beliau dan berkata, "Saya tebus anda dengan jiwa saya ya Rasulullah s.a.w., siapakah yang sanggup memukul anda. Saya melakukan begini adalah sebab saya ingin menyentuh badan anda yang dimuliakan oleh Allah s.w.t. dengan badan saya. Dan Allah s.w.t. menjaga saya dari neraka dengan kehormatanmu" Kemudian Rasulullah s.a.w. berkata, "Dengarlah kamu sekalian, sekiranya kamu hendak melihat ahli syurga, inilah orangnya." Kemudian semua para jemaah bersalam-salaman atas kegembiraan mereka terhadap peristiwa yang sangat genting itu. Setelah itu para jemaah pun berkata, "Wahai 'Ukasyah, inilah keuntungan yang paling besar bagimu, engkau telah memperolehi darjat yang tinggi dan bertemankan Rasulullah s.a.w. di dalam syurga."
Apabila ajal Rasulullah s.a.w. makin dekat maka beliau pun memanggil para sahabat ke rumah Aisyah ra. dan beliau berkata: "Selamat datang kamu semua semoga Allah s.w.t. mengasihi kamu semua, saya berwasiat kepada kamu semua agar kamu semua bertaqwa kepada Allah s.w.t. dan mentaati segala perintahnya. Sesungguhnya hari perpisahan antara saya dengan kamu semua hampir dekat, dan dekat pula saat kembalinya seorang hamba kepada Allah s.w.t. dan menempatkannya di syurga. Kalau telah sampai ajalku maka hendaklah Ali yang memandikanku, Fadhl bin Abbas hendaklah menuangkan air dan Usamah bin Zaid hendaklah menolong keduanya. Setelah itu kamu kafanilah aku dengan pakaianku sendiri apabila kamu semua menghendaki, atau kafanilah aku dengan kain Yaman yang putih. Apabila kamu memandikan aku, maka hendaklah kamu letakkan aku di atas balai tempat tidurku dalam rumahku ini. Setelah itu kamu semua keluarlah sebentar meninggalkan aku. Pertama yang akan mensolatkan aku ialah Allah s.w.t., kemudian yang akan mensolat aku ialah Jibril a.s., kemudian diikuti oleh malaikat Israfil, malaikat Mikail, dan yang akhir sekali malaikat lzrail berserta dengan semua para pembantunya. Setelah itu baru kamu semua masuk bergantian secara berkelompok bersolat ke atasku."
Setelah para sahabat mendengar ucapan yang sungguh menyayat hati itu maka mereka pun menangis dengan nada yang keras dan berkata, "Ya Rasulullah s.a.w. anda adalah seorang Rasul yang diutus kepada kami dan untuk semua, yang mana selama ini anda memberi kekuatan dalam penemuan kami dan sebagai penguasa yang menguruskan perkara kami. Apabila anda sudah tiada nanti kepada siapakah akan kami tanya setiap persoalan yang timbul nanti?." Kemudian Rasulullah s.a.w. berkata, "Dengarlah para sahabatku, aku tinggalkan kepada kamu semua jalan yang benar dan jalan yang terang, dan telah aku tinggalkan kepada kamu semua dua penasihat yang satu daripadanya pandai bicara dan yang satu lagi diam sahaja. Yang pandai bicara itu ialah Al-Quran dan yang diam itu ialah maut. Apabila ada sesuatu persoalan yang rumit di antara kamu, maka hendaklah kamu semua kembali kepada Al-Quran dan Hadis-ku dan sekiranya hati kamu itu berkeras maka lembutkan dia dengan mengambil pelajaran dari mati."
Setelah Rasulullah s.a.w. berkata demikian, maka sakit Rasulullah s.a.w. bermula. Dalam bulan safar Rasulullah s.a.w. sakit selama 18 hari dan sering diziarahi oleh para sahabat. Dalam sebuah kitab diterangkan bahwa Rasulullah s.a.w. diutus pada hari Isnin dan wafat pada hari Isnin. Pada hari Isnin penyakit Rasulullah s.a.w. bertambah berat, setelah Bilal ra. menyelesaikan azan subuh, maka Bilal ra. pun pergi ke rumah Rasulullah s.a.w.. Sesampainya Bilal ra. di rumah Rasulullah s.a.w. maka Bilal ra. pun memberi salam, "Assalamualaika ya Rasulullah." Lalu dijawab oleh Fathimah ra., "Rasulullah s.a.w. masih sibuk dengan urusan beliau." Setelah Bilal ra. mendengar penjelasan dari Fathimah ra. maka Bilal ra. pun kembali ke masjid tanpa memahami kata-kata Fathimah ra. itu. Apabila waktu subuh hampir hendak lupus, lalu Bilal pergi sekali lagi ke rumah Rasulullah s.a.w. dan memberi salam seperti permulaan tadi, kali ini salam Bilal ra. telah di dengar oleh Rasulullah s.a.w. dan Rasulullah s.a.w. berkata, "Masuklah wahai Bilal, sesungguhnya penyakitku ini semakin berat, oleh itu kamu suruhlah Abu Bakar mengimamkan solat subuh berjemaah dengan mereka yang hadir." Setelah mendengar kata-kata Rasulullah s.a.w. maka Bilal ra. pun berjalan menuju ke masjid sambil meletakkan tangan di atas kepala dengan berkata: "Aduh musibah."
Setelah Bilal ra. sampai di masjid maka Bilal ra. pun memberitahu Abu Bakar tentang apa yang telah Rasulullah s.a.w. katakan kepadanya. Abu Bakar ra. tidak dapat menahan dirinya apabila ia melihat mimbar kosong maka dengan suara yang keras Abu Bakar ra. menangis sehingga ia jatuh pingsan. Melihatkan peristiwa ini maka riuh rendah tangisan sahabat dalam masjid, sehingga Rasulullah s.a.w. bertanya kepada Fathimah ra.; "Wahai Fathimah apakah yang telah berlaku?." Maka Fathimah ra. pun berkata: "Kekecohan kaum muslimin, sebab anda tidak pergi ke masjid." Kemudian Rasulullah s.a.w. memanggil Ali ra. dan Fadhl bin Abas ra., lalu Rasulullah s.a.w. bersandar kepada kedua mereka dan terus pergi ke masjid. Setelah Rasulullah s.a.w. sampai di masjid maka Rasulullah s.a.w. pun bersolat subuh bersama dengan para jemaah.
Setelah selesai solat subuh maka Rasulullah s.a.w. pun berkata, "Wahai kaum muslimin, kamu semua senantiasa dalam pertolongan dan pemeliharaan Allah s.w.t., oleh itu hendaklah kamu semua bertaqwa kepada Allah s.w.t. dan mengerjakan segala perintahnya. Sesungguhnya aku akan meninggalkan dunia ini dan kamu semua, dan hari ini adalah hari pertama aku di akhirat dan hari terakhir aku di dunia." Setelah berkata demikian maka Rasulullah s.a.w. pun pulang ke rumah beliau. Kemudian Allah s.w.t. mewahyukan kepada malaikat lzrail a.s., "Wahai lzrail, pergilah kamu kepada kekasihku dengan sebaik-baik rupa, dan apabila kamu hendak mencabut ruhnya maka hendaklah kamu melakukan dengan cara yang paling lembut sekali. Apabila kamu pergi ke rumahnya maka minta izinlah terlebih dahulu, kalau ia izinkan kamu masuk, maka masuklah kamu ke rumahnya dan kalau ia tidak mengizinkan kamu masuk maka hendaklah kamu kembali padaku."
Setelah malaikat lzrail mendapat perintah dari Allah s.w.t. maka malaikal lzrail pun turun dengan menyerupai orang Arab Badwi. Setelah malaikat lzrail sampai di depan rumah Rasulullah s.a.w. maka ia pun memberi salam, "Assalaamu alaikum yaa ahla baitin nubuwwati wa ma danir risaalati a adkhulu?" (Mudah-mudahan keselamatan tetap untuk kamu semua sekalian, wahai penghuni rumah nabi dan sumber risaalah, bolehkan saya masuk?) Apabila Fathimah mendengar orang memberi salam maka ia-pun berkata; "Wahai hamba Allah, Rasulullah s.a.w. sedang sibuk sebab sakitnya yang semakin berat." Kemudian malaikat lzrail berkata lagi seperti dipermulaannya, dan kali ini seruan malaikat itu telah didengar oleh Rasulullah s.a.w. dan Rasulullah s.a.w. bertanya kepada Fathimah ra., "Wahai Fathimah, siapakah di depan pintu itu." Maka Fathimah ra. pun berkata, "Ya Rasulullah, ada seorang Arab badwi memanggil mu, dan aku telah katakan kepadanya bahwa anda sedang sibuk sebab sakit, sebaliknya dia memandang saya dengan tajam sehingga terasa menggigil badan saya." Kemudian Rasulullah s.a.w. berkata; "Wahai Fathimah, tahukah kamu siapakah orang itu?." Jawab Fathimah, "Tidak ayah." "Dia adalah malaikat lzrail, malaikat yang akan memutuskan segala macam nafsu syahwat yang memisahkan perkumpulan-perkumpulan dan yang memusnahkan semua rumah serta meramaikan kubur." Fathimah ra. tidak dapat menahan air matanya lagi setelah mengetahui bahwa saat perpisahan dengan ayahandanya akan berakhir, dia menangis sepuas-puasnya. Apabila Rasulullah s.a.w. mendengar tangisan Fathimah ra. maka beliau pun berkata: "Janganlah kamu menangis wahai Fathimah, engkaulah orang yang pertama dalam keluargaku akan bertemu dengan aku." Kemudian Rasulullah s.a.w. pun mengizinkan malaikat lzrail masuk. Maka malaikat lzrail pun masuk dengan mengucap, "Assalamuaalaikum ya Rasulullah." Lalu Rasulullah s.a.w. menjawab: "Wa alaikas saalamu, wahai lzrail engkau datang menziarahi aku atau untuk mencabut ruhku?" Maka berkata malaikat lzrail: "Kedatangan saya adalah untuk menziarahimu dan untuk mencabut ruhmu, itupun kalau engkau izinkan, kalau engkau tidak izinkan maka aku akan kembali." Berkata Rasulullah s.a.w., "Wahai lzrail, di manakah kamu tinggalkan Jibril?" Berkata lzrail: "Saya tinggalkan Jibril di langit dunia, para malaikat sedang memuliakan dia." Tidak beberapa lama kemudian Jibril a.s. pun turun dan duduk di dekat kepala Rasulullah s.a.w..
Apabila Rasulullah s.a.w. melihat kedatangan Jibril a.s. maka Rasulullah s.a.w. pun berkata: "Wahai Jibril, tahukah kamu bahwa ajalku sudah dekat" Berkata Jibril a.s., "Ya aku tahu" Rasulullah s.a.w. bertanya lagi, "Wahai Jibril, beritahu kepadaku kemuliaan yang menggembirakan aku disisi Allah s.w.t" Berkata Jibril a.s., "Sesungguhnya semua pintu langit telah dibuka, para malaikat bersusun rapi menanti ruhmu dilangit. Kesemua pintu-pintu syurga telah dibuka, dan kesemua bidadari sudah berhias menanti kehadiran ruhmu." Berkata Rasulullah s.a.w.: "Alhamdulillah, sekarang kamu katakan pula tentang umatku di hari kiamat nanti." Berkata Jibril a.s., "Allah s.w.t. telah berfirman yang bermaksud,"Sesungguhnya aku telah melarang semua para nabi masuk ke dalam syurga sebelum engkau masuk terlebih dahulu, dan aku juga melarang semua umat memasuki syurga sebelum umatmu memasuki syurga."
Berkata Rasulullah s.a.w.: "Sekarang aku telah puas hati dan telah hilang rasa susahku." Kemudian Rasulullah s.a.w. berkata: "Wahai lzrail, mendekatlah kamu kepadaku." Setelah itu Malaikat lzrail pun memulai tugasnya, apabila ruh beliau sampai pada pusat, maka Rasulullah s.a.w. pun berkata: "Wahai Jibril, alangkah dahsyatnya rasa mati." Jibrila.s. mengalihkan pandangan dari Rasulullah s.a.w. apabila mendengar kata-kata beliau itu. Melihatkan telatah Jibril a.s. itu maka Rasulullah s.a.w. pun berkata: "Wahai Jibril, apakah kamu tidak suka melihat wajahku?" Jibril a.s. berkata: "Wahai kekasih Allah, siapakah orang yang sanggup melihat wajahmu dikala kamu dalam sakaratul maut?" Anas bin Malik ra. berkata: "Apabila ruh Rasulullah s.a.w. telah sampai di dada beliau telah bersabda,"Aku wasiatkan kepada kamu agar kamu semua menjaga solat dan apa-apa yang telah diperintahkan ke atasmu."
Ali ra. berkata: "Sesungguhnya Rasulullah s.a.w. ketika menjelang saat-saat terakhir, telah mengerakkan kedua bibir beliau sebanyak dua kali, dan saya meletakkan telinga, saya dengan Rasulullah s.a.w. berkata: "Umatku, umatku." Telah bersabda Rasulullah s.a.w. bahwa: "Malaikat Jibril a.s. telah berkata kepadaku; "Wahai Muhammad, sesungguhnya Allah s.w.t. telah menciptakan sebuah laut di belakang gunung Qaf, dan di laut itu terdapat ikan yang selalu membaca selawat untukmu, kalau sesiapa yang mengambil seekor ikan dari laut tersebut maka akan lumpuhlah kedua belah tangannya dan ikan tersebut akan menjadi batu."
MENGHITUNG NIKMAT RAMBUT
Rambut merupakan salah satu dari berjuta – juta nikmat Allah yang dianugerahkan kepada kita. Seringkali kita menganggap remeh nikmat yang begitu mahal yang bernama rambut. Syukurilah apa yang ada termasuk anugerah rambut, dengan cara bersyukur yang benar, sehingga kita terhindar dari golongan orang – orang yang disebut oleh Syekh Sariy Assaqathi, “Siapa yang tidak menghargai nikmat, maka akan dicabut nikmat itu dalam keadaan ia tidak mengetahui”.
Tulisan berikut saya ambil dari Bapak Syaefudin seorang Asisten Dosen Metabolisme di Departemen Biokimia, FMIPA-IPB, dengan judul Menghitung Nikmat Rambut, saya ambil dari website hidayatullah.
Di salah satu klinik penanaman rambut di Hongkong, untuk menanam sehelai rambut membutuhkan dana sebesar $ 20 (HKD). Pernahkah kita mensyukuri atas karunia rambut yang diberikan Allah pada kita?
Ada yang menganggap bahwa rambut adalah mahkota. Oleh karenanya, tak aneh jika banyak orang mengidamkan kepala yang terus ditumbuhi rambut. Sesekali, mereka berkunjung ke salon khusus rambut. Bahkan, ada pula yang berkala mengunjungi salon untuk sekedar menata dan memanjakan penampilan mahkota kepalanya.
Di sisi lain, ada juga yang bersikap biasa saja terhadap setiap helai rambut di tubuhnya. Mereka acuh, atau bahkan bersikap biasa saja dengan rambut yang dipunya. Tak ada waktu rutin ke salon, apalagi berkeramas khusus dengan tujuan merawat mahkota kepala.
Terlepas dari itu semua, pernahkah kita menghitung berapa besar nilai setiap helai rambut yang Allah berikan? Jadi, tak hanya merawat dan menjaga rambut agar tetap tumbuh serta elok dipandang mata. Apalagi, membiarkan begitu saja nikmat fisik yang Allah amanahkan kepada manusia. Namun, hendaknya kita mencoba menghitung berapa nilai karunia Sang Pencipta dari hanya helaian rambut di setiap jengkal kulit manusia. Dengan itu, harapannya manusia lebih bisa bersyukur dengan setiap pemberian Rabb-nya.
Sejatinya, untaian rambut di kepala bukan sekedar mahkota. Ia juga berguna sebagai pelindung tubuh, khususnya kulit kepala dari bahaya sinar ultraviolet. Setidaknya, itulah hasil penelitian ilmuwan Australia baru-baru ini.
Harga Helai Rambut
Rambut, sebagai pelindung tubuh dari panas sekaligus pemanis rupa manusia adalah nikmat Allah yang tak terkira. Betapa tidak, bila dihitung harga setiap helainya maka yang ada malah manusia akan tercengang lantaran besarnya jumlah ‘kekayaan’ yang Sang Pencipta titipkan kepada mereka.
Penghitungan paling mudah yaitu membandingkan sejumlah rambut yang dimiliki, misalnya di kepala, dengan harga seutas rambut dan biaya penanamannya ke kulit manusia. Pencangkokan tersebut merupakan salah satu cara mutakhir untuk memperbaiki penampilan. Para pakar membuat dan mengembangkan teknologi penanaman rambut bagi siapa saja, baik yang berkepala botak maupun yang hanya ingin melebatkan rambut.
Di salah satu klinik penanaman rambut di Hongkong, untuk menanam sehelai rambut membutuhkan dana sebesar $ 20 (HKD). Bila ditukar dengan nilai rupiah, setiap rambut dihargai Rp 25.459 (data Bank Indonesia pada 20 Oktober 2009). Itu hanya biaya pembelian seutas rambut, belum biaya jasa konsultasi dokter, uji pemeriksaan awal, dan pengobatan.
Bila jumlah rata-rata rambut yang dimiliki manusia normal sebanyak 80 helai/cm2 kulit kepala (orang Asia) atau 120 helai/cm2 kepala (orang Eropa), paling sedikit uang yang harus disiapkan untuk penanaman rambut sekitar Rp 2.036.720 sampai Rp 3.055.080 untuk setiap cm2-nya. Atau, jika rata-rata kepala manusia normal mengandung 100.000 utas rambut berarti setiap orang harus membayar sejumlah Rp 2.545.900.000 atau sekitar 2.5 Milyar! SubhaanaLlaah.
Nilai tersebut lebih mengejutkan bila melihat kenyataan, bahwa rambut manusia ternyata tak hanya tumbuh sekali seumur hidup. Namun, bisa berulang kali. Bayangkan saja, bila setiap 10 tahun sekali rambut tersebut rontok semua dan harus ditanam ulang, maka berapa banyak uang yang perlu dibayarkan seseorang berumur 60 tahun?
Belum lagi jika orang tua memiliki anak, dan ketika anak lahir diwajibkan membayar biaya penanaman rambut. Bayangkan jika anaknya 2, 3, 4 atau lebih, maka berapa triliun yang perlu disiapkan? Ini sekedar rambut di kepala, belum di alis, bulu mata, dan tempat lainnya.
Syukuri Nikmat Allah
Demikianlah perhitungan karunia Allah hanya dari utasan rambut, belum yang lainnya. Sungguh besar kasih sayang-Nya sehingga tak sepeser pun dikeluarkan manusia untuk mendapatkan mahkota penghias raga. Maka sepatutnyalah manusia berterima kasih atas pemberian nikmat yang tak pernah ia minta ini, namun begitu saja diberi lantaran kasih sayang Allah yang tak terbatas pada manusia. Sebaliknya tidaklah pantas manusia yang lemah bersikap congkak di dunia.
Andai saja manusia mau berpikir dengan keagungan dan kemurahan Sang Pencipta, niscaya ia akan terus bersyukur dan senantiasa menghiasi diri dengan amal ibadah. Hal ini telah Allah ingatkan dalam Al Qur’an: “Karena itu, maka hendaklah Allah saja kamu sembah dan hendaklah kamu termasuk orang-orang yang bersyukur”. (QS. Az Zumar 39:66)
Bagi manusia yang telah mengerti akan besarnya pemberian Allah, lalu diikuti syukur atas apa yang diterimanya maka Sang Pemilik nikmat akan tambahkan lagi karunia lainnya sebagaimana firman Allah dalam Al Qur’an: “Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan: "Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya adzab-Ku sangat pedih". (QS Ibrahim 14: 7).
Tulisan berikut saya ambil dari Bapak Syaefudin seorang Asisten Dosen Metabolisme di Departemen Biokimia, FMIPA-IPB, dengan judul Menghitung Nikmat Rambut, saya ambil dari website hidayatullah.
Di salah satu klinik penanaman rambut di Hongkong, untuk menanam sehelai rambut membutuhkan dana sebesar $ 20 (HKD). Pernahkah kita mensyukuri atas karunia rambut yang diberikan Allah pada kita?
Ada yang menganggap bahwa rambut adalah mahkota. Oleh karenanya, tak aneh jika banyak orang mengidamkan kepala yang terus ditumbuhi rambut. Sesekali, mereka berkunjung ke salon khusus rambut. Bahkan, ada pula yang berkala mengunjungi salon untuk sekedar menata dan memanjakan penampilan mahkota kepalanya.
Di sisi lain, ada juga yang bersikap biasa saja terhadap setiap helai rambut di tubuhnya. Mereka acuh, atau bahkan bersikap biasa saja dengan rambut yang dipunya. Tak ada waktu rutin ke salon, apalagi berkeramas khusus dengan tujuan merawat mahkota kepala.
Terlepas dari itu semua, pernahkah kita menghitung berapa besar nilai setiap helai rambut yang Allah berikan? Jadi, tak hanya merawat dan menjaga rambut agar tetap tumbuh serta elok dipandang mata. Apalagi, membiarkan begitu saja nikmat fisik yang Allah amanahkan kepada manusia. Namun, hendaknya kita mencoba menghitung berapa nilai karunia Sang Pencipta dari hanya helaian rambut di setiap jengkal kulit manusia. Dengan itu, harapannya manusia lebih bisa bersyukur dengan setiap pemberian Rabb-nya.
Sejatinya, untaian rambut di kepala bukan sekedar mahkota. Ia juga berguna sebagai pelindung tubuh, khususnya kulit kepala dari bahaya sinar ultraviolet. Setidaknya, itulah hasil penelitian ilmuwan Australia baru-baru ini.
Harga Helai Rambut
Rambut, sebagai pelindung tubuh dari panas sekaligus pemanis rupa manusia adalah nikmat Allah yang tak terkira. Betapa tidak, bila dihitung harga setiap helainya maka yang ada malah manusia akan tercengang lantaran besarnya jumlah ‘kekayaan’ yang Sang Pencipta titipkan kepada mereka.
Penghitungan paling mudah yaitu membandingkan sejumlah rambut yang dimiliki, misalnya di kepala, dengan harga seutas rambut dan biaya penanamannya ke kulit manusia. Pencangkokan tersebut merupakan salah satu cara mutakhir untuk memperbaiki penampilan. Para pakar membuat dan mengembangkan teknologi penanaman rambut bagi siapa saja, baik yang berkepala botak maupun yang hanya ingin melebatkan rambut.
Di salah satu klinik penanaman rambut di Hongkong, untuk menanam sehelai rambut membutuhkan dana sebesar $ 20 (HKD). Bila ditukar dengan nilai rupiah, setiap rambut dihargai Rp 25.459 (data Bank Indonesia pada 20 Oktober 2009). Itu hanya biaya pembelian seutas rambut, belum biaya jasa konsultasi dokter, uji pemeriksaan awal, dan pengobatan.
Bila jumlah rata-rata rambut yang dimiliki manusia normal sebanyak 80 helai/cm2 kulit kepala (orang Asia) atau 120 helai/cm2 kepala (orang Eropa), paling sedikit uang yang harus disiapkan untuk penanaman rambut sekitar Rp 2.036.720 sampai Rp 3.055.080 untuk setiap cm2-nya. Atau, jika rata-rata kepala manusia normal mengandung 100.000 utas rambut berarti setiap orang harus membayar sejumlah Rp 2.545.900.000 atau sekitar 2.5 Milyar! SubhaanaLlaah.
Nilai tersebut lebih mengejutkan bila melihat kenyataan, bahwa rambut manusia ternyata tak hanya tumbuh sekali seumur hidup. Namun, bisa berulang kali. Bayangkan saja, bila setiap 10 tahun sekali rambut tersebut rontok semua dan harus ditanam ulang, maka berapa banyak uang yang perlu dibayarkan seseorang berumur 60 tahun?
Belum lagi jika orang tua memiliki anak, dan ketika anak lahir diwajibkan membayar biaya penanaman rambut. Bayangkan jika anaknya 2, 3, 4 atau lebih, maka berapa triliun yang perlu disiapkan? Ini sekedar rambut di kepala, belum di alis, bulu mata, dan tempat lainnya.
Syukuri Nikmat Allah
Demikianlah perhitungan karunia Allah hanya dari utasan rambut, belum yang lainnya. Sungguh besar kasih sayang-Nya sehingga tak sepeser pun dikeluarkan manusia untuk mendapatkan mahkota penghias raga. Maka sepatutnyalah manusia berterima kasih atas pemberian nikmat yang tak pernah ia minta ini, namun begitu saja diberi lantaran kasih sayang Allah yang tak terbatas pada manusia. Sebaliknya tidaklah pantas manusia yang lemah bersikap congkak di dunia.
Andai saja manusia mau berpikir dengan keagungan dan kemurahan Sang Pencipta, niscaya ia akan terus bersyukur dan senantiasa menghiasi diri dengan amal ibadah. Hal ini telah Allah ingatkan dalam Al Qur’an: “Karena itu, maka hendaklah Allah saja kamu sembah dan hendaklah kamu termasuk orang-orang yang bersyukur”. (QS. Az Zumar 39:66)
Bagi manusia yang telah mengerti akan besarnya pemberian Allah, lalu diikuti syukur atas apa yang diterimanya maka Sang Pemilik nikmat akan tambahkan lagi karunia lainnya sebagaimana firman Allah dalam Al Qur’an: “Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan: "Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya adzab-Ku sangat pedih". (QS Ibrahim 14: 7).
DETIK-DETIK MENINGGALNYA ROSULULLOH SAW
Inilah detik detik yang terjadi ketika nabi Muhammad saw menghembuskan nafas terakhir
Kemudian masuklah malaikat Jibril as menemui Nabi Shalallahu ‘Alaihi Wassalam seraya berkata:” Malaikat maut ada di pintu, meminta izin untuk menemuimu, dan dia tidak pernah meminta izin kepada seorangpun sebelummu.” Maka beliau berkata kepadanya:” Izinkan untuknya wahai Jibril.” Masuklah malaikat Maut seraya berkata:” Assalamu’alaika wahai Rasulullah. Allah telah mengutusku untuk memberikan pilihan kepadamu antara tetap tinggal di dunia atau bertemu dengan Allah di Akhirat.” Maka Nabi Shalallahu ‘Alaihi Wassalam bersabda:” Bahkan aku memilih Ar-Rafiqul A’la (Teman yg tertinggi), bahkan aku memilih Ar-Rafiqul A’la, bersama-sama dengan orang-orang yang dianugerahi nikmat oleh Allah yaitu = para nabi, para shiddiqiin, orang-orang yg mati syahid dan orang-orang saleh. Dan mereka itulah rafiq (teman) yg sebaik-baiknya.”
‘Aisyah ra menuturkan bahwa sebelum Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam wafat, ketika beliau bersandar pada dadanya, dan dia mendengarkan beliau secara seksama, beliau berdo’a:
“Ya Allah, ampunilah aku, rahmatilah aku dan susulkan aku pada ar-rafiq al-a’la. Ya Allah (aku minta) ar-rafiq al-a’la, Ya Allah (aku minta) ar-rafiq al-a’la.” Berdirilah malaikat Maut disisi kepala Nabi Shalallahu ‘Alaihi Wassalam- sebagaimana dia berdiri di sisi kepala salah seorang diantara kita- dan berkata:” Wahai roh yg bagus, roh Muhammad ibn Abdillah, keluarlah menuju keridhaan Allah, dan menuju Rabb yg ridha dan tidak murka.”
Sayyidah ‘Aisyah ra berkata:”Maka jatuhlah tangan Nabi Shalallahu ‘Alaihi Wassalam, dan kepala beliau menjadi berat di atas dadaku, dan sungguh aku telah tahu bahwa beliau telah wafat.” Dia ra berkata:”Aku tidak tahu apa yg harus aku lakukan, tidak ada yg kuperbuat selain keluar dari kamarku menuju masjid, yg disana ada para sahabat, dan kukatakan:” Rasulullah telah wafat, Rasulullah telah wafat, Rasulullah telah wafat.” Maka mengalirlah tangisan di dalam masjid. Ali bin Abi Thalib ra terduduk karena beratnya kabar tersebut, ‘Ustman bin Affan ra seperti anak kecil menggerakkan tangannya ke kanan dan kekiri. Adapun Umar bin al-Khaththab ra berkata:” Jika ada seseorang yang mengatakan bahwa Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam telah meninggal, akan kupotong kepalanya dg pedangku, beliau hanya pergi untuk menemui Rabb-Nya sebagaimana Musa as pergi untuk menemui Rabb-Nya.” Adapun orang yg paling tegar adalah Abu Bakar ra, dia masuk kpd Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam, memeluk beliau dan berkata:”Wahai sahabatku, wahai kekasihku, wahai bapakku.” Kemudian dia mencium Nabi Shalallahu ‘Alaihi Wassalam dan berkata : ”Anda mulia dalam hidup dan dalam keadaan mati.”
Keluarlah Abu Bakar ra menemui manusia dan berkata:” Barangsiapa menyembah Muhammad, maka Muhammad sekarang telah wafat, dan barangsiapa yang menyembah Allah, maka sesungguhnya Allah kekal, hidup, dan tidak akan mati.” Maka akupun keluar dan menangis, aku mencari tempat untuk menyendiri dan aku menangis sendiri.”
Inna lillahi wainna ilaihi raji’un, telah berpulang ke rahmat Allah orang yg paling mulia, orang yg paling kita cintai pada waktu dhuha ketika memanas di hari Senin 12 Rabiul Awal 11 H tepat pada usia 63 tahun lebih 4 hari. semoga shalawat dan salam selalu tercurah untuk Nabi kiat tercinta Muhammad Shalallahu ‘Alaihi Wassalam.
Kemudian masuklah malaikat Jibril as menemui Nabi Shalallahu ‘Alaihi Wassalam seraya berkata:” Malaikat maut ada di pintu, meminta izin untuk menemuimu, dan dia tidak pernah meminta izin kepada seorangpun sebelummu.” Maka beliau berkata kepadanya:” Izinkan untuknya wahai Jibril.” Masuklah malaikat Maut seraya berkata:” Assalamu’alaika wahai Rasulullah. Allah telah mengutusku untuk memberikan pilihan kepadamu antara tetap tinggal di dunia atau bertemu dengan Allah di Akhirat.” Maka Nabi Shalallahu ‘Alaihi Wassalam bersabda:” Bahkan aku memilih Ar-Rafiqul A’la (Teman yg tertinggi), bahkan aku memilih Ar-Rafiqul A’la, bersama-sama dengan orang-orang yang dianugerahi nikmat oleh Allah yaitu = para nabi, para shiddiqiin, orang-orang yg mati syahid dan orang-orang saleh. Dan mereka itulah rafiq (teman) yg sebaik-baiknya.”
‘Aisyah ra menuturkan bahwa sebelum Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam wafat, ketika beliau bersandar pada dadanya, dan dia mendengarkan beliau secara seksama, beliau berdo’a:
“Ya Allah, ampunilah aku, rahmatilah aku dan susulkan aku pada ar-rafiq al-a’la. Ya Allah (aku minta) ar-rafiq al-a’la, Ya Allah (aku minta) ar-rafiq al-a’la.” Berdirilah malaikat Maut disisi kepala Nabi Shalallahu ‘Alaihi Wassalam- sebagaimana dia berdiri di sisi kepala salah seorang diantara kita- dan berkata:” Wahai roh yg bagus, roh Muhammad ibn Abdillah, keluarlah menuju keridhaan Allah, dan menuju Rabb yg ridha dan tidak murka.”
Sayyidah ‘Aisyah ra berkata:”Maka jatuhlah tangan Nabi Shalallahu ‘Alaihi Wassalam, dan kepala beliau menjadi berat di atas dadaku, dan sungguh aku telah tahu bahwa beliau telah wafat.” Dia ra berkata:”Aku tidak tahu apa yg harus aku lakukan, tidak ada yg kuperbuat selain keluar dari kamarku menuju masjid, yg disana ada para sahabat, dan kukatakan:” Rasulullah telah wafat, Rasulullah telah wafat, Rasulullah telah wafat.” Maka mengalirlah tangisan di dalam masjid. Ali bin Abi Thalib ra terduduk karena beratnya kabar tersebut, ‘Ustman bin Affan ra seperti anak kecil menggerakkan tangannya ke kanan dan kekiri. Adapun Umar bin al-Khaththab ra berkata:” Jika ada seseorang yang mengatakan bahwa Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam telah meninggal, akan kupotong kepalanya dg pedangku, beliau hanya pergi untuk menemui Rabb-Nya sebagaimana Musa as pergi untuk menemui Rabb-Nya.” Adapun orang yg paling tegar adalah Abu Bakar ra, dia masuk kpd Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam, memeluk beliau dan berkata:”Wahai sahabatku, wahai kekasihku, wahai bapakku.” Kemudian dia mencium Nabi Shalallahu ‘Alaihi Wassalam dan berkata : ”Anda mulia dalam hidup dan dalam keadaan mati.”
Keluarlah Abu Bakar ra menemui manusia dan berkata:” Barangsiapa menyembah Muhammad, maka Muhammad sekarang telah wafat, dan barangsiapa yang menyembah Allah, maka sesungguhnya Allah kekal, hidup, dan tidak akan mati.” Maka akupun keluar dan menangis, aku mencari tempat untuk menyendiri dan aku menangis sendiri.”
Inna lillahi wainna ilaihi raji’un, telah berpulang ke rahmat Allah orang yg paling mulia, orang yg paling kita cintai pada waktu dhuha ketika memanas di hari Senin 12 Rabiul Awal 11 H tepat pada usia 63 tahun lebih 4 hari. semoga shalawat dan salam selalu tercurah untuk Nabi kiat tercinta Muhammad Shalallahu ‘Alaihi Wassalam.
MA'RIFATULLOH
Apa itu Makrifat / Makrifatullah? Dan bagaimana usaha kita untuk mencapainya? Apakah thariqah adalah sarana untuk meraih Makrifatullah ???? Makasih sebelum dan sesudahnya. Pertanyaan ini disampaikan pada tanggal 25 Januari 2007 di sebuah forum diskusi sufi di internet. Walau pertanyaan ini sering mendapat jawaban yang sama dari berbagai kiyai dan ustadz maupun mursyid tarekat, namun penulis mencoba mengajak pembaca untuk sejenak merenungi dan mengkaji ulang tentang esensi Makrifatullah itu.
Secara umum, Makrifatullah artinya Mengenal Allah. Dan kata-kata makrifat itu sendiri dalam bahasa arab mengandung makna ihathah yang artinya mengetahui secara penuh, maka makrifatullah dapat diartikan dengan mengenal atau mengetahui identitas zat Allah secara keseluruhan. Namun bila diartikan dengan sekedar mengenal eksistensi Allah maka siapapun dari kita pasti mampu mengetahui bahkan meyakini keberadaan-Nya, baik melalui berbagai kajian dan penelitian. Lalu bagaimana bila mengenal / mengetahui identitas Zat Allah dengan sempurna? Inilah yang mustahil !! Walau melalui suluk dan banyak berdzikir dalam tarekat. Karena Rasulullah Saw. saja tidak mampu memuji Allah karena tidak mampu mengenal / mengetahui-Nya, sebab mampu memuji adalah tanda telah mengetahui. Beliau bersabda :
" لا أحصي ثناء عليك كما أثنيت على نفسك "
Jika Rasulullah Saw. yang menjadi makhluk termulia dan teragung di sisi Allah tidak mampu memuji Allah... Apakah kita yang sehina dan sekotor ini mengaku-ngaku telah Makrifatullah ?!?!??!?!?!?!?!???
Allah Swt. berfirman :
" ولا يحيطون بشيء من علمه إلا بما شاء "
Kita tidak akan mampu mengetahui sedikit dari sebagian ilmu-ilmu Allah melainkan apa yang Ia kehendaki saja... Jikalau ilmu Allah masih banyak yang tidak kita ketahui... boro-boro ngetahuin zat-Nya ?!?!?!?
Kesimpulannya: Makrifatullah adalah suatu hal yang 100% mustahil... siapapun dari para nabi, rasul dan wali tidak ada yang mampu mencapai Makrifatullah... dengan cara apapun, baik dengan mengikuti tarekat sufi ataupun yang lainnya!
Makanya para wali Allah dijuluki dengan al-Arif Billah, bukan dengan al-Arif Lillah... karena Makrifat Billah masih mungkin, yang artinya mengetahui dengan izin Allah. Kalau Makrifatullah artinya mengetahui Allah itu sendiri, nah itu yang mustahil !!!
Islam hanya memberikan tiga martabat saja; Islam, Iman dan Ihsan... Syari'at, Tarekat dan Hakekat. Kenapa yang keempat (martabat Makrifat) didatangkan ??? dan dari mana asal-usulnya? mau menyaingi pemberian Allah ya ??? Sekali lagi, makrifatullah merupakan suatu hal yang mustahil terjadi !! Bagaimana bisa mengenal / mengetahui identitas zat Allah yang maha suci sementara para nabi, rasul dan para wali tidak ada satupun yang menjangkaunya !! Rasulullah saja tidak mampu memuji-Nya sebagaimana yang diriwayatkan dalam hadits di atas, apakah kita berani mengaku-ngaku kenal Allah ?!? tau Allah ?!?
Oleh karena itu kita mengucapkan Allahu Akbar. Yang artinya bukan: Allah maha besar dari segala sesuatu (Allahu Akbar min kulli syai’) karena Allah bukanlah sesuatu (syai’) sehingga ukuran-Nya dibanding-bandingkan dengan ukuran sesuatu yang lain. Allah tidak berukuran besar atau panjang. Allah tak layak dibanding-bandingkan dengan makhluk-makhluk-Nya. Makna Allahu akbar adalah: Allah maha besar untuk diketahui (Allahu Akbar min an yu’raf). Allah itu muthlaq dan tidak muqayyad oleh ruang, waktu, ukuran, bentuk maupun berat. Allah maha suci dari itu semua. Allah tidak bisa diketahui oleh siapapun. Allah maha besar untuk dideteksi atau diukur atau dikenal secara sempurna. Apapun yang terlintas di benak kita tentang-Nya maka Dia maha besar dan maha suci dari itu semua “Subhana Rabbika Rabbil-izzati amma yashifun”. Syekh Abu Yazid al-Busthami Ra. pernah ditanya: Apakah Allahu Akbar berarti Allah maha besar dari yang selain-Nya (dari segala sesuatu / dari segala-galanya)? Beliau menjawab: Tidak ada sesuatupun bersama-Nya sehingga Ia menjadi lebih besar darinya. Beliau ditanya kembali: Lalu apa maknanya? Beliau menjawab: Allahu Akbar artinya Allah maha besar untuk dikias dengan manusia atau dijadikan sebagai alat mengkias atau dijangkau oleh panca indra (Akbar min an yuqasa binnas, aw yadkhula tahtal-qiyas aw tudrikahul-hawas).
Secara umum, Makrifatullah artinya Mengenal Allah. Dan kata-kata makrifat itu sendiri dalam bahasa arab mengandung makna ihathah yang artinya mengetahui secara penuh, maka makrifatullah dapat diartikan dengan mengenal atau mengetahui identitas zat Allah secara keseluruhan. Namun bila diartikan dengan sekedar mengenal eksistensi Allah maka siapapun dari kita pasti mampu mengetahui bahkan meyakini keberadaan-Nya, baik melalui berbagai kajian dan penelitian. Lalu bagaimana bila mengenal / mengetahui identitas Zat Allah dengan sempurna? Inilah yang mustahil !! Walau melalui suluk dan banyak berdzikir dalam tarekat. Karena Rasulullah Saw. saja tidak mampu memuji Allah karena tidak mampu mengenal / mengetahui-Nya, sebab mampu memuji adalah tanda telah mengetahui. Beliau bersabda :
" لا أحصي ثناء عليك كما أثنيت على نفسك "
Jika Rasulullah Saw. yang menjadi makhluk termulia dan teragung di sisi Allah tidak mampu memuji Allah... Apakah kita yang sehina dan sekotor ini mengaku-ngaku telah Makrifatullah ?!?!??!?!?!?!?!???
Allah Swt. berfirman :
" ولا يحيطون بشيء من علمه إلا بما شاء "
Kita tidak akan mampu mengetahui sedikit dari sebagian ilmu-ilmu Allah melainkan apa yang Ia kehendaki saja... Jikalau ilmu Allah masih banyak yang tidak kita ketahui... boro-boro ngetahuin zat-Nya ?!?!?!?
Kesimpulannya: Makrifatullah adalah suatu hal yang 100% mustahil... siapapun dari para nabi, rasul dan wali tidak ada yang mampu mencapai Makrifatullah... dengan cara apapun, baik dengan mengikuti tarekat sufi ataupun yang lainnya!
Makanya para wali Allah dijuluki dengan al-Arif Billah, bukan dengan al-Arif Lillah... karena Makrifat Billah masih mungkin, yang artinya mengetahui dengan izin Allah. Kalau Makrifatullah artinya mengetahui Allah itu sendiri, nah itu yang mustahil !!!
Islam hanya memberikan tiga martabat saja; Islam, Iman dan Ihsan... Syari'at, Tarekat dan Hakekat. Kenapa yang keempat (martabat Makrifat) didatangkan ??? dan dari mana asal-usulnya? mau menyaingi pemberian Allah ya ??? Sekali lagi, makrifatullah merupakan suatu hal yang mustahil terjadi !! Bagaimana bisa mengenal / mengetahui identitas zat Allah yang maha suci sementara para nabi, rasul dan para wali tidak ada satupun yang menjangkaunya !! Rasulullah saja tidak mampu memuji-Nya sebagaimana yang diriwayatkan dalam hadits di atas, apakah kita berani mengaku-ngaku kenal Allah ?!? tau Allah ?!?
Oleh karena itu kita mengucapkan Allahu Akbar. Yang artinya bukan: Allah maha besar dari segala sesuatu (Allahu Akbar min kulli syai’) karena Allah bukanlah sesuatu (syai’) sehingga ukuran-Nya dibanding-bandingkan dengan ukuran sesuatu yang lain. Allah tidak berukuran besar atau panjang. Allah tak layak dibanding-bandingkan dengan makhluk-makhluk-Nya. Makna Allahu akbar adalah: Allah maha besar untuk diketahui (Allahu Akbar min an yu’raf). Allah itu muthlaq dan tidak muqayyad oleh ruang, waktu, ukuran, bentuk maupun berat. Allah maha suci dari itu semua. Allah tidak bisa diketahui oleh siapapun. Allah maha besar untuk dideteksi atau diukur atau dikenal secara sempurna. Apapun yang terlintas di benak kita tentang-Nya maka Dia maha besar dan maha suci dari itu semua “Subhana Rabbika Rabbil-izzati amma yashifun”. Syekh Abu Yazid al-Busthami Ra. pernah ditanya: Apakah Allahu Akbar berarti Allah maha besar dari yang selain-Nya (dari segala sesuatu / dari segala-galanya)? Beliau menjawab: Tidak ada sesuatupun bersama-Nya sehingga Ia menjadi lebih besar darinya. Beliau ditanya kembali: Lalu apa maknanya? Beliau menjawab: Allahu Akbar artinya Allah maha besar untuk dikias dengan manusia atau dijadikan sebagai alat mengkias atau dijangkau oleh panca indra (Akbar min an yuqasa binnas, aw yadkhula tahtal-qiyas aw tudrikahul-hawas).
FATWA ALI JUM'AH TENTANG AIR KENCING NABI
Seorang mufti Mesir yang disegani umat... dan guru besar ushul fiqh di al-Azhar.. Dr. Ali Jum'ah al-Syafi'i.. baru-baru ini mengeluarkan fatwanya yang cukup menghebohkan dunia... "Minum air kencing Rasul Saw. hukumnya halal"... !!! Fatwa ini mendapat banyak kritikan dari berbagai lembaga agama, termasuk al-Azhar sendiri… Semua meminta beliau untuk meralat kembali fatwa tersebut... melalui banyak alasan.. di antaranya: Riwayat-riwayat yang menceritakan tentang para sahabat yang sempat meminum air kencing Rasul Saw. adalah merupakan akibat dari ketidaktahuan mereka.. bukan karena disengaja.. Alasan lain karena fatwa tersebut akan memberikan kesempatan kepada musuh-musuh islam untuk menghina dan mencaci agama islam serta Rasulnya… menganggap bodoh dan kolot umat islam… bukan hanya itu saja, tapi juga jorok dan kotor !! Bukankah mereka (musuh-musuh islam) telah mencaci-maki dan menghina Nabi dengan berbagai lukisan dan karikatur? lalu bagaimana lagi bentuk lukisan tersebut bila mereka mendengarkan fatwa Dr. Ali Jum'ah terbaru ini ?? Ada apa gerangan dengan sang mufti? Salahkah dia?
Untuk mengomentari persoalan yang cukup sensitif ini, kita sebagai umat islam yang moderat (ummatan wasatha) harus tahu lebih dahulu bahwasanya yang disebut fatwa adalah yang mengenai suatu perbuatan yang bisa dilakukan dan ditinggalkan.. apakah boleh atau tidak? apakah dilakukan atau ditinggalkan? itu baru namanya fatwa. Pada zaman ini tidak ada lagi air kencing Nabi.. lalu buat apa fatwa itu dikeluarkan? boleh diminum ataupun tidak.. mana dulu air kencingnya ?!?!?!??! Ini bukanlah fatwa, melainkan realita… fakta… peristiwa nyata… yang sudah berlalu lama… dan sebatas untuk diceritakan saja… bukan untuk difatwakan halal-haramnya !! menceritakannya pun amat tidak bijak bila untuk siapa saja !! karena :
ليس كل ما يعرف يقال .. وليس كل ما يقال جاء أوانه .. وليس كل ما جاء أوانه حضر أهله
Tidak semua yang diketahui baik disampaikan… Tidak semua yang baik disampaikan tiba saatnya… Dan tidak semua yang tiba saatnya hadir ahlinya !! Artinya: seorang alim da'i yang bijak ialah yang tidak menyampaikan semua ilmunya kepada awam dan sembarang orang.. ia harus melihat lebih dahulu sudah tiba saatnya atau belum.. ia pun harus melihat yang hadir berhak menerimanya atau belum berhak !!
Kita semua pernah mendengarkan atau membaca sebuah petuah masyhur yang berbunyi :
كفى بالمرء كذبا أن يحدث بكل ما سمع
Sungguh dusta seorang yang menyampaikan semua yang ia ketahui !!
Apabila seseorang memberikan suatu hikmah kepada bukan ahlinya maka ia telah menzalimi hikmah itu sendiri… dan apabila ia menyembunyikannya dari para ahlinya maka ia telah menzalimi mereka… Seorang yang hakim (bijak) ialah yang tidak memberikan hikmah itu kecuali kepada ahilnya saja dan pada waktu yang setepat-tepatnya.
Imam Ali Ra. pernah mengatakan: "Apabila aku sampaikan semua yang pernah aku dengar dari Rasul Saw. maka kalian akan mengatakan bahwa aku telah berdusta". Saidina Abu Hurairah Ra. juga pernah berkata: "Aku telah menerima dua bagian ilmu dari Rasul Saw. Bagian yang pertama aku sampaikan, adapun bagian yang kedua apabila aku sampaikan maka leherku akan disembelih orang".
Rasul Saw. pernah bersabda: "Kami para nabi mendapatkan perintah untuk mengajari umat sesuai hajat dan kemampuan akal mereka… bukan sesuai akal dan kadar pengetahuan kami". Seorang yang alim ketika mengajar harus menguasai ilmunya lebih dahulu sekaligus mengetahui kadar murid-muidnya… karena tidak tepat bila anak kecil diajari ilmu aljabar sebelum diajari ilmu membaca dan menulis !!!
Ketika menyebut kata kekuatan.. identik difahami dengan otot besi dan urat kawat.. padahal ada kekuatan lain seperti menahan emosi dan kekuatan iman… Ketika menyebut kata rizki.. identik diartikan harta dan uang.. padahal angin, ilmu, kesehatan.. juga merupakan rizki… Ketika menyebut kata cinta.. identik dimaknai dengan hubungan antara dua kekasih yang saling menyayangi.. dan melupakan cinta-cinta lainnya.. cinta Allah dan Rasul-Nya… Kesalahpahaman terhadap makna kalimat telah membuat salah penafsiran terhadap apa yang disampaikan para ulama'.. dimana seorang ulama' juga di sisi tertentu harus meyakini ajarannya akan sampai dengan tepat ke para muridnya sebelum ia menyampaikannya. Rasul pernah bersabda: "Tidaklah seorang menyampaikan suatu ilmu kepada kaumnya yang tidak mampu mencernanya melainkan ilmu itu akan menjadi fitnah bagi mereka".
Apabila ilmu yang benar disampaikan bukan pada waktunya dan bukan kepada ahlinya.. di situlah muncul fitnah besar yang menyala-nyala.. Karena tidak semua orang mampu memahami tentang permata dan berlian.. Tentunya berbicara tentang sosok mulia seperti Rasulullah Saw. jauh lebih bernilai dari pada intan dan permata !! Pantaskah disampaikan ke semua orang ?!?
Antara guru dan murid harus sama-sama punya etika.. karena etika seorang guru yang alim sudah disebutkan di atas, maka etika seorang murid adalah mencerna dengan baik dan memahami dengan kepala yang sejuk.. bukan dengan emosi dan egoisme yang berlebihan.. Apabila mereka keberatan dengan bolehnya meminum air kencing Nabi.. lalu mengapa mereka tidak keberatan dengan bolehnya meminum air kencing unta untuk pengobatan ?!? Apakah kencing binatang lebih mulia dari Nabi ?!?!?
Segala sesuatu ada ahlinya.. ada spesialisnya… Ketika radio pertama kali ditemukan, ada yang mengatakan: "Di dalamnya ada jin"… Ketika TV ditemukan, ada yang mengatakan: "Ini jinnya !!"… Kejahilan bukanlah aib.. melainkan yang aib adalah menghina dan memaki suatu hal yang tidak diketahui maksudnya, tidak difahami esensinya dan tidak dikuasai ilmunya.
Ketika seseorang yang buta matanya tidak dapat melihat sinar matahari.. tidaklah berarti mataharinya tidak ada.. permasalahannya bukan terletak pada matahari.. melainkan pada mata orang buta itu sendiri !!
Para pembaca yang budiman.. sang mufti sebetulnya tidak keliru dalam keyakinannya tentang status air kencing Nabi Saw... hanya saja.. sayang seribu kali sayang.. beliau tidak memperhatikan waktu dan orang-orang yang mendengarkannya !!
Seorang waliyullah mengatakan :
على رأس هذا الكون نعل محمد # علت فجميع الكون تحت ظلاله
على الطور موسى نودي إخلع وأحمد # فوق العرش لم يؤذن بخلع نعاله
Dia adalah Saidina Muhammad,
Terompah miliknya di atas jagad raya,
Bayangan keagungannnya mengepung alam semesta,
Sedangkan Nabi Musa di atas bukit sinai tak boleh bersendal,
Sementara Nabi Muhammad di atas arsyi-pun ia masih berterompah !!
Berbicara tentang keistimewaan Rasulullah Saw. tidak akan pernah dijangkau oleh siapapun dan buku manapun… bukan hanya keistimewaan beliau secara batin dan rohani saja.. secara zahir dan jasmani-pun jangan coba-coba !! Dengan demikian maka orang yang mengatakan bahwa Rasul adalah manusia biasa, keimanannya masih sangat dipertanyakan !! Beliau memang manusia.. namun sungguh bukan manusia biasa.. beliau adalah manusia sempurna.. manusia luar biasa yang aslinya cahaya !! Allah berfirman: "Telah datang kepada kalian cahaya dari Allah yaitu Baginda Rasul Saw."
Okelah itu air kencing.. tapi air kencing siapa dulu ?!? Okelah itu kencing manusia.. tapi apakah Rasulullah Saw. manusia biasa ?!? seperti kita ?!? Bukankah beliau tidak mempunyai bayangan ?!? Bukankah keringat beliau lebih wangi dari minyak kasturi ?!? Bukankah air ludah beliau dapat mengembalikan mata yang telah terpisah dari kepala ?!? Bukankah darah beliau menjadi obat bagi segala jenis penyakit ?!? Bukankah air sisa wudu' beliau direbut banyak sahabat ?!? Bukankah dari dan untuk beliau semua tercipta ?!? Bukankah semua mala'ikat menjadi pelayan setia ?!? Bukankah kepada beliau semua nabi dan rasul tundukkan kepala ?!? Bukankah Madinah beliau tak mampu dimasuki Dajjal durjana ?!? Bukankah beliau telah menembus langit-langit sampai ke luar angkasa bahkan menembus arsyi dan sidratul-muntaha dalam satu malam tanpa rocket, tanpa bantuan oksigen atau yang lainnya ?!? Lalu masihkah kita mengatakan beliau manusia biasa ?!? Dan masihkah kita mengkias dan menyamakan air kencing beliau dengan air kencing kita ?!?!?!??!?! ……………… ............ cukup ……….. ............ wallahu a'lam
Untuk mengomentari persoalan yang cukup sensitif ini, kita sebagai umat islam yang moderat (ummatan wasatha) harus tahu lebih dahulu bahwasanya yang disebut fatwa adalah yang mengenai suatu perbuatan yang bisa dilakukan dan ditinggalkan.. apakah boleh atau tidak? apakah dilakukan atau ditinggalkan? itu baru namanya fatwa. Pada zaman ini tidak ada lagi air kencing Nabi.. lalu buat apa fatwa itu dikeluarkan? boleh diminum ataupun tidak.. mana dulu air kencingnya ?!?!?!??! Ini bukanlah fatwa, melainkan realita… fakta… peristiwa nyata… yang sudah berlalu lama… dan sebatas untuk diceritakan saja… bukan untuk difatwakan halal-haramnya !! menceritakannya pun amat tidak bijak bila untuk siapa saja !! karena :
ليس كل ما يعرف يقال .. وليس كل ما يقال جاء أوانه .. وليس كل ما جاء أوانه حضر أهله
Tidak semua yang diketahui baik disampaikan… Tidak semua yang baik disampaikan tiba saatnya… Dan tidak semua yang tiba saatnya hadir ahlinya !! Artinya: seorang alim da'i yang bijak ialah yang tidak menyampaikan semua ilmunya kepada awam dan sembarang orang.. ia harus melihat lebih dahulu sudah tiba saatnya atau belum.. ia pun harus melihat yang hadir berhak menerimanya atau belum berhak !!
Kita semua pernah mendengarkan atau membaca sebuah petuah masyhur yang berbunyi :
كفى بالمرء كذبا أن يحدث بكل ما سمع
Sungguh dusta seorang yang menyampaikan semua yang ia ketahui !!
Apabila seseorang memberikan suatu hikmah kepada bukan ahlinya maka ia telah menzalimi hikmah itu sendiri… dan apabila ia menyembunyikannya dari para ahlinya maka ia telah menzalimi mereka… Seorang yang hakim (bijak) ialah yang tidak memberikan hikmah itu kecuali kepada ahilnya saja dan pada waktu yang setepat-tepatnya.
Imam Ali Ra. pernah mengatakan: "Apabila aku sampaikan semua yang pernah aku dengar dari Rasul Saw. maka kalian akan mengatakan bahwa aku telah berdusta". Saidina Abu Hurairah Ra. juga pernah berkata: "Aku telah menerima dua bagian ilmu dari Rasul Saw. Bagian yang pertama aku sampaikan, adapun bagian yang kedua apabila aku sampaikan maka leherku akan disembelih orang".
Rasul Saw. pernah bersabda: "Kami para nabi mendapatkan perintah untuk mengajari umat sesuai hajat dan kemampuan akal mereka… bukan sesuai akal dan kadar pengetahuan kami". Seorang yang alim ketika mengajar harus menguasai ilmunya lebih dahulu sekaligus mengetahui kadar murid-muidnya… karena tidak tepat bila anak kecil diajari ilmu aljabar sebelum diajari ilmu membaca dan menulis !!!
Ketika menyebut kata kekuatan.. identik difahami dengan otot besi dan urat kawat.. padahal ada kekuatan lain seperti menahan emosi dan kekuatan iman… Ketika menyebut kata rizki.. identik diartikan harta dan uang.. padahal angin, ilmu, kesehatan.. juga merupakan rizki… Ketika menyebut kata cinta.. identik dimaknai dengan hubungan antara dua kekasih yang saling menyayangi.. dan melupakan cinta-cinta lainnya.. cinta Allah dan Rasul-Nya… Kesalahpahaman terhadap makna kalimat telah membuat salah penafsiran terhadap apa yang disampaikan para ulama'.. dimana seorang ulama' juga di sisi tertentu harus meyakini ajarannya akan sampai dengan tepat ke para muridnya sebelum ia menyampaikannya. Rasul pernah bersabda: "Tidaklah seorang menyampaikan suatu ilmu kepada kaumnya yang tidak mampu mencernanya melainkan ilmu itu akan menjadi fitnah bagi mereka".
Apabila ilmu yang benar disampaikan bukan pada waktunya dan bukan kepada ahlinya.. di situlah muncul fitnah besar yang menyala-nyala.. Karena tidak semua orang mampu memahami tentang permata dan berlian.. Tentunya berbicara tentang sosok mulia seperti Rasulullah Saw. jauh lebih bernilai dari pada intan dan permata !! Pantaskah disampaikan ke semua orang ?!?
Antara guru dan murid harus sama-sama punya etika.. karena etika seorang guru yang alim sudah disebutkan di atas, maka etika seorang murid adalah mencerna dengan baik dan memahami dengan kepala yang sejuk.. bukan dengan emosi dan egoisme yang berlebihan.. Apabila mereka keberatan dengan bolehnya meminum air kencing Nabi.. lalu mengapa mereka tidak keberatan dengan bolehnya meminum air kencing unta untuk pengobatan ?!? Apakah kencing binatang lebih mulia dari Nabi ?!?!?
Segala sesuatu ada ahlinya.. ada spesialisnya… Ketika radio pertama kali ditemukan, ada yang mengatakan: "Di dalamnya ada jin"… Ketika TV ditemukan, ada yang mengatakan: "Ini jinnya !!"… Kejahilan bukanlah aib.. melainkan yang aib adalah menghina dan memaki suatu hal yang tidak diketahui maksudnya, tidak difahami esensinya dan tidak dikuasai ilmunya.
Ketika seseorang yang buta matanya tidak dapat melihat sinar matahari.. tidaklah berarti mataharinya tidak ada.. permasalahannya bukan terletak pada matahari.. melainkan pada mata orang buta itu sendiri !!
Para pembaca yang budiman.. sang mufti sebetulnya tidak keliru dalam keyakinannya tentang status air kencing Nabi Saw... hanya saja.. sayang seribu kali sayang.. beliau tidak memperhatikan waktu dan orang-orang yang mendengarkannya !!
Seorang waliyullah mengatakan :
على رأس هذا الكون نعل محمد # علت فجميع الكون تحت ظلاله
على الطور موسى نودي إخلع وأحمد # فوق العرش لم يؤذن بخلع نعاله
Dia adalah Saidina Muhammad,
Terompah miliknya di atas jagad raya,
Bayangan keagungannnya mengepung alam semesta,
Sedangkan Nabi Musa di atas bukit sinai tak boleh bersendal,
Sementara Nabi Muhammad di atas arsyi-pun ia masih berterompah !!
Berbicara tentang keistimewaan Rasulullah Saw. tidak akan pernah dijangkau oleh siapapun dan buku manapun… bukan hanya keistimewaan beliau secara batin dan rohani saja.. secara zahir dan jasmani-pun jangan coba-coba !! Dengan demikian maka orang yang mengatakan bahwa Rasul adalah manusia biasa, keimanannya masih sangat dipertanyakan !! Beliau memang manusia.. namun sungguh bukan manusia biasa.. beliau adalah manusia sempurna.. manusia luar biasa yang aslinya cahaya !! Allah berfirman: "Telah datang kepada kalian cahaya dari Allah yaitu Baginda Rasul Saw."
Okelah itu air kencing.. tapi air kencing siapa dulu ?!? Okelah itu kencing manusia.. tapi apakah Rasulullah Saw. manusia biasa ?!? seperti kita ?!? Bukankah beliau tidak mempunyai bayangan ?!? Bukankah keringat beliau lebih wangi dari minyak kasturi ?!? Bukankah air ludah beliau dapat mengembalikan mata yang telah terpisah dari kepala ?!? Bukankah darah beliau menjadi obat bagi segala jenis penyakit ?!? Bukankah air sisa wudu' beliau direbut banyak sahabat ?!? Bukankah dari dan untuk beliau semua tercipta ?!? Bukankah semua mala'ikat menjadi pelayan setia ?!? Bukankah kepada beliau semua nabi dan rasul tundukkan kepala ?!? Bukankah Madinah beliau tak mampu dimasuki Dajjal durjana ?!? Bukankah beliau telah menembus langit-langit sampai ke luar angkasa bahkan menembus arsyi dan sidratul-muntaha dalam satu malam tanpa rocket, tanpa bantuan oksigen atau yang lainnya ?!? Lalu masihkah kita mengatakan beliau manusia biasa ?!? Dan masihkah kita mengkias dan menyamakan air kencing beliau dengan air kencing kita ?!?!?!??!?! ……………… ............ cukup ……….. ............ wallahu a'lam
BALA, TAWAKAL
Setiap manusia tidak akan pernah lepas dari bala bencana, siapapun dia; nabi, wali, orang muslim biasa, orang shalih maupun orang kafir. Hanya saja bala’ itu sendiri oleh orang-orang mulia dibagi menjadi empat macam: Yang pertama: Bala’ Intiqam, yaitu bala’ yang turun untuk tujuan memusnahkan atau mengakhiri. Bala’ ini dikhususkan untuk mereka yang kafir dan ingkar. Allah berfirman “Fantaqamna minhum fanzur kaifa kana aqibatul-mukazzibin”.
Bala’ Intiqam ini bila telah turun kepada orang-orang kafir, tidak berarti mereka bebas dari siksaan di hari akhirat, karena Allah berfirman: “Lahum fiddunya khizyun wa lahum fil-akhirati azabun azim”.
Bala’ yang kedua disebut dengan Bala’ Mahwu Sayyi’ah; yang bertujuan untuk menghapus dosa. Bala’ ini turun kepada mereka orang-orang islam pada umumnya yang tidak luput dari kesalahan dan dosa. Rasulullah Saw. bersabda: “Humma lailah kaffarah sanah”; Demam satu malam menghapus dosa satu tahun.
Bala’ yang ketiga disebut dengan Bala’ Raf’u Darajah. Bala’ ini untuk mereka orang-orang shalih dan orang-orang khawas bukan untuk memusnahkan mereka dan bukan juga untuk menghapus dosa mereka, sebab mereka tak berdosa sebagaimana halnya orang-orang awam. Melainkan mereka mendapat bala’ semata-mata agar derajat tinggi mereka mendapat peningkatan dari Allah Swt. sebagaimana yang menimpa kepada Saidina Binyamin As. sebagaimana firman Allah Swt.: “Kadzalika kidna liyusufa ma kana liya’khudza akhahu fi dinil-malik illa an yasya’allahu narfa’u darajati man nasya’ wa fauqa kulli dzi ilmin alim”.
Yang terakhir adalah Bala’ Mahabbah yang semata-mata untuk membkutikan cinta Allah kepada hamba-Nya. Bala’ ini khusus untuk para rasul, para nabi dan para wali. Bala’ yang menimpa justru sebagai tanda cinta. Rasul bersabda: “Idza Ahabballahu abdan ibtalahu”.
Dengan demikian maka siapapun dia, tidak akan lepas dari yang namanya bala’, hanya saja jenis bala’nya yang bagaimana ?!? semoga Allah Swt. menjadikan bala’ yang menimpa kita adalah untuk mengahpus dosa kita, bukan untuk memusnahkan kita, Amin!
Dalam menghadapi musibah, kita perlu menanam sifat sabar dalam hati kita, yang mana sabar itu sendiri ada tiga macam: Yang pertama: Sabar yang pahit yang disertai perasaan kecewa dan sedih namun tetap sabar dan tidak putus asa terhadap rahmat Allah. Dalam al-Qur’an: “Wabasysyir ashshabirina alladzina idza ashabathum mushibatun qalu inna lillahi wa inna ilaihi raji’un”.
Sabar yang kedua tidak sepahit sabar yang pertama, bahkan tidak kecewa dan dengan senang hati menerima taqdir-Nya, beda halnya dengan sabar yang pertama; sabar yang disertai berat hati dan duka. Allah berfirman: “Alladzina qala lahum annasu innannasa qad jama’u lakum fakhsyauhum fazadahum imana wa qalu hasbunallahu wa ni’mal-wakil fanqalabu bini’matin minallahi wa fadhlin lam yamsashum su’un wattaba’u ridhwanallahi wallahu dzu fadhlin azim”.
Sabar yang ketiga adalah sabarnya mereka yang justru bahagia dengan taqdir Allah sepahit apapun taqdir itu, mereka tetap bahagia dan bersuka cita karena mereka telah memilih Allah dari pada yang selain-Nya, sehingga mereka yakin kebaikan justru terdapat dalam musibah itu sendiri karena di sebalik itu pasti ada yang lebih baik lagi. Allah berfirman: “Radhiyallahu anhum wa radhu anhu dzalika liman khasyiya rabbah”. Saidina Abu Bakr Ra. berkata bahwa seseorang akan mendapat ridho Allah apabila ia sendiri telah meridhoi-Nya, dalam artian meridhoi qada’ dan qadar-Nya, dan tanda seseorang ridho kepada Allah adalah apabila ia bahagia dengan suatu musibah sebagaimana ia bahagia dengan suatu nikmat, maka ia telah ridho kepada Allah, Swt.
Hanya saja Allah Swt. senantiasa menuntut kita untuk selalu berusaha dan bekerja keras demi meraih cita-cita. Jangan hanya mengharap pemberian-Nya tanpa mau berikhtiar dan berusaha, sebab tawakal adalah kepasrahan yang diawali dengan usaha yang maximal. Bila tidak berusaha dan hanya menrima hasil maka itu disebut Tawakul dan bukan Tawakkul.
Tawakal yang tepat dan benar adalah yang diawali dengan usaha yang maximal, dan oleh orang-orang mulia dibagi juga menjadi tiga bagian: Tawakal yang pertama adalah Berusaha lalu menerima apapun hasilnya. Yang kedua: Berusaha lalu meridhoi apapun hasilnya. Sedangkan yang ketiga dan yang tertinggi adalah: Berusaha dan tetap bahagia apapun hasilnya.
Adapun bila tidak berusaha dan hanya menunggu hasil maka disebut Tawakul dan inilah yang dicela oleh Allah Swt. karena Ia berfirman: “Wa qul i’malu fasayarallahu amalakum wa rasuluhu wal-mu’minun”. Pasrah kepada Allah tanpa didahului usaha yang maximal adalah melanggar fithrah itu sendiri! (…bersambung…)
Bala’ Intiqam ini bila telah turun kepada orang-orang kafir, tidak berarti mereka bebas dari siksaan di hari akhirat, karena Allah berfirman: “Lahum fiddunya khizyun wa lahum fil-akhirati azabun azim”.
Bala’ yang kedua disebut dengan Bala’ Mahwu Sayyi’ah; yang bertujuan untuk menghapus dosa. Bala’ ini turun kepada mereka orang-orang islam pada umumnya yang tidak luput dari kesalahan dan dosa. Rasulullah Saw. bersabda: “Humma lailah kaffarah sanah”; Demam satu malam menghapus dosa satu tahun.
Bala’ yang ketiga disebut dengan Bala’ Raf’u Darajah. Bala’ ini untuk mereka orang-orang shalih dan orang-orang khawas bukan untuk memusnahkan mereka dan bukan juga untuk menghapus dosa mereka, sebab mereka tak berdosa sebagaimana halnya orang-orang awam. Melainkan mereka mendapat bala’ semata-mata agar derajat tinggi mereka mendapat peningkatan dari Allah Swt. sebagaimana yang menimpa kepada Saidina Binyamin As. sebagaimana firman Allah Swt.: “Kadzalika kidna liyusufa ma kana liya’khudza akhahu fi dinil-malik illa an yasya’allahu narfa’u darajati man nasya’ wa fauqa kulli dzi ilmin alim”.
Yang terakhir adalah Bala’ Mahabbah yang semata-mata untuk membkutikan cinta Allah kepada hamba-Nya. Bala’ ini khusus untuk para rasul, para nabi dan para wali. Bala’ yang menimpa justru sebagai tanda cinta. Rasul bersabda: “Idza Ahabballahu abdan ibtalahu”.
Dengan demikian maka siapapun dia, tidak akan lepas dari yang namanya bala’, hanya saja jenis bala’nya yang bagaimana ?!? semoga Allah Swt. menjadikan bala’ yang menimpa kita adalah untuk mengahpus dosa kita, bukan untuk memusnahkan kita, Amin!
Dalam menghadapi musibah, kita perlu menanam sifat sabar dalam hati kita, yang mana sabar itu sendiri ada tiga macam: Yang pertama: Sabar yang pahit yang disertai perasaan kecewa dan sedih namun tetap sabar dan tidak putus asa terhadap rahmat Allah. Dalam al-Qur’an: “Wabasysyir ashshabirina alladzina idza ashabathum mushibatun qalu inna lillahi wa inna ilaihi raji’un”.
Sabar yang kedua tidak sepahit sabar yang pertama, bahkan tidak kecewa dan dengan senang hati menerima taqdir-Nya, beda halnya dengan sabar yang pertama; sabar yang disertai berat hati dan duka. Allah berfirman: “Alladzina qala lahum annasu innannasa qad jama’u lakum fakhsyauhum fazadahum imana wa qalu hasbunallahu wa ni’mal-wakil fanqalabu bini’matin minallahi wa fadhlin lam yamsashum su’un wattaba’u ridhwanallahi wallahu dzu fadhlin azim”.
Sabar yang ketiga adalah sabarnya mereka yang justru bahagia dengan taqdir Allah sepahit apapun taqdir itu, mereka tetap bahagia dan bersuka cita karena mereka telah memilih Allah dari pada yang selain-Nya, sehingga mereka yakin kebaikan justru terdapat dalam musibah itu sendiri karena di sebalik itu pasti ada yang lebih baik lagi. Allah berfirman: “Radhiyallahu anhum wa radhu anhu dzalika liman khasyiya rabbah”. Saidina Abu Bakr Ra. berkata bahwa seseorang akan mendapat ridho Allah apabila ia sendiri telah meridhoi-Nya, dalam artian meridhoi qada’ dan qadar-Nya, dan tanda seseorang ridho kepada Allah adalah apabila ia bahagia dengan suatu musibah sebagaimana ia bahagia dengan suatu nikmat, maka ia telah ridho kepada Allah, Swt.
Hanya saja Allah Swt. senantiasa menuntut kita untuk selalu berusaha dan bekerja keras demi meraih cita-cita. Jangan hanya mengharap pemberian-Nya tanpa mau berikhtiar dan berusaha, sebab tawakal adalah kepasrahan yang diawali dengan usaha yang maximal. Bila tidak berusaha dan hanya menrima hasil maka itu disebut Tawakul dan bukan Tawakkul.
Tawakal yang tepat dan benar adalah yang diawali dengan usaha yang maximal, dan oleh orang-orang mulia dibagi juga menjadi tiga bagian: Tawakal yang pertama adalah Berusaha lalu menerima apapun hasilnya. Yang kedua: Berusaha lalu meridhoi apapun hasilnya. Sedangkan yang ketiga dan yang tertinggi adalah: Berusaha dan tetap bahagia apapun hasilnya.
Adapun bila tidak berusaha dan hanya menunggu hasil maka disebut Tawakul dan inilah yang dicela oleh Allah Swt. karena Ia berfirman: “Wa qul i’malu fasayarallahu amalakum wa rasuluhu wal-mu’minun”. Pasrah kepada Allah tanpa didahului usaha yang maximal adalah melanggar fithrah itu sendiri! (…bersambung…)
PESTA ASYURO
Hari Asyura’ (10 Muharram) adalah hari yang sangat bersejarah… Setiap umat berbahagia pada hari itu… Allah Swt. telah menyelamatkan Nabi Nuh As. dari kaumnya dan berhasil menyeberangi lautan pada hari Asyura’… Nabi Ibrahim As. selamat dari panasnya api pada hari Asyura’… Nabi Musa As. membelah laut menjadi dua dan menyeberanginya pada hari Asyura’… Nabi Isa As. dinaikkan dari muka bumi pada hari Asyura’… Nabi Yunus As. dikeluarkan dari perut paus pada hari Asyura’… Nabi Ayyub As. sembuh dari penyakitnya dan kembali kaya dan berketurunan banyak pada hari Asyura’… Sungguh hari Asyura’ adalah hari kegemilangan… hari kebahagiaan… Setiap nabi telah menemukan kegemilangan hari Asyura’… Setiap umat yang mengikuti para nabi itu turut bahagia dan berpesta pada hari Asyura’ merayakan kegemilangan nabi-nabi mereka… Hari Asyura’ adalah hari yang paling menyenangkan bagi mereka semua.
Namun… Bagaimana dengan Nabi Muhammad Saw. dan umatnya ?? Dimanakah bagian beliau dari kegemilangan hari Asyura’ itu? Kelahiran beliau bukan pada hari Asyura’… Peristiwa Isra’ Mi’raj bukan pula pada hari Asyura’… Fathu Makkah bukan juga pada hari Asyura’… Kemenangan kaum muslimin dalam perang melawan kuffar tidak pernah juga terjadi pada hari Asyura’… Lalu… Apakah setiap umat bahagia pada hari Asyura’ kecuali umat Nabi Muhammad Saw. ?!?
Imam al-Husain Ra. cucu kesayangan Rasulullah Saw. meninggalkan dunia ini secara syahid tepat pada hari Asyura’… Namun apakah kematian beliau merupakan peristiwa yang patut dirayakan dan dibahagiakan? ditambah dengan terpisahnya kepala dari jasad dalam suasana perang mendidih dan adu golok yang super brutal… peristiwa apa itu? seperti itukah yang terjadi pada Asyura’-nya umat Nabi Muhammad Saw. ?!?
Sebuah golongan yang cukup terkenal, yaitu golongan Syi’ah (di Iran, Libanon dan lainnya), setiap hari Asyura’ mengadakan upacara besar-besaran mempringati wafatnya Imam al-Husain Ra…. pada hari itu mereka melukai diri meraka sendiri dengan pedang tajam secara masal… darah mereka dialirkan dari kepala dan tubuh sambil teriak dan menangis… pemuda-pemuda dan anak-anak kecil pun ikut membuat banjir darah di tengah panasnya matahari… sedih mengenang peristiwa yang terjadi pada hari Asyura’ di Karbala’… Imam yang sangat mereka cintai itu disemblih secara brutal dan tak ada satupun yang menolong ataupun menyelamatkan !!
Pertanyaan yang akan timbul: Mengapa semua umat berbahagia pada hari Asyura’ sementara umat Nabi Muhammad Saw. bersedih dan melukai diri sendiri sambil bersorak ?!?
Syi’ah menyatakan cintanya yang sangat mendalam kepada Saidina al-Husain Ra. Tapi apakah golongan yang lain tidak mencintainya juga? Cinta Ahlul-Bait adalah kewajiban yang tidak boleh diabaikan… Imam Syafi’i Ra. berkata :
يا آل بيت رسول الله حبكم # فرض من الله في القرآن أنزله
يكفيكم من عظيم الفخر أنكم # من لم يصل عليكم لا صلاة له
Demikianlah ketegasan beliau dalam menyatakan kewajiban cinta Ahlul-Bait… dalam bait yang lain beliau juga mengungkapkan :
لو كان حبي آل أحمد بدعة # فإني بتلك البدعة مكتف
Dalam bait yang lain :
لو كان حبي آل محمد رفضا # فليشهد الثقلان أني رافض
Namun cinta Imam Syafi’i Ra. yang setinggi itu kepada Ahlul-Bait tidak pernah mendorongnya untuk besedih atau bersorak melukai diri sendiri dan merobek baju tiap hari Asyura’… Lalu ada apa dengan Syi’ah ?!?
Para pembaca yang budiman, Para pecinta Ahlul-Bait yang baik hati… Bukankah setiap manusia pasti akan mati? lalu mengapa selalu menangis di atas sebuah kepastian? Ataukah kita menangis karena Saidina al-Husain tidak pantes mati? mestikah beliau hidup selama-lamanya? Bila menangis mengenang proses kematiannya yang sangat brutal… Memang, prosesnya buruk dan cukup memprihatinkan bahkan menyakitkan… namun… lupakah kita bahwa akhirnya beliau mendapat gelar Syahid… bahkan Sayyidusysuhada’ (Tuan para Syuhada’)… dan bukan hanya itu… beliau juga meraih gelar Sayyid Syabab Ahlil-Jannah (Tuan seluruh penghuni sorga)… Sudah 100% pasti beliau saat itu amat bahagia dan penuh kepuasan… Para nabi terdahulu mendapatkan keselamatan di hari Asyura’, namun masih hidup di dunia dengan segala jerih-payah dan manis-pahitnya… sementara Imam al-Husain Ra. di hari Asyura’ mendapatkan kegemilangan yang sungguh tiada tara… melebihi kegemilangan para nabi terdahulu di hari-hari Asyura’ mereka… Beliau bebas dari penjara dunia yang fana’ ini… beliau lepas dari sarang segala penyakit… Sungguh beliau amat bahagia di hari itu… seakan keluar dari penjara yang penuh dengan rasa takut, bosan, lapar, sakit, miskin… menuju keindahan sorga yang telah dinanti-nantikan… Di hari Asyura’, Imam al-Husain Ra. dapat bertemu dengan Rasul dan kedua orang tuanya… bahkan telah bertemu dengan Tuhannya dalam keadaan penuh rido… Oh betapa bahagianya beliau saat itu.
Jika ternyata beliau bahagia di hari itu, lalu apa lagi yang ditangiskan oleh mereka yang sok cinta itu? Mestinya kita turut bergembira dengan kegembiraan beliau… berbahagia dan berpesta-pora merayakan istisyhad beliau yang luar biasa itu… Dengan kegemilangan yang beliau raih itu, kita merasa bangga menjadi umat Nabi Muhammad Saw…. berbahagialah kita di hari Asyura’ melebihi kebahagiaan umat-umat terdahulu… Madad ya Rasulallah… Madad ya Sayyidanal-Husain…
Kaum Sufi adalah kelompok yang senantiasa berbahagia di hari Asyura’… Mereka yakin seandainya saja Imam al-Husain diberi dua pilihan; mati biasa atau mati syahid, beliau pasti akan memilih mati syahid, separah apapun prosesnya, pokoknya syahid, bila perlu secepatnya… Beliau lahir di dunia ini seolah baru memasuki ruang ujian… yang kemudian pada hari istiyhad, beliau dinyatakan lulus dengan nilai MUMTAZ Ma’a Martabatisysyaraf !! Yang tidak berbahagia di hari itu berarti tidak senang dengan kesuksesan dan keberhasilan beliau dalam meraih keinginannya !! Yang menangis dan bersedih karena kegemilangan dan kebahagiaan beliau berarti meremehkan dan merendahkan bahkan membenci beliau !! “Qul bifadllillahi wa birahmatihi fabidzalika falyafrahu huwa khairun mimma yajma’un”.
Pada hari Asyura’ di Karbala’, Imam al-Husain Ra. sangat berbahagia… bertemu dengan Rasul dan Ahlul-Bait… Masuk sorga tanpa basa-basi… bahkan menjadi boss terbesar di sorga… Menjadi ketua para syuhada’ di sorga… dan ini merupakan sebuah kebanggaan yang patut kita senangi dan syukuri… bukan malah cengeng sambil merobek baju dan melukai diri sendiri !! Allah swt. telah memberikan umat Nabi Muhammad Saw. di hari Asyura’ melebihi yang Ia berikan kepada umat-umat sebelumnya di hari yang sama… ialah Istisyhad sang cucu; Imam al-Husain Ra. Sungguh merpakan kegemilangan yang tiada tara dan luar biasa !!
“Allah telah meridlai mereka, dan mereka pun telah meridlai Allah” firman-Nya dalam al-Qur’an… Bagaimana meridoi Allah agar Allah meridoi kita? Saidina Abu Bakr Ashshiddiq Ra. berkata: “Bila kamu bahagia ketika ditimpa musibah sebagaimana kamu bahagia ketika diberi nikmat, maka kamu telah meridoi Allah” !!
Kaum Sufi (Pecinta Ahlul-Bait yang sesungguhnya) senantiasa berbahagia dalam keadaan apapun dan atas peristiwa apapun… lebih-lebih dalam rangka yang bahagia seperti istisyhad-nya Saidina al-Husain… mereka sudah tentu berpesta-pora… gembira mengenang kebahagiaan beliau… tidak seperti golongan Syi’ah yang berlebihan itu.
SYAHID, adalah gelar yang senantiasa dikejar-kejar oleh orang-orang shalih, karena merupakan akhir hayat yang sangat mulia, yang dapat menghapus segala kesilapan sebelumnya dan tidak akan ada kesengsaraan sesudahnya. Saidina Abu Bakr syahid dengan gigitan ular, Saidina Umar syahid di tangan Abu Lu’lu’ah al-Majusi, Saidina Ali syahid di tangan Abdurrahman bin Marjum… begitu pula dengan Saidina Utsman, Saidina al-Hasan, dll. Semua mengharapkan kesyahidan !! Sebagai salah satu bukti cinta tulus kepada Ahlul-Bait adalah berbahagia di hari kebahagiaan mereka... berbahagia ketika mereka bahagia... bukan sebaliknya. Sedih di hari Asyura' sama dengan tidak senang bila Imam al-Husain berhasil mencapai harapannya !!
Namun… Bagaimana dengan Nabi Muhammad Saw. dan umatnya ?? Dimanakah bagian beliau dari kegemilangan hari Asyura’ itu? Kelahiran beliau bukan pada hari Asyura’… Peristiwa Isra’ Mi’raj bukan pula pada hari Asyura’… Fathu Makkah bukan juga pada hari Asyura’… Kemenangan kaum muslimin dalam perang melawan kuffar tidak pernah juga terjadi pada hari Asyura’… Lalu… Apakah setiap umat bahagia pada hari Asyura’ kecuali umat Nabi Muhammad Saw. ?!?
Imam al-Husain Ra. cucu kesayangan Rasulullah Saw. meninggalkan dunia ini secara syahid tepat pada hari Asyura’… Namun apakah kematian beliau merupakan peristiwa yang patut dirayakan dan dibahagiakan? ditambah dengan terpisahnya kepala dari jasad dalam suasana perang mendidih dan adu golok yang super brutal… peristiwa apa itu? seperti itukah yang terjadi pada Asyura’-nya umat Nabi Muhammad Saw. ?!?
Sebuah golongan yang cukup terkenal, yaitu golongan Syi’ah (di Iran, Libanon dan lainnya), setiap hari Asyura’ mengadakan upacara besar-besaran mempringati wafatnya Imam al-Husain Ra…. pada hari itu mereka melukai diri meraka sendiri dengan pedang tajam secara masal… darah mereka dialirkan dari kepala dan tubuh sambil teriak dan menangis… pemuda-pemuda dan anak-anak kecil pun ikut membuat banjir darah di tengah panasnya matahari… sedih mengenang peristiwa yang terjadi pada hari Asyura’ di Karbala’… Imam yang sangat mereka cintai itu disemblih secara brutal dan tak ada satupun yang menolong ataupun menyelamatkan !!
Pertanyaan yang akan timbul: Mengapa semua umat berbahagia pada hari Asyura’ sementara umat Nabi Muhammad Saw. bersedih dan melukai diri sendiri sambil bersorak ?!?
Syi’ah menyatakan cintanya yang sangat mendalam kepada Saidina al-Husain Ra. Tapi apakah golongan yang lain tidak mencintainya juga? Cinta Ahlul-Bait adalah kewajiban yang tidak boleh diabaikan… Imam Syafi’i Ra. berkata :
يا آل بيت رسول الله حبكم # فرض من الله في القرآن أنزله
يكفيكم من عظيم الفخر أنكم # من لم يصل عليكم لا صلاة له
Demikianlah ketegasan beliau dalam menyatakan kewajiban cinta Ahlul-Bait… dalam bait yang lain beliau juga mengungkapkan :
لو كان حبي آل أحمد بدعة # فإني بتلك البدعة مكتف
Dalam bait yang lain :
لو كان حبي آل محمد رفضا # فليشهد الثقلان أني رافض
Namun cinta Imam Syafi’i Ra. yang setinggi itu kepada Ahlul-Bait tidak pernah mendorongnya untuk besedih atau bersorak melukai diri sendiri dan merobek baju tiap hari Asyura’… Lalu ada apa dengan Syi’ah ?!?
Para pembaca yang budiman, Para pecinta Ahlul-Bait yang baik hati… Bukankah setiap manusia pasti akan mati? lalu mengapa selalu menangis di atas sebuah kepastian? Ataukah kita menangis karena Saidina al-Husain tidak pantes mati? mestikah beliau hidup selama-lamanya? Bila menangis mengenang proses kematiannya yang sangat brutal… Memang, prosesnya buruk dan cukup memprihatinkan bahkan menyakitkan… namun… lupakah kita bahwa akhirnya beliau mendapat gelar Syahid… bahkan Sayyidusysuhada’ (Tuan para Syuhada’)… dan bukan hanya itu… beliau juga meraih gelar Sayyid Syabab Ahlil-Jannah (Tuan seluruh penghuni sorga)… Sudah 100% pasti beliau saat itu amat bahagia dan penuh kepuasan… Para nabi terdahulu mendapatkan keselamatan di hari Asyura’, namun masih hidup di dunia dengan segala jerih-payah dan manis-pahitnya… sementara Imam al-Husain Ra. di hari Asyura’ mendapatkan kegemilangan yang sungguh tiada tara… melebihi kegemilangan para nabi terdahulu di hari-hari Asyura’ mereka… Beliau bebas dari penjara dunia yang fana’ ini… beliau lepas dari sarang segala penyakit… Sungguh beliau amat bahagia di hari itu… seakan keluar dari penjara yang penuh dengan rasa takut, bosan, lapar, sakit, miskin… menuju keindahan sorga yang telah dinanti-nantikan… Di hari Asyura’, Imam al-Husain Ra. dapat bertemu dengan Rasul dan kedua orang tuanya… bahkan telah bertemu dengan Tuhannya dalam keadaan penuh rido… Oh betapa bahagianya beliau saat itu.
Jika ternyata beliau bahagia di hari itu, lalu apa lagi yang ditangiskan oleh mereka yang sok cinta itu? Mestinya kita turut bergembira dengan kegembiraan beliau… berbahagia dan berpesta-pora merayakan istisyhad beliau yang luar biasa itu… Dengan kegemilangan yang beliau raih itu, kita merasa bangga menjadi umat Nabi Muhammad Saw…. berbahagialah kita di hari Asyura’ melebihi kebahagiaan umat-umat terdahulu… Madad ya Rasulallah… Madad ya Sayyidanal-Husain…
Kaum Sufi adalah kelompok yang senantiasa berbahagia di hari Asyura’… Mereka yakin seandainya saja Imam al-Husain diberi dua pilihan; mati biasa atau mati syahid, beliau pasti akan memilih mati syahid, separah apapun prosesnya, pokoknya syahid, bila perlu secepatnya… Beliau lahir di dunia ini seolah baru memasuki ruang ujian… yang kemudian pada hari istiyhad, beliau dinyatakan lulus dengan nilai MUMTAZ Ma’a Martabatisysyaraf !! Yang tidak berbahagia di hari itu berarti tidak senang dengan kesuksesan dan keberhasilan beliau dalam meraih keinginannya !! Yang menangis dan bersedih karena kegemilangan dan kebahagiaan beliau berarti meremehkan dan merendahkan bahkan membenci beliau !! “Qul bifadllillahi wa birahmatihi fabidzalika falyafrahu huwa khairun mimma yajma’un”.
Pada hari Asyura’ di Karbala’, Imam al-Husain Ra. sangat berbahagia… bertemu dengan Rasul dan Ahlul-Bait… Masuk sorga tanpa basa-basi… bahkan menjadi boss terbesar di sorga… Menjadi ketua para syuhada’ di sorga… dan ini merupakan sebuah kebanggaan yang patut kita senangi dan syukuri… bukan malah cengeng sambil merobek baju dan melukai diri sendiri !! Allah swt. telah memberikan umat Nabi Muhammad Saw. di hari Asyura’ melebihi yang Ia berikan kepada umat-umat sebelumnya di hari yang sama… ialah Istisyhad sang cucu; Imam al-Husain Ra. Sungguh merpakan kegemilangan yang tiada tara dan luar biasa !!
“Allah telah meridlai mereka, dan mereka pun telah meridlai Allah” firman-Nya dalam al-Qur’an… Bagaimana meridoi Allah agar Allah meridoi kita? Saidina Abu Bakr Ashshiddiq Ra. berkata: “Bila kamu bahagia ketika ditimpa musibah sebagaimana kamu bahagia ketika diberi nikmat, maka kamu telah meridoi Allah” !!
Kaum Sufi (Pecinta Ahlul-Bait yang sesungguhnya) senantiasa berbahagia dalam keadaan apapun dan atas peristiwa apapun… lebih-lebih dalam rangka yang bahagia seperti istisyhad-nya Saidina al-Husain… mereka sudah tentu berpesta-pora… gembira mengenang kebahagiaan beliau… tidak seperti golongan Syi’ah yang berlebihan itu.
SYAHID, adalah gelar yang senantiasa dikejar-kejar oleh orang-orang shalih, karena merupakan akhir hayat yang sangat mulia, yang dapat menghapus segala kesilapan sebelumnya dan tidak akan ada kesengsaraan sesudahnya. Saidina Abu Bakr syahid dengan gigitan ular, Saidina Umar syahid di tangan Abu Lu’lu’ah al-Majusi, Saidina Ali syahid di tangan Abdurrahman bin Marjum… begitu pula dengan Saidina Utsman, Saidina al-Hasan, dll. Semua mengharapkan kesyahidan !! Sebagai salah satu bukti cinta tulus kepada Ahlul-Bait adalah berbahagia di hari kebahagiaan mereka... berbahagia ketika mereka bahagia... bukan sebaliknya. Sedih di hari Asyura' sama dengan tidak senang bila Imam al-Husain berhasil mencapai harapannya !!
TAFSIR MIMPI
Perjalanan mimpi berlangsung dan terjadi tiada lain karena kekuasaan Allah yang sangat mutlak. Artinya: sebagai salah satu tanda kekuasaan Tuhan adalah: menjadikan manusia dapat melihat dengan mata tertutup, dan dapat mendengar dengan telinga yang sedang non-aktif (tidur)… Manusia dapat merasakan tanpa indra apapun… bahkan dapat melihat hal-hal di luar akal dan memahami, mengingat dan menghafalnya dengan baik. Semua ini adalah tanda kekuasaan sang pencipta (Allah Swt.) yang tidak selalu disadari oleh setiap hamba.
Terkadang mimpi itu merupakan sebuah isyarat atau petunjuk yang bertujuan mengingatkan atau menggambarkan keadaan ataupun nasib seseorang… dan biasanya petunjuk mimpi itu berlawanan dengan kenyataan, contohnya: mimpi bersetubuh dengan ibu, konon berarti tahun itu ia akan melaksanakan ibadah haji !! dari itu Allah Swt. telah mengaruniai sebagian hamba-hamba-Nya kepandaian dalam membuka tabir mimpi dan mendeteksi makna-makna yang tersirat di balik jendela mimpi. Mereka itu adalah para penafsir mimpi.
Tafsir mimpi adalah salah satu disiplin ilmu yang diajarkan oleh Allah Swt. kepada sebagian hamba-hamba-Nya. Ilmu tafsir mimpi ini dalam al-Qur’an disebut dengan Ta’wilul-Ahadits… Allah berfirman :
" رب قد آتيتني من الملك وعلمتني من تأويل الأحاديث "
Dengan demikian maka alat sang penafsir untuk menafsirkan mimpi adalah Qur’an, Sunnah dan ada satu lagi alat terpenting, yaitu: al-Farasah !! al-Farasah adalah firasat hati yang tepat… Artinya: seorang penafsir mimpi harus menatap sebuah mimpi dengan tatapan tajam serta memandang orang yang mimpi dengan mata hati yang jujur dan penuh kebijaksanaan. Tidaklah baik bila penafsiran mimpi dilaksanakan via telpon, surat, buku ataupun yang lain. Haruslah face to face !! karena alat terpenting untuk menafsirkan mimpi adalah: al-Farasah sebagai tatapan cahaya Ilahi !! Rasul Saw. bersabda :
" اتقوا فراسة المؤمن فإنه ينظر بنور الله "
Mengapa harus dengan al-Farasah? Kondisi orang yang mimpi perlu diperhatikan dengan baik, sebab boleh saja dua orang atau lebih memimpikan hal atau kejadian yang sama, namun apakah artinya juga sama ?!? Tentu akan berbeda sesuai keadaan masing-masing, di situlah firasat sang penafsir akan difungsikan dan tatapan hatinya yang bersih mulai dimainkan untuk maslahat setiap orang.
Disamping itu juga, penafsiran mimpi itu tidak akan terus menetap dan membeku, ia tidaklah permanen, melainkan mimpi yang satu dapat ditafsirkan dengan ribuan bahkan jutaan makna sesuai situasi dan kondisi manusia serta keadaan dunia dari masa hingga masa, ia pun berkembang mengikut perkembangan zaman dan makan… Dari itulah Allah menyebut mimpi dalam al-Qur’an dengan istilah al-Ahadits yang berakar dari kata hadits yang artinya: suatu hal yang baru. Maknanya: mimpi itu berikut tafsirannya tidaklah tetap, melainkan terus berkembang dan membaru dari waktu ke waktu, dari tempat ke tempat, dan dari manusia ke manusia (dari keadaan ke keadaan lainnya).
Mimpi, baik ataupun buruknya, tidak baik diceritakan kepada semua atau sembarang orang, agar terlepas dari ucapan-ucapan ataupun komentar-komentar yang sekiranya tidak benar dan dapat menggelisahkan. Memanglah tidak semua mimpi mempunyai arti, terkadang sebagian mimpi hanyalah kembang tidur, namun terkadang pula mimpi itu perlu disikapi dengan cukup serius. Dan solusi satu-satunya adalah: mengadu ke ahlinya, bukan ke siapa saja !! bukan pula ke buku Ibnu Sirin ataupun primbon Jawa !!
Kesimpulan dari catatan singkat ini adalah :
- Mimpi adalah salah satu tanda kekuasaan Tuhan karena manusia dapat melihat, mendengar dan merasakan tanpa indra apapun, semua indra tidak aktif. Sama halnya dengan orang yang sudah mati, ia masih dapat melihat, mendengar dan merasakan tanpa bernafas sekalipun.
- Ada mimpi yang sekedar kembang tidur dan ada pula yang mempunyai makna tertentu.
- Mimpi tidak baik diceritakan ke semua atau sembarang orang.
- Memperhatikan perkembangan psikologi manusia dari masa hingga masa, maka untuk menafsirkan mimpi tidak tepat bila hanya merujuk kepada buku-buku para pendahulu.
- Penafsiran mimpi via sms, telpon, surat, televisi, buku atau yang lain adalah metode penafsiaran yang kurang tepat, harus face to face dengan sebab yang sudah diterangkan di atas.
- Untuk mengetahui tafsir mimpi, harus mengadu kepada ahlinya, bukan ke sembarang orang atau ke sembarang kertas.
- Penafsir mimpi yang benar-benar ahli adalah mereka yang ahli al-Qur'an, ahli al-Sunnah dan ahli al-Farasah. Bukan siapa saja, karena akibatnya akan fatal dan hanya menambah gelisah.
- Dan lain-lain.
Terkadang mimpi itu merupakan sebuah isyarat atau petunjuk yang bertujuan mengingatkan atau menggambarkan keadaan ataupun nasib seseorang… dan biasanya petunjuk mimpi itu berlawanan dengan kenyataan, contohnya: mimpi bersetubuh dengan ibu, konon berarti tahun itu ia akan melaksanakan ibadah haji !! dari itu Allah Swt. telah mengaruniai sebagian hamba-hamba-Nya kepandaian dalam membuka tabir mimpi dan mendeteksi makna-makna yang tersirat di balik jendela mimpi. Mereka itu adalah para penafsir mimpi.
Tafsir mimpi adalah salah satu disiplin ilmu yang diajarkan oleh Allah Swt. kepada sebagian hamba-hamba-Nya. Ilmu tafsir mimpi ini dalam al-Qur’an disebut dengan Ta’wilul-Ahadits… Allah berfirman :
" رب قد آتيتني من الملك وعلمتني من تأويل الأحاديث "
Dengan demikian maka alat sang penafsir untuk menafsirkan mimpi adalah Qur’an, Sunnah dan ada satu lagi alat terpenting, yaitu: al-Farasah !! al-Farasah adalah firasat hati yang tepat… Artinya: seorang penafsir mimpi harus menatap sebuah mimpi dengan tatapan tajam serta memandang orang yang mimpi dengan mata hati yang jujur dan penuh kebijaksanaan. Tidaklah baik bila penafsiran mimpi dilaksanakan via telpon, surat, buku ataupun yang lain. Haruslah face to face !! karena alat terpenting untuk menafsirkan mimpi adalah: al-Farasah sebagai tatapan cahaya Ilahi !! Rasul Saw. bersabda :
" اتقوا فراسة المؤمن فإنه ينظر بنور الله "
Mengapa harus dengan al-Farasah? Kondisi orang yang mimpi perlu diperhatikan dengan baik, sebab boleh saja dua orang atau lebih memimpikan hal atau kejadian yang sama, namun apakah artinya juga sama ?!? Tentu akan berbeda sesuai keadaan masing-masing, di situlah firasat sang penafsir akan difungsikan dan tatapan hatinya yang bersih mulai dimainkan untuk maslahat setiap orang.
Disamping itu juga, penafsiran mimpi itu tidak akan terus menetap dan membeku, ia tidaklah permanen, melainkan mimpi yang satu dapat ditafsirkan dengan ribuan bahkan jutaan makna sesuai situasi dan kondisi manusia serta keadaan dunia dari masa hingga masa, ia pun berkembang mengikut perkembangan zaman dan makan… Dari itulah Allah menyebut mimpi dalam al-Qur’an dengan istilah al-Ahadits yang berakar dari kata hadits yang artinya: suatu hal yang baru. Maknanya: mimpi itu berikut tafsirannya tidaklah tetap, melainkan terus berkembang dan membaru dari waktu ke waktu, dari tempat ke tempat, dan dari manusia ke manusia (dari keadaan ke keadaan lainnya).
Mimpi, baik ataupun buruknya, tidak baik diceritakan kepada semua atau sembarang orang, agar terlepas dari ucapan-ucapan ataupun komentar-komentar yang sekiranya tidak benar dan dapat menggelisahkan. Memanglah tidak semua mimpi mempunyai arti, terkadang sebagian mimpi hanyalah kembang tidur, namun terkadang pula mimpi itu perlu disikapi dengan cukup serius. Dan solusi satu-satunya adalah: mengadu ke ahlinya, bukan ke siapa saja !! bukan pula ke buku Ibnu Sirin ataupun primbon Jawa !!
Kesimpulan dari catatan singkat ini adalah :
- Mimpi adalah salah satu tanda kekuasaan Tuhan karena manusia dapat melihat, mendengar dan merasakan tanpa indra apapun, semua indra tidak aktif. Sama halnya dengan orang yang sudah mati, ia masih dapat melihat, mendengar dan merasakan tanpa bernafas sekalipun.
- Ada mimpi yang sekedar kembang tidur dan ada pula yang mempunyai makna tertentu.
- Mimpi tidak baik diceritakan ke semua atau sembarang orang.
- Memperhatikan perkembangan psikologi manusia dari masa hingga masa, maka untuk menafsirkan mimpi tidak tepat bila hanya merujuk kepada buku-buku para pendahulu.
- Penafsiran mimpi via sms, telpon, surat, televisi, buku atau yang lain adalah metode penafsiaran yang kurang tepat, harus face to face dengan sebab yang sudah diterangkan di atas.
- Untuk mengetahui tafsir mimpi, harus mengadu kepada ahlinya, bukan ke sembarang orang atau ke sembarang kertas.
- Penafsir mimpi yang benar-benar ahli adalah mereka yang ahli al-Qur'an, ahli al-Sunnah dan ahli al-Farasah. Bukan siapa saja, karena akibatnya akan fatal dan hanya menambah gelisah.
- Dan lain-lain.
ISLAMI
Membincang antara sebuah klaim dan kebenaran, sebenarnya klaim yang mengusung kebenaran atau kebenaranlah yang selanjutnya harus menelorkan beberapa klaim? Agaknya keduanya sama-sama meragukan. Tapi kenyataannya, Islam sebagai ajaran kebenaran kerap terlihat aneh. Ia seolah menjadi agama yang ditelorkan dan dibesarkan dalam sebuah klaim. Sebuah kandang yang setiap kelompok membuatnya, yang setiap golongan menjagokannya, yang siap diadu, berdarah-darah, ambruk, lalu banyak yang bertepuk.
Al-Qur’an sebagai pondasi Islam, adalah ruang kesempurnaan untuk perjalanan wahyu risalah ilahiah. Pada akhir abad keenam di jazirah Arab, antara Makkah dan Madinah, seluruh wahyu itu telah disemprongkan dalam bahasa kesusastraan tertinggi Arab. Karena Rasulullah saw. berdarah biru Quraisy, orang Arab asli, Muhammad bin Abdillah. Terlebih, beliau juga harus menyampaikannya kepada masyarakat Arab, kaum gurun yang memiliki peradaban dan adat istiadat, yang kesehariannya lekat dengan jubah, yang diberi anugrah janggut agar dirawat, dan kaum yang masih jahiliah.
Islam, agama pungkasan sekaligus pamungkas. Pada awal kedatangannya, pilar-pilar peradaban Arab jahiliah yang telah mapan benar-benar terguncang. Sontak, penduduk Arab tercengang, takjub sekaligus resah! Sebab, tiap serat ayatnya adalah mukjizat yang demikian dahsyat. Kesatuan pemahaman tentang konsep Tuhan politheisme yang telah kokoh tidak lama harus roboh. Sekian budaya usang, hukum adat istiadat warisan nenek moyang yang telah lama terserap pun segera menguap.
Ya, Islam yang asing, Islam yang amazing! Pada pucuknya, di negeri awal mula turunnya wahyu itu, Islam berhasil mengangkat bangsa Arab, dari lembah peradaban Arab jahiliah menjadi peradaban tinggi Arab yang Islami.
Celakanya, kekeringan pemahaman terhadap nash yang shahih, kerdilnya pengertian atas identitas Islam, kembali menyebabkan universalisme Islam terpasung, justru ketika nilai-nilainya harus merambat ke beberapa wilayah di luar Arab.
Di Maroko, prasangka khalayak sempat meledak "Orang muslim harus Arabi!, yang Arabi itulah muslim!”, “Jubah yang nyunnah Rasul jubah ala Maroko!" Sampai juga di Asia, ada beberapa muslim yang merasa wah, ketika bisa menunjukan keislamannya dengan ikatan sorban dan jubah, atau menggantungkan di janggutnya yang dipaksakan memanjang, di balik cadar, di semerbak minyak kasturi, di setiap ucapan yang sering terpenuhi huruf hija’iah, pada semua simbol-simbol kultural keberagamaan warga Arab yang diimport, untuk secara tragis memasung nilai-nilai universalisme, kontekstualisme, dan kesakralan Islam. Karena begitulah saat Arabisme menjangkit, yang mengimajinasikan budaya Islam adalah budaya kearab-araban. Hasilnya, Islam terjual murah, Islam dibajak mudah, Islam jatuh sakit.
Padahal Mesir, Saidina Amru bin Ash ra. dalam ekspansinya memang praktis telah sempurna menyepuhkan warna arabisme di bumi kinanah itu. Namun apakah semua penduduk Mesir yang telah menjiwai, bernafaskan Arabi memeluk Islam? Tidak, di sana masih bercokol Arabi nasrani, Arabi yahudi, bahkan Arabi atheis yang tanpa nabi sekalipun!
Menjadi umat Saidina Muhamad bukan berarti harus menjadi kaum Saidina Muhammad, makna kaum berbeda dengan umat. Dr. Ahmad Khalafallah, pemikir Mesir tahun 50-an ini dalam karyanya Urubat al-Islam menguraikan, kaum Muhammad merekalah orang-orang Arab, entah muslim ataupun kafir, sedang umat Muhammad adalah umat muslimin, baik orang Arab maupun bukan. Umat adalah kaum yang taat, layaknya kaumnya nabi Musa, “Wamin qaumi Mûsa ummatun yahduna bil-haqqi wabihi ya’dilun”. Umat Saidina Muhammad, merekalah jama’ah yang kelak akan bersegera mendatangi seruan Rasulullah, "Ummati..ummati..".
Pasalnya, adakah desain pakaian yang Allah khususkan buat umat Islam? Jawabnya: ya, ada!. Itupun hanya pakaian ihram saat menjalankan ibadah haji. Sebuah desain sederhana yang humanis, anti rasis. Bukan kemeja taqwa, sarung, atau jeans. Ketika tawaf, tidak ada (tidak disyari’atkan) kopiah hitam, tidak ada topi koboi, apalagi cadar perempuan gurun.
Mendaftar jadi umat Saidina Muhammad berarti memeluk Islam, baik dengan aksesoris Arab, bercadar, bersarung, berkemeja, berkerudung, berjas, ataupun berdasi. Entah berunta, bersepeda, ataupun bermerci. Sebab semua itu adalah bagian dari ragam produk peradaban manusia sesuai kreatifitas dan tingkat kemajuan pola pikir tiap masing-masing bangsa. Semuanya Islami, jika pantas dipakai umat Islam, tidak menerabas lintasan syar’i.
Arabisme memang sebuah cengkraman. Namun selepasnya, nilai Islam masih bisa saja terkurung dalam kubangan yang lebih besar, di belahan bumi timur. Saat kaum muslim serentak memilih sebuah sikap; ganyang dan kutuk barat! pada kekafirannya, pada peradabannya, pada semuanya. Padahal diakui, keberislaman orang timur banyak berhutang pada penemuan-penemuan barat. Tidak perduli, barat dikutuk seumur bumi dan langit, padahal hembusan ampunan, hidayah Tuhan di bawah hitungan detik dan menit. Klaim berlanjut, “Peradaban barat tidak Islami!”. Kemudian ramai-ramai umat islam menjenguk barat sebagai kutukan, bom dan teror.
Tidak! Bagi seorang ulama’ Islam sejati yang tangguh. Saat keimanannya adalah detak jantungnya. Produk budaya barat tidak pernah ia takutkan. Sebaliknya, keislamannya tertantang untuk hadir sebagai rahmatan lil-alamin, mampu berdialog, dengan hikmah, berusaha menjinakkan peradaban barat yang dipandang masih liar. Lalu menyerap peradaban yang layak dikonsumsi, sebagai nutrisi bangsa timur-Islam, untuk sebuah kebangkitan, mewujudkan bangsa timur-Islam yang lebih maju. Bukan malah keburu congkak, atau gemar melakonkan sosok Ken Arok.
Sebut saja tokoh-tokoh sekaliber al-Afghani (Persia), Muhammad Abduh (Mesir), al-Kawakibi (Syiria), Iqbal (India). Bagi tokoh pembaharu seperti mereka, anugrah kenikmatan spiritualitas Islam yang terkucur di bumi timur, lewat hembusan ayat-ayat al-Qur’an, bukanlah obor untuk memberangus tapal batas kebajikan. Kebaikan yang universal, yang tidak hanya tumbuh di punggung timur, tidak pula hanya di dada barat, ialah kebaikan milik Tuhan, Penguasa barat dan timur, yang berhak menumbuhkannya di manapun. Sebagai ayat-ayat-Nya yang luasnya tanpa ampun. “Nun, wal-qalami wa ma yasthurun”.
Hanya menyembah peradaban masa lampau, bernostalgia dengan masa kejayaannya, atau sebaliknya, membeo, berkiblat ke arah peradaban barat, merupakan faktor dasar kejumudan umat Islam. Karena menyelami bahtera hakekat Islam berarti melipat klaim “Muslim adalah aku”, menggantinya dengan slogan “Aku adalah (juga) muslim”, lalu menyimak baik-baik firman Tuhan, "Bukanlah sebuah kebajikan, kamu berkiblat pada timur ataupun barat”. (Soda)
Al-Qur’an sebagai pondasi Islam, adalah ruang kesempurnaan untuk perjalanan wahyu risalah ilahiah. Pada akhir abad keenam di jazirah Arab, antara Makkah dan Madinah, seluruh wahyu itu telah disemprongkan dalam bahasa kesusastraan tertinggi Arab. Karena Rasulullah saw. berdarah biru Quraisy, orang Arab asli, Muhammad bin Abdillah. Terlebih, beliau juga harus menyampaikannya kepada masyarakat Arab, kaum gurun yang memiliki peradaban dan adat istiadat, yang kesehariannya lekat dengan jubah, yang diberi anugrah janggut agar dirawat, dan kaum yang masih jahiliah.
Islam, agama pungkasan sekaligus pamungkas. Pada awal kedatangannya, pilar-pilar peradaban Arab jahiliah yang telah mapan benar-benar terguncang. Sontak, penduduk Arab tercengang, takjub sekaligus resah! Sebab, tiap serat ayatnya adalah mukjizat yang demikian dahsyat. Kesatuan pemahaman tentang konsep Tuhan politheisme yang telah kokoh tidak lama harus roboh. Sekian budaya usang, hukum adat istiadat warisan nenek moyang yang telah lama terserap pun segera menguap.
Ya, Islam yang asing, Islam yang amazing! Pada pucuknya, di negeri awal mula turunnya wahyu itu, Islam berhasil mengangkat bangsa Arab, dari lembah peradaban Arab jahiliah menjadi peradaban tinggi Arab yang Islami.
Celakanya, kekeringan pemahaman terhadap nash yang shahih, kerdilnya pengertian atas identitas Islam, kembali menyebabkan universalisme Islam terpasung, justru ketika nilai-nilainya harus merambat ke beberapa wilayah di luar Arab.
Di Maroko, prasangka khalayak sempat meledak "Orang muslim harus Arabi!, yang Arabi itulah muslim!”, “Jubah yang nyunnah Rasul jubah ala Maroko!" Sampai juga di Asia, ada beberapa muslim yang merasa wah, ketika bisa menunjukan keislamannya dengan ikatan sorban dan jubah, atau menggantungkan di janggutnya yang dipaksakan memanjang, di balik cadar, di semerbak minyak kasturi, di setiap ucapan yang sering terpenuhi huruf hija’iah, pada semua simbol-simbol kultural keberagamaan warga Arab yang diimport, untuk secara tragis memasung nilai-nilai universalisme, kontekstualisme, dan kesakralan Islam. Karena begitulah saat Arabisme menjangkit, yang mengimajinasikan budaya Islam adalah budaya kearab-araban. Hasilnya, Islam terjual murah, Islam dibajak mudah, Islam jatuh sakit.
Padahal Mesir, Saidina Amru bin Ash ra. dalam ekspansinya memang praktis telah sempurna menyepuhkan warna arabisme di bumi kinanah itu. Namun apakah semua penduduk Mesir yang telah menjiwai, bernafaskan Arabi memeluk Islam? Tidak, di sana masih bercokol Arabi nasrani, Arabi yahudi, bahkan Arabi atheis yang tanpa nabi sekalipun!
Menjadi umat Saidina Muhamad bukan berarti harus menjadi kaum Saidina Muhammad, makna kaum berbeda dengan umat. Dr. Ahmad Khalafallah, pemikir Mesir tahun 50-an ini dalam karyanya Urubat al-Islam menguraikan, kaum Muhammad merekalah orang-orang Arab, entah muslim ataupun kafir, sedang umat Muhammad adalah umat muslimin, baik orang Arab maupun bukan. Umat adalah kaum yang taat, layaknya kaumnya nabi Musa, “Wamin qaumi Mûsa ummatun yahduna bil-haqqi wabihi ya’dilun”. Umat Saidina Muhammad, merekalah jama’ah yang kelak akan bersegera mendatangi seruan Rasulullah, "Ummati..ummati..".
Pasalnya, adakah desain pakaian yang Allah khususkan buat umat Islam? Jawabnya: ya, ada!. Itupun hanya pakaian ihram saat menjalankan ibadah haji. Sebuah desain sederhana yang humanis, anti rasis. Bukan kemeja taqwa, sarung, atau jeans. Ketika tawaf, tidak ada (tidak disyari’atkan) kopiah hitam, tidak ada topi koboi, apalagi cadar perempuan gurun.
Mendaftar jadi umat Saidina Muhammad berarti memeluk Islam, baik dengan aksesoris Arab, bercadar, bersarung, berkemeja, berkerudung, berjas, ataupun berdasi. Entah berunta, bersepeda, ataupun bermerci. Sebab semua itu adalah bagian dari ragam produk peradaban manusia sesuai kreatifitas dan tingkat kemajuan pola pikir tiap masing-masing bangsa. Semuanya Islami, jika pantas dipakai umat Islam, tidak menerabas lintasan syar’i.
Arabisme memang sebuah cengkraman. Namun selepasnya, nilai Islam masih bisa saja terkurung dalam kubangan yang lebih besar, di belahan bumi timur. Saat kaum muslim serentak memilih sebuah sikap; ganyang dan kutuk barat! pada kekafirannya, pada peradabannya, pada semuanya. Padahal diakui, keberislaman orang timur banyak berhutang pada penemuan-penemuan barat. Tidak perduli, barat dikutuk seumur bumi dan langit, padahal hembusan ampunan, hidayah Tuhan di bawah hitungan detik dan menit. Klaim berlanjut, “Peradaban barat tidak Islami!”. Kemudian ramai-ramai umat islam menjenguk barat sebagai kutukan, bom dan teror.
Tidak! Bagi seorang ulama’ Islam sejati yang tangguh. Saat keimanannya adalah detak jantungnya. Produk budaya barat tidak pernah ia takutkan. Sebaliknya, keislamannya tertantang untuk hadir sebagai rahmatan lil-alamin, mampu berdialog, dengan hikmah, berusaha menjinakkan peradaban barat yang dipandang masih liar. Lalu menyerap peradaban yang layak dikonsumsi, sebagai nutrisi bangsa timur-Islam, untuk sebuah kebangkitan, mewujudkan bangsa timur-Islam yang lebih maju. Bukan malah keburu congkak, atau gemar melakonkan sosok Ken Arok.
Sebut saja tokoh-tokoh sekaliber al-Afghani (Persia), Muhammad Abduh (Mesir), al-Kawakibi (Syiria), Iqbal (India). Bagi tokoh pembaharu seperti mereka, anugrah kenikmatan spiritualitas Islam yang terkucur di bumi timur, lewat hembusan ayat-ayat al-Qur’an, bukanlah obor untuk memberangus tapal batas kebajikan. Kebaikan yang universal, yang tidak hanya tumbuh di punggung timur, tidak pula hanya di dada barat, ialah kebaikan milik Tuhan, Penguasa barat dan timur, yang berhak menumbuhkannya di manapun. Sebagai ayat-ayat-Nya yang luasnya tanpa ampun. “Nun, wal-qalami wa ma yasthurun”.
Hanya menyembah peradaban masa lampau, bernostalgia dengan masa kejayaannya, atau sebaliknya, membeo, berkiblat ke arah peradaban barat, merupakan faktor dasar kejumudan umat Islam. Karena menyelami bahtera hakekat Islam berarti melipat klaim “Muslim adalah aku”, menggantinya dengan slogan “Aku adalah (juga) muslim”, lalu menyimak baik-baik firman Tuhan, "Bukanlah sebuah kebajikan, kamu berkiblat pada timur ataupun barat”. (Soda)
Langganan:
Postingan (Atom)